Kasongan, KP – Pemerintah Kabupaten Katingan melalui Bupati Katingan Sakariyas, pada Rabu (30/8/2023) menyebutkan dan menyampaikan implikasi meningkatnya kadar suhu di udara mencapai 15-40 meter kubik.
“Kualitas udara terendah dan tak sehat, kualitas udara menjadi rendah, di puncak musim kemarau terjadi hingh bulan September, sebut Sakariyas Rabu (30/8/2023) di aula Kantor DLH Kabupaten Katingan.
Dirinya selaku Bupati Katingan menghimbau masyarakat tak bakar hutan dan lahan, agar tak terjadi kabut asap di Kalteng, ” karena selain dari beberapa Kecamatan di Katingan kabut asap juga ada kiriman dari Kabupaten terdekat dengan Katingan, ” ungkap Sakariyas.
Tambahnya, kondisi udara di Katingan juga tergantung udara sesuai arah angin, dan kabut asap membuat penyakit ISPA meningkat, ” kita himbau masyarakat bagi orang tua dan anak -anak batasi diluar ruangan agar gunakan masker sehingga tak terkena penyakit ISPA, juga tak bakar lahan sehingga tak menambah kabut asap , ” ujarnya.
Kepada OPD lintas sektor dapat sediakan obat – obatan dan Oksigen, serta pihak perusahaan juha dapat menjaga dari terjadinya Karhutla, ” hal ini agar ISPU dapat diatasi dan DLH juga sampaikan kondisi cuaca ke masyarakat Katingan agar tak bakar lahanl, termasuk sampah berlebihan guna menjaga kesehatan.
Sementara Kadis Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Katingan, Yobie Sandra menyebutkan, rilis kondisi cuaca di Katingan berdasarkan data DLH Katingan, perkiraan memasuki puncak kemarau pada Bulan Agustus – Nopember 2023 berdasarkan peningkatan Elnino.
“Di Katingan, ada perubahan suhu udara 20-26, sekarang 19-20, meski dapat hujan tak signifikan, namun peningkatan cukup tajam 71 menjadi 506 titik api, ” ungkapnya.
Diakuinya, dengan demikian memprediksi karhutla, adanya kondisi kuning di Kecamatan Mendawai, Katingan Kuala, hijau di tengah dan utara, dan akan menuju merah.
“Indeks pencemaran udara, normal, 50 merangkap naik peningkatan 15 – 40 akibat kebakaran hutan, kabut titik ISPU 96 sedang parameter 2.5 mikro meter, puncak ISPU 1.8 tak sehat, disebabkan karena kualitas udara di malam hari dan dini hari pluktuatif, ” ungkapnya. (Isn/K-10)