Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Space Iklan
Space Iklan
Space Iklan

Space Iklan
HEADLINE

Iming-iming Beasiswa, Oknum Staf Rektorat Uniska Lecehkan Mahasiswinya

×

Iming-iming Beasiswa, Oknum Staf Rektorat Uniska Lecehkan Mahasiswinya

Sebarkan artikel ini
IMG 20210921 WA0067 scaled
Space Iklan

Banjarmasin, KP – Seorang mahasiswi di Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Banjarmasin, mengaku mengalami ‘catcalling’ atau pelecehan seksual dari salah satu oknum staf kampusnya sendiri.

GBK

Bukan dengan cara menyentuh atau menghina, pelecehan seksual pada gadis berusia 21 tahun ini dilakukan melalui chating media sosial.

Dari informasi yang didapat Kalimantan Post, perlakuan itu diduga melibatkan oknum salah seorang pegawai di bidang kemahasiswaan di universitas yang dikenal dengan Kampus Hijau tersebut.

Peristiwa itu sendiri terjadi dalam kurun waktu sedari tanggal 11 hingga 13 September 2021. Melalui aplikasi chatting berupa WhatsApp.

Kepada awk media, MRA yang menjadi korban pelecehan seksual dalam bentuk catcalling itu menceritakan sedikit kronologi peristiwa yang dialaminya.

Mahasiswi 21 tahun itu mengungkapkan, pengalaman buruk yang ia rasakan itu bermula tepat di dua bulan yang lalu.

Saat itu ia ingin berkonsultasi terkait pengajuan syarat untuk mendapatkan beasiswa untuk meringankan beban biaya kuliahnya.

Bukan kebetulan, terduga oknum pegawai yang bersangkutan, juga bertugas di bagian urusan beasiswa.

“Waktu saya chat, tidak direspon oleh yang bersangkutan. Baru ketika di awal September, baru chat saya mendapat tanggapan. Jawaban yang saya dapat, ternyata beasiswa tidak bisa saya dapat karena hanya untuk mahasiswa baru saja,” ungkapnya menceritakan, Senin (20/9) kemarin.

Dengan adanya jawaban tersebut. MRA pun memilih tak lagi merespons. Namun beberapa hari berselang, oknum pegawai tersebut kembali menghubunginya melalui pesan Whatsapp

Ia membeberkan, Sejak itu berbagai modus mulai dilancarkan sang oknum. Misalnya, menanyakan identitas MRA, mulai dari program studi di kampus, alamat rumah hingga mengajak jalan-jalan.

“Saat ada ajakan jalan, saya jawab bahwa saya sudah bertunangan,” ucapnya.

Secara garis besar. MRA mengaku masih bersedia menjawab satu per satu pertanyaan oknum itu. Alasannya, saat itu MRA merasa pesan yang yang ditulis oknum pegawai itu masih dalam batas wajar.

Baca Juga :  Calon Bupati dan Wakil Bupati HST Adu Gagasan

Bahkan, sang oknum sempat memberikan harapan bahwa MRA masih bisa mendapatkan beasiswa.

“Yang membuat saya agak bingung, karena sebelumnya, ia sendiri yang mengatakan bahwa beasiswa itu tidak bisa didapat,” jelasnya.

Namun, menurut MRA, tawaran beasiswa dari sang oknum tak bisa didapat secara gratis atau cuma-cuma.

Ternyata, yang bersangkutan tidak langsung ke inti pembahasan, terduga pelaku itu justru terus bertanya apa yang bisa diberikan MRA jika si oknum pegawai tersebut berhasil memberikan beasiswa.

“Lalu saya tanyakan saja maksudnya apa? Karena masih belum paham apa yang dimaksud oknum itu,” bebernya.

Singkat cerita. Chatting masih berlanjut. Sang oknum, masih kukuh meminta imbalan.

Hingga pada puncaknya, pelaku meminta MRA untuk menciumnya. Namun, hal tersebut tak direspon oleh MRA.

Chatting pun hanya berakhir sampai di situ, tak ada kelanjutannya.

Diakui MRA, peristiwa yang dialaminya itu sebenarnya hanya ingin disimpannya rapat-rapat. Namun di sisi lain, dia khawatir apabila hal serupa juga menimpa mahasiswi lain.

Bermodal hal itu, dia pun memilih untuk bercerita kepada awak media agar peristiwa yang tidak mengenakkan tersebut tidak sampai terjadi kepada mahasiswi lainnya

“Agar si oknum tidak lagi melakukan hal ini kepada orang lain,” harapnya.

Di sisi lain. MRA sebenarnya ingin melaporkan kasus yang menimpanya. Namun, dia mengaku bingung melaporkan ke mana. Bahkan, dia juga mengaku ada rasa takut yang menghinggapi dirinya.

Takut peristiwa yang dialaminya tidak dipercaya, bahkan bisa saja disalahkan balik, seperti yang pernah terjadi di luaran.

“Dan yang saya takutkan lagi, apabila alamat lengkap saya ketahuan, lalu saya dicari,” tutupnya.

Guna keberimbangan informasi, awak media mencoba mengkongirmasi kejadian tersebut kepada Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Uniska Banjarmasin, Idzani Muttaqin.

Saat ditanya hal tersebut, Idzani tampak kaget mendengar adanya informasi yang menyeret adanya oknum staf tersebut.

Baca Juga :  Ketua MUI Apresiasi Lahirnya Asosiasi Lembaga Mualaf Indonesia

Menurutnya, baru kali ini pihaknya menerima informasi adanya dugaan tindakan catcalling di kampusnya.

Ia pun mengatakan, hingga saat ini pihaknya belum mendapat laporan dari mahasiswi yang bersangkutan terkait adanya peristiwa itu.

“Kami perlu memastikannya, apakah oknum yang bersangkutan memang berada di bidang kemahasiswaan,” ucapnya, Selasa (21/9) siabg di ruang kerjanya.

Hal itu diungkapkannya bukan tanpa alasan, lantaran pernah ada beberapa kali peristiwa penipuan yang mengatasnamakan pihak kemahasiswaan.

“Setelah kami cek, ternyata orang luar. Menipu, mengatasnamakan pegawai yang mengurus beasiswa juga. Yang bersangkutan mengaku bisa mengupayakan tapi dengan meminta uang,” jelasnya.

Lebih lanjut. Menanggapi adanya dugaan catcalling, itu pihaknya mengaku bakal membentuk tim untuk melakukan investigasi, mencari tahu siapa oknum yang dimaksud. Namun, sebelumnya, pihaknya merasa perlu keterangan dari si korban.

“Kalau bisa, kami minta agar si korban melapor. Agar mau memberikan informasi siapa oknum yang dimaksud, misalnya memberikan nomor telepon oknum itu. Datang langsung ke saya atau pak Budi Setiadi selaku Kepala Biro Kemahasiswaan,” sarannya.

“Jati diri dan keamanan si korban, pasti kami jamin,” janjinya.

Ditanya seberapa lama investigasi bakal berjalan, Idzani menyebut setidaknya membutuhkan waktu selama tiga bulan. Sebagai gambaran, pihaknya bakal bekerja sama dengan tim hukum untuk memverifikasi kabar tersebut.

Dan dengan catatan, korban mau melapor kepada pihaknya.

“Tapi, kalau korban tak melapor, kami akan kesusahan mencari oknumnya. Kalau terbukti ada, kami bersama tim etik akan melakukan pemanggilan bila si oknum memang pegawai Uniska. Disanksi dengan ketentuan yang berlaku,” ucapnya.

“Kalau perlu, apabila mencemarkan nama baik, maka tak menutup kemungkinan akan kami laporkan kepolisian,” tegasnya.

Lebih lanjut, Idzani pun berpesan agar baik itu mahasiswa maupun mahasiswa, untuk tidak langsung percaya pada informasi manapun yang mengatasnamakan pihak kesiswaan. Termasuk, bila mengiming-imingi sesuatu. (Zak/KPO-1)

Iklan
Iklan