Banjarmasin, KP – Sebagai bentuk modernisasi layanan dan fungsi untuk menopang keberlangsungan perusahaan, Bank Kalsel melakukan pengembangan aktivitas
Treasurynya. Tidak hanya berfungsi sebagai pengelola likuiditas saja, namun pengembangan tersebut menekankan peran Treasury sebagai unit kerja bisnis yang menghasilkan income (profit centre) guna mendukung strategi bank dalam optimalisasi pendapatan, khususnya dari aktivitas
Treasury melalui transaksi Money Market dan Fixed Income.
Atas visi tersebut, Bank Kalsel meresmikan Dealing Room Bank Kalsel yang beroperasional di Bank kalsel Kantor Cabang Jakarta (12/12). Sebagai informasi, Dealing Room Bank Kalsel merupakan satuan kerja pada Divisi Treasury Bank Kalsel yang berfungsi menyesuaikan (matching), mengelola (manage) dan mengendalikan (control) risiko pasar. Dealing Room bertanggung jawab dalam
pelaksanaan manajemen serta pengendalian risiko pasar sesuai dengan kewenangan yang
diberikan. Selain itu, bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan bisnis unit untuk
menetapkan harga (pricing) dari risiko pasar untuk diaplikasikan pada produk dan jasa bank.
Peresmian Dealing Room Bank Kalsel disimboliskan dengan Pengguntingan Untaian Pita oleh Direktur Utama Bank Kalsel, Hanawijaya, dengan didampingi Perwakilan Kepala Penghubung Provinsi Kalimantan Selatan, Drs. Khairul Saleh, Kepala Divisi Pelatihan ASBANDA, Srimugiany, dan
Direktur Utama Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, Hariyadi Sukamdani. Turut berhadir Kepala Kantor Dealing Room Bank Pembangunan Daerah dari Bank DKI, Bank BJB, Bank Sumsel Babel, Bank Jambi,
Bank Nagari, dan Bank Kaltimtara, Direktur Bisnis dan Group Head Support Bank Kalsel serta jajaran Kepala Divisi dan staf Bank Kalsel.
Dalam sambutannya, Direktur Utama Bank Kalsel, Hanawijaya, menyampaikan bahwa keuntungan dengan adanya Dealing Room akan membuka peluang bisnis, kerjasama dan jaringan yang semakin luas, lebih dekat dengan Peserta Pasar Uang, meningkatnya profitabilitas, dan lainnya.
“Diharapkan dengan pembangunan Dealing Room Bank Kalsel di Jakarta yang dilengkapi sarana dan prasarana yang memadai dan refresentatif, selain dapat menunjang pengembangan transaksi Treasury yang lebih profitable, namun tetap dapat terukur risikonya dan juga lebih dekat dan mudah mengakses ke pasar keuangan dan pasar modal” tutur Hanawijaya. (ADV)