Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Space Iklan
Space Iklan
Space Iklan
Opini

Dengan Bom, Apakah Menyempurnakan Islam Kita?

×

Dengan Bom, Apakah Menyempurnakan Islam Kita?

Sebarkan artikel ini
Iklan

Oleh : Ali Mursyid Azisi
Peneliti Muda Studi Agama-Agama dan Anggota Centre for Religious and Isslamic Studies (CRIS) Foundation UIN Sunan Ampel

Tidak asing lagi seiring berkembangnya zaman, beberapa kelompok yang merasa unggul (supremasi) dalam Islam mengalami perkembangan. Seperti halnya kata “Jihad fi sabilillah” yang menjadi jargon kelompok-kelompok yang berniat memerangi siapapun yang tidak sependapat dengannya, termasuk pemerintah yang menjadi objek sasaran mereka. Dengan kata lain, ketidaksetujuan dengan sistem pemerintahan di Indonesia, tidak sedikit pula hal yang serupa atas dasar perbedaan keyakinan.

Iklan

Seperti yang terjadi beberapa bulan lalu terjadi aksi pengeboman Gereja Katedral di Makassar, Sulawesi Selatan. Dalam peristiwa tersebut setidaknya menyisakan trauma jemaat Gereja, sudah barang tentu bukan hal yang sepele. Dalam beberapa sumber dikatakan bahwa pelaku bom bunuh diri juga tergabung dalam kelompok Jamaah Ansharut Tauhid (JAD) yang juga pernah melakukan aksi pengeboman di Jolo Filipina.

Dari peristiwa tersebut menambah catatan negatif dari seruan toleransi yang ditanamkan sejauh ini di Indonesia. Sangat disayangkan ketika sikap toleran, pluralis, damai dan sebagainya dinodai dengan suatu tindakan dari salah seorang dari kelompok ekstrimis (teroris) dengan mengatasnamakan agama ataupun saparatisme, dan dalih “Jihad”. Penafsiran jihad mengalami penyelewengan yang memunculkan pemahaman dangkal kaum puritan. Hal yang dibayangkan selama ini oleh mereka adalah surga ketika mampu menyerang yang munkar (menurut pemahaman mereka).

Dalam ruh Islam sendiri, kekerasan, menyakiti sesama manusia, dan menebar kehancuran di muka bumi dilarang dengan tegas. Islam sebagai agama cinta pun tidak lepas dari perannya sebagai penyempurna, yakni penyempurna untuk memperbaiki akhlak dan kedamaian di dunia. Sebagaimana dalam karya Ali Muhtarom dkk yang bertajuk Islam Agama Cinta Damai (Upaya Menepis Radikalisme Agama), bahwa kebahagiaan manusia hingga akhirat merupakan tujuan inti Islam sendiri.

Baca Juga :  Jalan Terjal Suksesi Presiden

Oleh karnanya, seseorang yang berusaha menebar kebencian dan kerusakan di dunia hingga akhirat ditolak keras dalam Islam. Aksis teroris sebagaimana kasus bom di atas pun jua termasuk salah satu tindakan yang ditolak keras dalam Islam, bahkan setiap agama. Ketakutan masyarakat dengan maraknya aksi terror memunculkan stigma negative masyarakat mencurigai setiap orang, bahkan pihak keluarga sendiri pun tidak menutup kemungkinan.

Seruan dan penanaman cinta damai baik internal maupun ekstrn Islam sendiri begitu penting sebagai menjadi pondasi dasar dalam kehidupan beragama. Sikap toleran pun menjadi memiliki peran besar dalam transformasi sosial dalam sejarah kehidupan dan upaya menjaga kesatuan Rapublik Indonesia.

Prinsip yang diserukan dalam upaya menjaga kesatuan dalam bingkai PBNU (Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945). Adanya prinsip-prinsip tersebut oleh ulama diejawantahkan melalui nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah. Ditanamkannya pemahaman/prinsip tasamuhiyyah (toleran), tawasuthiyyah (moderat), manhajiyyah (metodologis), dan tathawwuriyyah (dinamis). Hal ini yang selama ini menjadi corak khas Nadhlatul Ulama dalam menyikapi kehidupan beragama di tengah-tengah masyarakat yang multietnis, multicultural, dan beragamnya keyakinan.

Sangat disayangkan ketika rasa kemanusiaan yang mulai terkikis akhir-akhir ini yang ditandai dengan adanya peristiwa pengeboman gereja, penyerangan apparat kepolisian, dan konflik antar agama maupun intern agama. Dalam Al-Qur’an pemahaman secara tekstualis kaum radikalisme/puritan/ekstrimis menjadikan pemahaman dangkal seakan menjadi hal yang inti dari Islam, yang fokusnya pada ayat-ayat memerangi kaum non-Muslim.

Al-Qur’an sejatinya menekankan untuk selalu menebar kasih sayang kepada semua makluk Tuhan. Sebagaimana inti dari Islam sendiri yang dianjurkan untuk saling toleran didalanya yang bisa kita jumpai di beberapa ayat berikut, “Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (Al-Qur’an), dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Yunus : 40). “Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah: “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan”.(QS. Yunus : 41).

Baca Juga :  MANUSIA SUPER

Kemudian, “Jika Tuhanmu menghendaki, tentulah semua orang di bumi beriman seluruhnya. Tetapi apakah kamu (hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang yang beriman?. Tidak seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah, dan Allah menimpakan azab kepada orang yang tidak berpikir. (QS. Yunus : 99-100).

“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS: Al-Maidah: 5).

Dari beberapa anjuran untuk menebar kasih sayang dan toleransi sebagaimana ayat di atas. Setidaknya memberikan sedikit pandangan dan pemahaman kepada kita bagaimana rahmat Allah SWT sebenarnya luas untuk semua makhluk-Nya. Sebagaimana kasus saat ini yang terjadi penyerangan kelompok radikalis selain pengeboman yakni penyerangan apparat kepolisian yang digencarkan oleh seorang gadis yang juga memiliki keterkaitan kelompok ekstrim dengan pelaku pengeboman Gereja Katedral, menjadikan pendidikan ideologi perlu dikuatkan lagi.

Tidak sekedar pendidikan ideologi yang perlu dikuatkan, nilai-nilai atau konsep inklusif, moderat, toleran, pluralis, diharapkan bisa ditanamkan di sekolah-sekolah formal maupun pesantren di Indonesia. Penanaman pemahaman moderat dalam beragama yang sifatnya dinamis sedari dini kepada generasi millennial akan menjadi benteng dari bibit-bibit gerakan pemahaman kaum teroris.

Dengan begitu diharapkan tidak ada lagi tindakan atas nama “Jihad” yang diimplementasikan dengan sebuah penyerangan bom dan semacamnya yang bersifat Kekerasan. Karena memanusiakan manusia merupakan salah satu bentuk menghormati sang Pencipta, begitupun sebaliknya (Gus Dur). Dan jika mereka tidak menjadi saudara seiman, setidaknya menjadi saudara atas nama kemanusiaan.

Iklan
Iklan
Ucapan