Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Kalteng

Dinkes Gelar Pelatihan Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dan Asma.

×

Dinkes Gelar Pelatihan Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dan Asma.

Sebarkan artikel ini
15 Dinkes Pelatihan PPOK scaled
SAMPAIKAN SAMBUTAN - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng Suyuti Syamsul menyampaikan sambutan pada kegiatan pelatihan PPOK dan Asma.(KP/istimewa)

Palangka Raya, KP – Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) menggelar pelatihan Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dan Asma, Selasa (10/10).

Kegiatan dibuka langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Kalteng, Suyuti Syamsul.

Baca Koran

Suyuti Syamsul yang menjadi narasumber dalam pelatihan tersebut menjelaskan, Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menyebutkan, prevalensi Asma di Indonesia sebesar
2,4 persen dengan prevalensi pada laki-laki sebanyak 2,3 persen dan perempuan 2,5 persen.

Sedangkan untuk prevalensi PPOK berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 sebesar 3,7 persen dengan prevalensi pada laki-laki 4,4 persen dan perempuan 4,6 persen. Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga menyebutkan bahwa PPOK merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di dunia.

Suyuti mengungkapkan, sebanyak 3,23 juta kematian terjadi di tahun 2019 dengan penyebab utamanya adalah merokok.

Global initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) memperkirakan secara epidemiologi di tahun 2060 angka prevalensi PPOK akan terus meningkat dan terdapat 5,4 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit ini karena meningkatnya jumlah angka orang yang merokok.

Kadinkes juga menjelaskan, WHO telah memperkenalkan strategi Practical Approach to Lung Health (PAL) atau Pendekatan Praktis Kesehatan Paru sejak tahun 2008.

Menurutnya, ada 4 jenis penyakit yang dapat ditegakkan diagnosisnya dengan pendekatan ini, yakni Tuberculosis, Pneumonia, Asma, dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).

Penerapan Pendekatan Praktis Kesehatan Paru diharapkan dapat meningkatkan kualitas deteksi dini, diagnosis, dan tatalaksana kasus TB, Pneumonia, Asma, dan PPOK secara terintegrasi.

“Dalam Pendekatan Praktis Kesehatan Paru diperlukan agar tenaga kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) mampu menegakkan diagnosis dan tatalaksana Asma dan PPOK
dengan cermat dan tepat, sehingga akan meningkatkan kualitas pelayanan Asma dan PPOK kepada masyarakat. Dengan demikian diperlukan peningkatan kapasitas SDM dalam pengendalian
Asma dan PPOK dengan Pendekatan Praktis Kesehatan Paru di FKTP,” imbuhnya.

Baca Juga :  BAPPERIDA Bahas Rencana Awal RPJMD Tahun 2025-2029 Bersama DPRD Kalteng

Perlu diketahui, di beberapa negara termasuk Indonesia, tatalaksana pasien gangguan saluran pernapasan dilaksanakan di FKTP atas dasar gejala tanpa indikasi yang jelas dan sistematik.

“Situasi pelayanan penyakit pernapasan di Indonesia pada umumnya menunjukkan gejala utama yakni batuk dan sesak,” tutupnya.

Hadir pada kegiatan ini Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Widyaiswara UPT Bapelkes Palangka Raya sebagai pengendali diklat dan Peserta Dokter dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).(drt/K-10)

Iklan
Iklan