Banjarmasin, KP – Menjelang puncak peringatan Hari Raya Idul Adha 1443 H, sejumlah kebutuhan pangan di Kita Banjarmasin mengalami kenaikan harga.
Bahkan, Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kota Banjarmasin, memprediksi kondisi ini akan terus berlangsung hingga Idul Adha yang jatuh pada 9 Juli 2022 mendatang.
Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan, Disperdagin Kota Banjarmasin, Rakhman Norrahim membeberkan, bahan pangan yang mengalami kenaikan signifikan adalah, bawang merah, tomat dan cabe rawit.
“Hasil pantauan kami seminggu ini, beberapa jenis bahan kebutuhan pokok yang naik drastis,” ungkapnya saat dihubungi awak media, Selasa (21/06) siang.
Ia lantas memaparkan, bahwa harga bawang merah dari Rp Rp 45 ribu per kilogram naik menjadi Rp 65 ribu per kilogram, cabai rawit dari Rp 100 ribu per kilogram menjadi Rp 150 ribu per kilogram.
Ia mengaku, pihaknya sudah turun ke lapangan mendatangi sejumlah distributor untuk mengetahui penyebab naiknya harga bahan kebutuhan pokok tersebut.
“Ini disebabkan karena pasokan dari Pulau Jawa terlambat dan ada juga daerah pemasok lokal dan dari Pulau Jawa mengalami gagal panen,” jelasnya.
Meski begitu, masyarakat Banjarmasin diimbau tidak perlu khawatir, karena pasokan bahan kebutuhan pokok tersebut masih lancar, tapi memang harga dari pemasok yang sudah tinggi hingga menyebabkan harga di eceran mengalami kenaikan.
“Kalau stok masih aman, harganya saja yang tinggi,” ujarnya.
Naiknya harga bahan pokok tersebut dikeluhkan pedagang. Misalnya Saniah, pedagang bawang di Pasar Antasari ini mengatakan sejak Idul Fitri harga bawang merah sudah Rp 35 ribu hingga Rp 40 ibu dan hingga jelang Idul Adha harganya terus naik.
“Bulan lalu masih Rp 45 ribu sekilonya itu harga paling tinggi. Tapi, makin ke sini harganya terus naik, hingga hari ini jadi Rp 60 ribu,” tuturnya.
Ia terpaksa menjual harga segitu, lantaran mendapat harga dari agen di Pasar Harum Manis sudah Rp 50 ribu per kilogram.
Rata-rata ia membeli satu karung isi 20 kilogram atau 40 kilogram. Sebelum dijual dibersihkan dulu dari serabut kemudian dipisahkan ukuran bawang yang besar dan kecil.
“Jadi, pasti ada susutnya. Makanya harga di eceran akan naik sedikit,” sergahnya.
Masnah juga menuturkan hal yang sama, kenaikan ini disebabkan stok bawang merah yang kosong di pasaran. Ditambah permintaan yang cukup tinggi di masyarakat.
“Informasi dari agen pasokan dari daerah penghasil, seperti Bima atau Brebes belum masuk, sehingga harganya tinggi,” pungkasnya. (Kin/K-)