Banjarmasin, KP – Pandemi Covid-19 telah melumpuhkan banyak bidang, termasuk menghantam sektor perekonomian. Agar tak terjadi stagflasi, Bank Indonesia terus mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
Hal tersebut disampaikan Dadi Esa Cipta, Ekonom Ahli Kelompok Perumusan KEKDA Wilayah dan Provinsi, di sela kegiatan Refreshment Wartawan, di Grand Daffam Q Hotel, Banjarbaru, Sabtu (4/12).
Menurut Dadi, ada beberapa kebijakan Bank Indonesia untuk terus mamacu pertumbuhan ekonomi, terutama mendorong pemerintah agar bisa melakukan optimalisasi dalam penyerapan anggaran.
“Ada berbagai macam kebijakan yang kami lakukan. Seperti, mendorong bagaimana di masa pandemi ini pemerintah bisa melakukan optimalisasi penyerapan anggaran dalam mendorong pertumbuhan ekonomi,” ungkap Dadi, didampingi Rakhmat Pratama, Analis Unit Kehumasan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan.
Dadi mengatakan, penyerapan anggaran masih menjadi salah satu pendukung pertumbuhan ekonomi, di mana subsidi pemerintah sangat besar porsinya dalam membangkitkan perekonomian.
“Yang kedua, bagaimana sektor-sektor produktif bisa berjalan lagi, sehingga ekonomi kita terus tumbuh. Apalagi, mulai triwulan II tahun 2020 sampai triwulan I tahun 2021 perekonomian kita tumbuhnya negatif dan lamban. Kita harap, melalui kebijakan ini bisa membantu pada triwulan II dan III, serta seterusnya bisa tumbuh positif kembali,” terangnya.
Kemudian yang ke tiga, lanjut Dadi, Bank Indonesia juga mendorong agar pembiayaan tidak lagi menjadi masalah. “Jadi, para pelaku usaha yang tidak mendapatkan kredit lantaran pandemi, mungkin bisa di reschedule atau direstrukturisasi,” tambahnya.
Selain itu, ada pula kebijakan Bank Indonesia terkait dengan moneter, seperti dengan mempertahankan suku bunga tetap rendah di 3,5 persen. Lalu, kebijakan di mikro prudensial, yakni menurunkan pembayaran uang muka untuk pembelian rumah dan kendaraan.

“Yang terakhir adalah, bagaimana kita mendorong ekonomi keuangan digital lebih berkembang lagi, sehingga membantu UMKM yang terdampak di masa pandemi ini. Kita tahu pada saat di masa pandemi ini yang paling terdampak adalah UMKM,” tandas Dadi.
Menurutnya, UMKM di Indonesia berkontribusi sebanyak 60 persen terhadap pertumbuhan ekonomi. Penyerapan tenaga kerjanya pun mencapai 97 persen. Hanya saja, di tengah pandemi omzet penjualannya turun drastis dan mereka juga kesulitan dalam memperoleh bahan baku.
Dalam mendukung UMKM, Bank Indonesia pun selalu membantu agar jangkauan pemasarannya tidak hanya lokal saja, tapi sampai ke nasional, bahkan bisa ekspor.
“Kita kemarin juga mendorong kerjasama dengan kantor cabang BI di Singapura, agar UMKM di sini bisa menjual produknya sampai ke Singapura,” sebut Dadi.
Pria ramah ini juga menuturkan, supaya ekonomi tetap tumbuh dan inflasi tetap terjaga, diperlukan peran serta semua pihak. Semisal, pemerintah dengan anggarannya, dan pelaku usaha juga terus berupaya bagaimana ada diversifikasi produk dan pemasaran.
“Pada Triwulan I tahun 2021 ini ekonomi sudah membaik, kontraksinya sudah semakin rendah, dan di triwulan II sudah mulai tumbuh positif. Artinya, aktivitas ekonomi sudah berjalan, daya beli masyarakat juga sudah mulai meningkat. Jadi, prioritas utama kita adalah mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga daya beli masyarakat,” imbuhnya.
Seandainya pertumbuhan ekonomi tidak jalan, Dadi mengatakan, akan mengakibatkan stagflasi di tengah masyarakat.
“Stagflasi itu, kalau ekonomi kita betul-betul tidak jalan. Jika begitu, maka masyarakatlah yang nantinya paling menderita,” ucapnya.
Dalam hal pemasaran produk, Bank Indonesia juga selalu mendorong para pelaku UMKM untuk memperluas jangkauan pemasaran. Tak hanya menjual secara offline, tapi juga melalui online.
“Para pelaku UMKM bisa menjual produknya melalui e-commerce atau market place. Sehingga, nanti produknya itu bisa dilihat bukan hanya orang di Banjarmasin atau Kalsel saja, tapi juga nasional, bahkan dunia juga bisa melihat,” tandas Dadi.
Dengan begitu, diharapkan pemasaran produk jadi lebih luas dan omzet pun meningkat. Namun, ada hal yang perlu menjadi catatan para pelaku UMKM, yaitu tetap menjaga kualitas produk dan kesinambungan produksi, termasuk dari segi packagingnya.
“Jangan sampai nanti, begitu ada peningkatan permintaan mereka tidak bisa memenuhi, atau bisa memenuhi tapi kualitasnya tidak terjaga,” tuntasnya. (opq/KPO-1)