Iklan
Iklan
Iklan
HEADLINE

“Jangan Remehkan Orang Down Syndrome”
Berprestasi dan Mandiri Perlu Perhatian di Kalsel

×

“Jangan Remehkan Orang Down Syndrome”<br>Berprestasi dan Mandiri Perlu Perhatian di Kalsel

Sebarkan artikel ini
AJANG SILATURAHMI - Persatuan Orangtua Anak Dengan Down Syndrome (POTADS) Kalsel, merayakan ajang silaturahmi bertajuk “Baimbai kita kawa” di Mess L Banjarbaru Minggu (19/3). (Ist)

Banjarbaru, KP – Masyarakat di Kalimantan Selatan (Kalsel) khususnya perlu memberikan perhatian kepada pengidap Down Syndrome.

“Jangan remehkan orang Down Syndrome. Banyak yang berprestasi dan bandiri, maka kedepan perlu perhatian di banua,” inilah inti dilaksanakan Hari Down Syndrome Sedunia yang jatuh pada 21 Maret mendatang.

Android

POTADS (Persatuan Orangtua Anak Dengan Down Syndrome) Kalsel, merayakan dalam ajang silaturahmi bertajuk “Baimbai kita kawa” di Mess L Banjarbaru Minggu (19/3).

Kegiatan dibuka Wakil Wali Kota Banjarbaru, Wartono dan Sekda, Said Abdullah.

Semua menjalin silaturahmi dan berinteraksi dengan anak – anak spesial.

“Perayaan juga guna meningkatkan kesadaran masyarakat akan memberikan perhatiannya kepada pengidap Down Syndrome,” ucap Wartono.

Ia menyatakan masih banyak penderita Down Syndrome yang berprestasi dan hidup mandiri.

“Dengan adanya perayaan ini dapat menjadi wadah bagi seluruh kalangan memberikan perhatian, dukungan, dan penerimaan yang terbaik terhadap anak Down Syndrome.

Saya mengajak semua kalangan agar bersama penerimaan yang terbaik terhadap tumbuh kembang anak Down Syndrome, dan khususnya di Kota Banjarbaru,” ucapnya lagi.

Down syndrome sendiri adalah kelainan genetik yang menyebabkan penderitanya mengalami keterlambatan perkembangan fisik dan mental.

Kelainan ini disebabkan oleh perkembangan kromosom yang tidak normal. Pengidap kelainan ini memiliki struktur wajah yang khas dan terkesan mirip.

Acara dimeriahkan dengan penampilan drama musik oleh Forum Anak Banjarbaru, tari, menyanyi solo, dan pencak silat oleh anak – anak down sindrom, dan teater hening dari rekan tuna rungu Teras Inklusi.

Kisah

Sisi lain data dihimpun, sederet kisah anak-anak berprestasi di Indonesia.

Yakni Stephanie Handojo.

Saat berusia 18 tahun, Stephanie berhasil memecahkan MURI sebagai pemain piano yang mampu membawakan 23 lagu berturut-turut dalam sebuah acara musik di Semarang, Jawa Tengah.

Tak hanya itu, perempuan kelahiran Surabaya ini memiliki segudang prestasi hingga tingkat internasional.

Stephanie telah mencatatkan namanya sebagai peraih medali emas cabang olahraga renang di ajang Special Olympics World Summer Games di Athena, Yunani, untuk nomor 50 meter gaya dada.

Pencapaiannya begitu luar biasa mengingat saat itu menjadi kali pertama atlet Indonesia meraih emas di ajang internasional.

Prestasi internasional Stephanie tak terhenti di Yunani.

Ia juga menyabet emas cabang renang di ajang Special Olympics Asia-Pacific 2013 di Newcastle, Australia.

Prestasinya pun semakin lengkap ketika dia menjadi wakil Indonesia sebagai pembawa obor Olimpiade London 2012.

Kemudian Samuel Santoso, yang mampu menggelar pameran lukisan tunggal. Pameran lukisan yang digelar untuk merayakan hari Down Syndrome Internasional, juga sekaligus mendapatkan penghargaan dari MURI sebagai pameran tunggal lukisan pertama yang digelar oleh anak berkebutuhan khusus.

Dalam pameran, Samuel mampu menggelar 50 karya lukisnya dari berbagai aliran. Dari lukisan bertema surealis, hingga realis yang dibuatnya dari bahan cat minyak di atas kanvas.

Dan, di luar negeri ada Reviera Novitasari juga memiliki prestasi gemilang di cabang olahraga.

Ia mampu mendapat medali perunggu renang 100 meter gaya dada pada kejuaraan renang internasional di Canberra, Australia.

Sebagai orangtua, tentu ibu dari Reviera Novitasari sempat merasa sedih karena dokter pernah memberikan gambaran terburuk, kalau anak down syndrome tidak bisa mandiri bahkan untuk memegang pensilpun akan sulit.

Namun agaknya kenyataan berkata lain, Reviera bisa menulis dan membaca. Berhitung juga sudah bisa.

Kemampuan renangnya pun menonjol dibanding anak cacat lain.

Sadar akan bakat anak keempatnya itu, ia memfasilitasi Reviera dengan latihan renang seminggu dua kali di Club Special Olympic Indonesia.

Tak ada usaha yang mengkhianati hasil, putrinya tersebut mampu beprestasi.

Kemudian Michael Rosihan Yacub, dicatat oleh MURI sebagai atlit golf satu-satunya di Asia.

Dengan kondisi fisiknya, tak lantas menyurutkan semangat untuk menjadi seseorang yang aktif dan berprestasi. Bahkan tak hanya di sektor golf saja, di sejumlah kejuaraan paralympic di Irlandia hingga Amerika Serikat, Michael meraih medali dari cabang renang dan atletik.

Contoh lain, Katie Higgins, sebagai Guru Zumba. Zhou Zhou, seorang Konduktor Musik pada Orkes Simfoni Nasional China dan paling dihomati di seluruh dunia serta banyak lagi yang lain. (dev/*/K-2)

Iklan
Iklan