Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Space Iklan
Space Iklan
Space Iklan

Space Iklan
Tanah Bumbu

Kendalikan Inflasi, Pertanian Harus Diperhatikan

×

Kendalikan Inflasi, Pertanian Harus Diperhatikan

Sebarkan artikel ini
IMG 20230210 WA0057
RESES – Wakil Ketua Komisi II DPRD Kalsel, Muhammad Yani Helmi saat reses di Desa Saring Sungai Binjai dan Beringin di Kabupaten Tanah Bumbu, kemarin. (KP/istimewa)
Space Iklan

Batulicin, KP – Wakil Ketua Komisi II DPRD Kalsel, Muhammad Yani Helmi mengatakan, sektor pertanian harus menjadi perhatian serius, terutama menyediakan sarana dan prasarana pertanian, agar bisa mengendalikan inflasi.


“Karena sektor pertanian ini sangat penting, dan menjadi tumpuan perekonomian masyarakat, termasuk menjadi penyebab terjadinya inflasi,” kata Yani Helmi, usai reses di Desa Saring Sungai Binjai dan Beringin, di Kabupaten Tanah Bumbu, Jumat (10/2/2023), di Batulicin.

GBK


Perhatian ini dalam bentuk menyediaan jalan usaha tani, pengairan (irigasi) dan ketersediaan pupuk. “Jadi tolong lah pengadaan pupuk dipermudah agar produksi petani meningkat dan bisa memperbaiki perekonomiannya,” ungkap politisi Partai Golkar.


Yani Helmi menambahkan, kenaikan harga beras lokal memicu terjadinya inflasi di Kalsel mencapai 0,15 persen, sebagai dampak kenaikan harga kebutuhan pokok, bahkan harga beras lokal di Banjarmasin tembus Rp21 ribu per liter.


Sedangkan inflasi di Banjarmasin berada dikisaran 6,11 persen. Terlebih, month to month (m to m) untuk kota berjuluk seribu sungai itu berhasil menyentuh 0,15 persen.


Yani Helmi mengungkapkan, kenaikan harga beras lokal disebabkan banyaknya tanaman padi yang terkena hama tungro, sehingga sejumlah daerah di Kalsel mengalami penurunan produksi, hingga berimbas pada kenaikan.


“Dari titik pertama reses hingga sekarang masih pada permasalahan beras. Jangan sampai daerah ini juga terdampak inflasi, karena kenaikan harga beras lokal,” ungkap Paman Yani, panggilan akrab Yani Helmi.


Apabila Kusan Hilir dan Tengah yang merupakan sentra produksi beras berhasil panen tanpa terdampak tungro, sehingga terjadi surplus dan tidak kekurangan.


Tak hanya Banjarmasin, ia menjelaskan, Bumi Saijaan pun terdampak inflasi beras mencapai 0,10 persen. Hal inilah yang mendorong bertambahnya inflasi di Kalsel. Begitu pula Tanjung yang mencapai 0,12 persen.

Baca Juga :  DPRD Kalsel dan Diskominfo Bahas Program 2025


“Ini yang menjadi perhatian, agar produksi padi di Tanah Bumbu harus melimpah, sehingga inflasi terkendali,” ujar wakil rakyat dari daerah pemilihan Kalsel VI, meliputi Kabupaten Tanah Bumbu dan Kotabaru.


Sementara itu, Kepala Desa Saring Sungai Binjai, Anafson Hadi, mengatakan, kendala pada sektor pertanian adalah sulitnya mendapatkan pupuk. Alih-alih mendapatkan, harganya pun diketahui mencapai di atas standar bersubsidi.


“Sekarang ini sangat sulit mendapatkan pupuk di agen karena mereka bilang pasti habis. Tercatat ada 550 petani yang produktif dengan rata-rata angka 90 persen. Kami juga memiliki 16 penggilingan padi,” paparnya.


Lebih lanjut, dia menjelaskan, kesulitan petani juga terjadi pada kebutuhan solar untuk mengoptimalkan mesin combine.


“Solar di sini langka, karena dimonopoli oleh pelangsir sehingga yang dijual kepada warga mampu menembus harga Rp18 ribu hingga Rp20 ribu per liter,” ungkap Anafson.


Sedangkan Sekretaris Desa (Sekdes) Beringin, Fardiansyah mengungkapkan, produksi beras di desanya mencapai ratusan ton dalam sekali panen dengan luas lahan persawahan 500 hektare.


Namun, karena cuaca beberapa hari terakhir ini diketahui ekstrim membuat petani kesulitan melakukan tanam padi, akibat curah hujan cukup tinggi yang mengganggu pertumbuhan padi.


“Petani kesulitan menanam padi dan keterlambatan ini akan mendampak pada keterlambatan panen. Termasuk ancaman padi gagal tumbuh,” tambahnya. (lyn/KPO-1)

Iklan
Iklan
Ucapan