Oleh : M Noor, S.Ag
Pemerhati Masalah Keagamaan
Nabi bersabda “inna fil jasadi mudhgatan, izaa shaluhat shaluhat jasada kulluh, wa iza fashadat fashadat jasada kulluh, ala wahiya qalbun”. Artinya, “Sesungguhnya dalam jasad manusia itu ada segumpal darah. Maka apabila segumpal darah itu baik, maka jasadnya ikut baik. Tapi bila segumpal darah itu kotor, maka jasadnya ikut kotor, apa itu ia adalah qalbu/hati”. Dalam suasana kehidupan saat ini di masa pandemi Covid-19 belum berakhir yang berdampak menimbulkan 100 permasalahan serta 1.000 persoalan serba komplek, beraneka ragam, penuh ujian, tantangan, cobaan, suka duka, gundah gulana, was-was serta resah yang membuat hati sering diterpa gelisah dikarenakan faktor-faktor duniawi yang menjangkiti, ditambah lagi hawa nafsu yang tak terkendalikan.
Sesuai dengan makna dasarnya, qalb (hati) adalah sesuatu yang bolak-balik. Dia tidak berpendirian tetap, tetapi selalu berubah-ubah. Pagi dalam keadaan taat, sore kembali berbuat maksiat. Kemarin sudah bertaubat, hari ini kembali berdosa. Dan, akhirnya bukanlah hal yang aneh, jika kemudian hati menjadi gelisah.
Tanda kegelisahan hati adalah hidup yang terasa hambar. Segala sesuatu dijalani dengan hampa. Makan tidak enak, tidur pun tidak nyenyak. Oleh karena itu, saatnya mengenali mengapa hati selalu gelisah. Pertama, karena mungkin banyaknya dosa. Disadari atau tidak, ketika seorang mukmin berbuat dosa, maka akan diliputi oleh rasa bersalah. Dengan demikian, hati pun menjadi gelisah. Hidupnya dalam keterasingan. Ibnu Qayyim berkata, “Jika kamu menemukan keterasingan karena perbuatan dosa, maka segera tinggalkan dan jauhi dosa dan maksiat. Hati tidak akan tenang dengan perbuatan dosa”. Kedua, kurang rasa bersyukur. Padahal, Allah menciptakan segala sesuatu, termasuk semua yang ada di langit dan yang ada di bumi, dengan penuh kasih sayang dan hanya untuk manusia. “Dan tidak ada binatang melata pun yang hidup di muka bumi ini melainkan Allah yang memberinya rezeki..”. (QS. Hud : 6). “Akan tetapi sedikit sekali hamba-hamba ku yang bersyukur”. (QS. Assaba : 13).
Ketiga, banyak menuntut. Bisa dipastikan hati akan selalu gelisah jika seseorang berpikir harus memiliki segala sesuatu, sementara ia tidak mempunyai kemampuan dan daya tunjang yang memadai untuk meraihnya. Keempat, cinta dunia. Rasulullah SAW mengkhawatirkan umatnya yang mencintai dunia secara berlebihan. “Yang paling aku takutkan dari umat sepeninggalanku adalah jika kesenangan dunia dan hiasannya dibuka untuk kalian”. (Muttafaq ‘Alaih).
Kelima, terlalu berharap pada manusia. Seseorang yang bergantung pada selain Allah, hanya akan kecewa. Keenam, berbuat zalim. Menzalimi orang, itu artinya meninggalkan perasaan tidak enak. Karena itu, segeralah meminta maaf. Karena, meminta maaf dekat dengan ketakwaan yang pada akhirnya menimbulkan ketenangan. (QS. Al-Baqarah : 237). Ketujuh, lemah iman. Seseorang yang lemah iman akan mudah mengeluh dan menyalahkan keadaan. Bahkan, orang yang lemah iman tidak yakin dengan kemahakuasaan Allah. Padahal, hidup dan mati, rezeki dan jodoh manusia, semua sudah diatur dan ada dalam kekuasaan Allah SWT.
Kedelapan, tidak sungguh-sungguh menaati syariat Allah, malas beribadah, dan enggan bertaubat kepada-Nya. Itu tampak pada banyaknya tindakan maksiat yang dikerjakan setiap harinya. Saat sedang ada masalah, biasanya hati kita akan sangat gelisah. Tidak pernah bisa benar-benar tenang dan terus dihantui rasa cemas. Bahkan pikiran sulit untuk berpikir jernih.
Jika kondisi ini berlarut-larut, maka makin sulit untuk menemukan solusi atau jalan keluar dari masalah yang dihadapi. Untuk itu perlu menenangkan diri terlebih dahulu. Bagaimana caranya? Salah satu caranya adalah dengan bezikir dan beristigfar. Mengutip buku La Tahzan, Ibnu Taimiyah berkata, “Jika masalah yang saya hadapi mengalami kebuntuan, maka saya akan beristigfar kepada Allah sebanyak seribu kali (atau kurang lebihnya sebanyak angka itu) niscaya Allah akan membukakan jalan keluar”. Salah satu cara untuk mendapatkan ketenangan hati dan pikiran adalah dengan zikir, beristigfar kepada Dzat Yang memiliki keagungan. “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya, dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram”. (QS. Arra`ad : 28).
Dalam sebuah riwayat ada diceritakan seorang sahabat bernama Abu Umamah selalu berada di masjid siang dan malam dan secara kebetulan Rasulullah SAW terperhatikan dengan Abu Umamah yang sekian lama selalu tinggal di masjid walaupun tidak waktu sholat. Akhirnya Rasulullah memanggil Abu Umamah kemudian menanyakan apa gerangan yang terjadi sehingga dia berbuat demikian.
Lalu Abu Umamah menjelaskan kepada Nabi, bahwa ia ditimpa kesedihan dan kesusahan yang dalam menyebabkan ia merasa amat gelesah jika tinggal dirumah karena akibat terlampau banyak hutang yang tidak bisa dibayar. Maka Nabi berkata kepada Abu Umamah, “Kuberikan kepadamu beberapa kalimat, amalkanlah dengan baik setiap hari,maka Allah akan memeberikan kelonggaran kepadamu”. Kemudian Rasulullah SAW membaca kalimat-kalimat ini : “ALLAHUMMA INNII AUU-DZUBIKA MINAL HAMMI WAL-HAZANI, WA-A
UUDZUBIKA MINAL AJZI WAL-KASALI, WA A
UUDZUBIKA MINAL JUBNI WAL-BUKHLI, WA `AUUDZUBIKA MIN-GHALABATID DAINI WA-QAHRIR RIJAAL”.
Artinya, Ya Allah, aku berlindung padamu, dari kesusahan dan kedukaan, dari lemah kemauan dan rasa malas, dari sifat pengecut dan bakhil, dari banyak hutang dan kezaliman manusia. Abu Umamah mendengarkan bacaan tersebut dengan baik dan kemudian mengamalkannya siang dan malam dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan memberikan kelonggaran kepadanya. Tak lama kemudian kedukaan dan kesedihan terasa oleh Abu Umamah berkurang sedikit demi sedikit, makin lama makin berkurang dan akhirnya hilang sama sekali dan terbuka pada pikirannya jalan-jalan untuk mendapatkan pekerjaan/usaha yang baik sehingga hutang dapat terbayar seluruhnya. Dalam bahasa Arab hati disebut dengan qalbu, hati ibarat cermin yang setiap saat bisa kotor kena debu dan asap-asap,jika cermin itu selalu digosok setiap hari, niscaya kebeningannya akan selalu terjaga.Hatipun demikian tiap harinya membutuhkan cleaning service agar kebersihannya tetap terjamin. Rasulullah SAW banyak sekali memberikan wasiat dan konsep sebagai langkah atau upaya cleaning service terhadap gumpalan hati tersebut. Karena hati merupakan regulator hidayah antara Allah dengan hambanya. Jika hatinya tidak memliki sinyal karena terlalu gelap dan kotor, bisa jadi kiriman hidayah tertolak dan memantul kembali keatas sesuai kehendaknya.
Saat rasanya sudah buntu dan tidak bisa menemukan titik terang dari masalah yang sedang kita hadapi, cobalah untuk ambil jeda dan tenangkan diri lebih dahulu. Perbanyak istigfar. Mohon ampunan dan minta petunjuk untuk bisa segera mendapatkan jalan keluar. Meski masalah kita besar, yakinlah bahwa Allah SWT lebih besar dan berkuasa ata segala sesuatu. Bersedih secukupnya saja. Bersedih dan merasa tertekan atas masalah yang ada adalah hal yang manusiawi. Namun, tak perlu berlarut-larut dalam bersedih. Ada saatnya air mata harus dihapus dan mulai berjalan kembali untuk mencari jalan keluar dari masalah yang ada. Saat kita merasa lemah dan tak berdaya, ingatkan lagi pada diri sendiri bahwa ada Allah yang akan selalu memberi kekuatan baru pada diri untuk bangkit. Semoga dengan memperbanyak zikir, juga istigfar serta melakukannya dengan sungguh-sungguh, kita bisa segera menemukan solusi atau jalan keluar dari permasalahan yang ada. Setiap masalah yang hadir dalam hidup ini akan membentuk pribadi kita jadi lebih tang
guh dari waktu ke waktu. “Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS. At-Taubah: 40). Semoga bermanfaat. Wassalam