Kotabaru, KP – Rajungan yang menjadi mata pencaharian warga Desa Tanjung Pangga, Kecamatan Kelumpang Selatan, Kabupaten Kotabaru ternyata memiliki nilai ekonomis cukup tinggi, bahkan menguntungkan.
Apalagi komoditas tersebut diakui mampu menembus pangsa pasar ekspor dengan harga mulai ratusan hingga jutaan rupiah per kilogram.
“Apabila dikelola dengan baik dan maksimal, maka rajungan ini diprediksi sebagai penyumbang penerimaan terbesar di Desa Tanjung Pangga,” kata anggota Komisi II DPRD Kalsel, Muhammad Yani Helmi.
Jika komoditi tersebut dimanfaatkan dari hulu ke hilir, maka harganya tidak hanya Rp500 ribu hingga Rp600 ribu lagi, namun bernilai ekspor tinggi.
“Ini merupakan potensi yang sangat besar, karena di ekspor menggunakan dollar,” ujar politisi Partai Golkar, usai menjaring aspirasi masyarakat di Desa Tanjung Pangga, Kecamatan Kelumpang Selatan, Kabupaten Kotabaru, kemarin.
Yani Helmi mengungkapkan, rajungan atau dikenal dengan kepiting yang hidup di hutan bakau Desa Tanjung Pangga mampu dimanfaatkan warga sekitar untuk bertahan hidup. Bahkan mampu menghidupi nelayan di daerah tersebut.
“Daerah ini sangat potensial untuk membudidayakan rajungan bakau, mengingat harganya cukup tinggi,” tambah Paman Yani, panggilan akrab Yani Helmi.
Sementara itu, Kades Tanjung Pangga, Hendera Jainal Rahmadi mengungkapkan keuntungan yang didapatkan dari rajungan ini berkisar ratusan ribu hingga jutaan per kilogram.
“Komoditas ini cukup menjanjikan untuk perekonomian masyarakat di tengah pandemi Covid-19,” jelasnya.
Diakui, rajungan bakau ini perlu dilestarikan keberadaaan agar tetap bisa dinikmati hingga penerus.
Hendera mengakui, harga rajungan sempat anjlok karena pandemi. Namun, di harga rajungan bakau kembali terjual normal di pasaran. Bahkan, berangsur-angsur mulai merangkak naik.
“Harga di pasaran sempat anjlok hingga Rp8.500 per kilogram, sebagai dampak pandemi, namun sekarang mengalami kenaikan hingga Rp120 ribu per kilogram belum dikupas,” jelasnya.
Jika sudah dikupas cangkangnya untuk mendapatkan dagingnya mampu berkisar antara Rp550 ribu hingga Rp650 ribu perkilogram. Bahkan, bisa tembus diangka Rp1 juta, apabila diborong penikmat rajungan bakau.
Hendera mengharapkan adanya uluran tangan atau bantuan serta pembinaan dari pemerintah daerah dalam mendorong pangsa pasar dari komoditi rajungan bakau tersebut.
“Agar perekonomian di desanya juga mampu bangkit dan pulih sesuai potensi hasil laut yang selama ini mampu dimanfaatkan,” ujarnya.
Lebih lanjut diungkapkan, mayoritas warganya memanfaatkan lahan untuk berkebun, sebagian juga ada nelayan, sehingga diharapkan adanya penyuluhan hingga membina bagaimana agar budidaya ini mampu terealisasi secara baik dan berhasil. (lyn/KPO-1)