Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Ibu Makin Depresi Dalam Kapitalisme

×

Ibu Makin Depresi Dalam Kapitalisme

Sebarkan artikel ini

Oleh : Wafiqoh, S,Pd, MA
Staf Pengajar di salah satu Sekolah Tinggi di Amuntai

Beberapa waktu lalu kasus terbaru pembunuhan seorang ibu rumah tangga atas anaknya kembali terjadi. Kasus penggorokan anak oleh ibunya (KU) warga Desa Tonjong, Kabupaten Brebes Jawa Tengah pada 20 Maret 2022. Diduga sang ibu depresi karena tekanan ekonomi. Berselang tiga hari dari kejadian itu nasib serupa menimpa seorang bayi berusia satu bulan yang dilempar ibunya ke sumur (FN). Menilik ke belakang di tahun 2020, pembunuhan ibu terhadap tiga anak balitanya juga terjadi di Nias Sumatera Utara, begitu pula di Lumajang dan Wonosari, seorang ibu mengajak anaknya untuk bunuh diri bersama, dan ada pula seorang ibu di Bogor yang menceburkan dirinya ke sungai Cisadane sambil menggendong anaknya yang berusia 2 tahun.(newsdetik.com,04/07/2012;16/09/2020)

Baca Koran

Kasus depresi hingga April 2022 berdasarkan data Dinkesprov Kalsel yang diambil dari Dinkes kabupaten/kota, jumlahya sudah melebihi dari tahun 2021. Pada tahun lalu terdata 338 orang, sementara tahun ini naik menjadi 390 orang. Depresi paling banyak di tahun 2021 berasal dari Kabupaten Tabalong dengan jumlah hampir separo dari total kasus. Berdasar data Dinkes Kalsel, warga yang paling banyak mengalami depresi adalah warga dengan usia produktif. Rata–rata penyebabnya adalah pekerjaan dan efek dari pandemi yakni PHK dan lainnya. (Banjarmasin tribunnews, 16/04/2022)

Data pada 2020, jumlah penderita depresi yang melakukan perawatan jalan di RSJ Sambang Lihum ada 199 untuk laki-laki dan 377 untuk perempuan. Pada 2021 meningkat tajam menjadi 283 laki–laki dan 440 orang perempuan. Sedangkan menurut Kepala Instalasi Keswamas dan Pusat Informasi Pengaduan Masyarakat RSJ Sambang Lihum, Redhani mengatakan, pasien depresi yang dirawat juga meningkat dibanding pada 2020. Yang melakukan rawat inap ada 15 orang dan di 2021 ada 30 orang. Perempuan tetap yang terbanyak mengalami depresi dibandingkan laki-laki. (Republika.Co.Id, 16/3/2022)

Baca Juga :  YAHYA

Menyubur Depresi

Kasus seperti ini tidak hanya terjadi sekali. Tak sedikit penyebabnya adalah karena tekanan psikologis sang bunda tergoncang lantaran faktor ekonomi. Faktor rasa lelah yang berkepanjangan, utang yang menumpuk, suami yang tak peduli dan tak memberi nafkah, sementara biaya hidup terus melangit dan sekian alasan ekonomi lainnya yang begitu menghimpit menjadi pemicu depresi di kalangan bunda. Faktor internal ini menjadikan lemahnya ketakwaan dan keyakinan seorang ibu dalam menjalani hidup dengan pandangan Islam sehingga menyebabkan mentalnya lemah, mudah stress, cemas dan takut akan rejeki, tidak sabar, emosi meluap-luap, dan sebagainya menjadi penyebab hal ini terjadi.

Sementara faktor eksternal seperti utang yang menumpuk, suami yang tak peduli dan tak memberi nafkah, sementara biaya hidup terus melangit dan sekian alasan ekonomi lainnya yang begitu menghimpit, hubungan mertua dan menantu yang tak harmonis dalam satu atap. Kondisi kelelahan pasca melahirkan yang tak mendapat sokongan dari keluarga, hingga hubungan pasutri yang tak sehat dalam berumah tangga.

Selain itu aturan hidup yang berasal dari sistem kapitalis sekuler juga menjadi pemicu depresi, karena dalam sistem saat ini, setiap kebijakan penguasa di negeri ini selalu berpihak pada kepentingan kapitalis (pemodal). Wajar jika saat ini masyarakat termasuk kaum bunda dihadapkan pada masalah yang beruntun. Mulai dari tingginya angka kemiskinan, pengangguran dan diperparah lagi naiknya kebutuhan masyarakat seperti pertamax, minyak goreng yang berimbas pada naiknya bahan pangan lainnya. Tentunya hal ini memaksa kaum ibu untuk membantu penafkahan. Akhirnya peran ganda ini pun tak luput juga sebagai pemicu timbulnya depresi pada kaum ibu. Apalagi negara saat ini abai dan bahkan berlepas tangan dari masalah ini, akhirnya kemiskinan yang terjadi di negeri yang sebenarnya kaya ini menjadi kemiskinan yang tersistem oleh kebijakan penguasa hari ini.

Baca Juga :  DASAR KEBOHONGAN

Solusi Depresi Ibu

Dalam Islam, seorang wanita termasuk ketika dia menjadi istri sekaligus menjadi ibu harusnya dimuliakan dan dijamin pemenuhan hidupnya dan anak-anaknya. Ibu memiliki peran utama sebagai ummu wa rabbatul bait dimana kehormatannya wajib dijaga dari hal-hal yang berkenaan dengan fungsinya sebagai ibu bisa dijalankan dengan baik. Sistem Islam yang berlandaskan akidah Islam akan menjaga keimanan tiap individu. Negara akan melakukan upaya pembinaaan secara menyeluruh agar terbentuk keimanan yang kokoh. Tiap individu akan memahami fitrah dan peran yang sudah Allah anugerahkan serta akan menjalankan aktivitas kehidupannya dalam ketaatan, karena mereka sudah memiliki pemahaman dan kesadaran bahwa tujuan hidup mereka adalah untuk meraih ridho dan pahala dari Allah SWT dan mereka juga punya pertanggungjawaban kelak dihadapan Allah atas aktivitas selama hidup di dunia.

Selain itu negara yang menerapkan system Islam juga akan berupaya menciptakan situasi dan kondisi yang membuat individu mampu menjalankan peran mereka sesuai dengan fitrah penciptaan yang Allah berikan. Tentu dengan seperangkat aturan yang sudah ada dalam Sistem Islam. Salah satunya adalah dengan menerapkan sistem ekonomi Islam, yang akan mengatur tentang kepemilikan individu, umum dan negara. Sehingga anugerah kekayaan SDA bisa dikelola dengan tepat dan benar dalam upaya mensejahterakan seluruh rakyat. Dengan sistem Islam. Tidak hanya problem depresi ibu yang akan dituntaskan, namun insya Allah semua problematika kehidupan hari ini akan selesai hingga ke akarnya. Maka sudah selayaknya kita memperjuangkan sistem Islam yang sejatinya menjadi penyelamat khususnya bagi kaum bunda agar terbebas dari depresi. Wallahu Allam bisshawab.

Iklan
Iklan