Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Kunci Mencegah Hoax di Ruang Digital

×

Kunci Mencegah Hoax di Ruang Digital

Sebarkan artikel ini

Oleh : Riana Andan Putri Dewi
Mahasiswa Program Studi Teknologi Informasi
Universitas Sari Mulia

Perkembangan teknologi informasi seiring berjalannya waktu mampu mengubah dan memengaruhi pola-pola komunikasi masyarakat khususnya masyarakat digital. Berkembangnya alat komunikasi dan aplikasi yang sekarang ini sudah memasuki era digitalisasi membawa tantangan tersendiri agar masyarakat dapat memanfaatkan teknologi digital ini secara bijak dalam mempermudah aktivitas keseharian. Hal ini tentunya tak bisa dipisahkan dari dampak perkembangan teknologi internet yang hingga saat ini telah meluas sehingga dapat diakses oleh masyarakat secara luas.

Kalimantan Post

Selama pendemi, data menyatakan terdapat peningkatan pada kasus penyebaran informasi hoax. Penyebaran informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya berdampak buruk bagi masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hoaks atau hoax adalah berita bohong atau berita tidak bersumber. Hoax adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya.

Hoax adalah informasi yang dirancang untuk menyembunyikan informasi yang sebenarnya. Dengan kata lain hoax juga dapat dipahami sebagai upaya untuk memutarbalikkan kebenaran dengan menggunakan informasi yang tampaknya menarik tetapi tidak dapat diverifikasi. Fenomena banyaknya masyarakat yang terpapar hoax di era digital ini tentunya memerlukan kesadaran dari masyarakat sendiri. Hoax adalah informasi yang dirancang untuk menyembunyikan informasi yang sebenarnya.

Salah satu hal terpenting dalam menghadapi peredaran informasi palsu (hoax) di era sekarang adalah meningkatkan literasi digital. Tujuan memiliki kemampuan literasi digital ialah untuk memberikan kontrol lebih pada khalayak dalam memaknai pesan yang berlalu-lalang di media digital.

Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.

Peran literasi digital sangat penting, karena dengan literasi digital mampu membuat kita untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif dalam menghadapi masalah yang sedang terjadi. Literasi digital juga mampu membantu dalam memecahkan masalah, berkomunikasi menjadi lebih lancar, dan juga mampu berkolaborasi dengan lebih banyak orang.

Baca Juga :  Menembus Ruang Sosial Masyarakat Pesisir Kalsel-Kalteng

Mengembangkan definisi literasi media yang dicetuskan oleh W. James Potter. Dengan menggalakkan literasi digital, pengendalian diri terhadap penggunaan media sosial dapat dilakukan secara optimal. Peningkatan literasi digital sebagai bentuk self control menjadi solusi untuk mencegah kasus peredaran informasi palsu (hoax) menjadi berulang dan semakin banyak.

Akhir-akhir ini banyak sekali berita bohong atau hoaks yang tersebar di masyarakat yang tentunya meresahkan dan menimbulkan kegelisahan sehingga terasa bias dan membingungkan untuk mengenali berita-berita yang palsu. Seperti halnya fenomena hoaks yang terjadi tidak lama ini yaitu hoaks mengenai kesehatan salah satunya tentang isu vaksin yang menimbulkan kontroversi sehingga menimbulkan dua kubu yaitu pro dan kontra di Indonesia. Ada masyarakat yang disebut anti vaksin yaitu orang-orang yang tidak setuju dengan penggunaan vaksin bahkan ada yang sampai menyebarkan informasi yang tidak tepat seputar vaksin ini dan parahnya berita tersebut dipercaya sebagian masyarakat.

Adanya informasi yang tidak tepat ini sangat cepat menyebar melalui media sosial ataupun aplikasi chatting seperti whatssapp, line dan lain sebagainya. Fenomena ini berdampak pada keputusan dan kepercayaan masyarakat mengenai isu-isu kesehatan seperti yang diuraikan di atas salah satunya mengenai vaksin, terlebih pada masyarakat yang belum memiliki pemahaman yang mendalam tentang hal-hal terkait kesehatan atau dapat dikatakan masih kurangnya literasi kesehatan di masyarakat sehingga akan lebih mudah dipengaruhi oleh isu-isu yang tidak benar atau hoaks.

Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi dan Katadata Insight Center (KIC) kembali melakukan Survei Literasi Digital Indonesia pada 2021. Sebelumnya pada 2020, skor literasi digital nasional sebesar 3,47 dari skala 1-5 atau mendekati indikator “baik” (4.00). Survei ini dilakukan sebagai upaya memetakan kondisi dan status literasi digital di 514 kabupaten/kota pada 34 provinsi Indonesia untuk mendukung Program Literasi Digital Nasional yang dilaksanakan secara masif. Harapannya, melalui survei ini bisa didapatkan gambaran status literasi terbaru untuk mendukung penyusunan program aksi penanggulangan dan sosialisasi literasi digital.

Baca Juga :  Mengingat Kepahlawanan Tionghoa Banjar

Menurut Marwan, MR, & Ahyad, A (2016), semakin pesat perkembangan teknologi harus sejalan dengan pola pikir pengguna media sosial. Karena kemajuan teknologi tersebut memberikan kemudahan dalam mengakses informasi dan kecakapan literasi digital menjadikan seseornga dapat menerima dan menyebarkan informasi sesuai dengan fakta kebenarannya. Selain itu peran pemerintah sangat penting dalam mengendalikan maraknya informasi hoaks sebagaimana tertian dalam undang-undang ITE sebagai penentu kebijakan hukum.

Hal yang harus dilakukan agar tidak mudah termakan berita hoax adalah jangan mudah terprovokasi dengan judul berita. Berita semacam ini biasanya dibuat dengan tujuan tertentu, misal untuk mendongkrak jumlah visitor atau viewers, yang pada akhirnya berhubungan dengan seberapa banyak uang yang bisa didapatkan. Bersikap Kritis terhadap apapun yang didapat. Seperti yang telah diketahui, siapapun bisa menulis berita di internet. Namun tak semua orang memiliki kapasitas serta tanggung jawab terhadap apa yang ditulis. Untuk itu Anda harus mencari tahu apakah berita tersebut valid. Selanjutnya, selalu gunakan logika saat mendapati suatu berita yang belum diketahui kebenarannya. Seperti berita tentang konspirasi corona yang santer terdengar hingga broadcast yang menggiring opini agar masyarakat meninggalkan protokol kesehatan karena disebut bahwa corona hanya akal-akalan. 

Melakukan konfirmasi kepada lembaga yang bersangkutan. Lembaga profesional tidak akan mungkin sembarangan dalam menyampaikan berita kepada masyarakat. Tak ada salahnya jika mem-follow akun-akun media sosial yang memang sudah terpercaya dalam menyampaikan konten. Tetap tenang dan gunakan logika serta periksa kebenaran berita tersebut. Saring sebelum sharing, jika hal tersebut hoax cukup berhenti di ini.
w

Iklan
Iklan