BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Haul KH. Muhammad Zaini bin KH. Abdul Ghani Al Banjari atau Guru Sekumpul, Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan (Kalsel) selalu menjadi kegiatan yang dirindukan masyarakat Kalsel.
Tidak hanya masyarakat Kalsel, namun masyarakat luar Kalsel dan luar pulau Kalimantan pun ikut melaksanakannya, bahkan tak jarang jamaah dari negara-negara jiran turut berdatangan dan menyambangi peringatan haul tersebut yang fenomenal sepanjang sejarah. Tercatat jamaah haul tahun ini menembus 3,3 juta jamaah, 1,2 juta sepeda motor, 601 bus di 15 titik, 151.199 mobil di 196 titik, dan 533 kelotok yang berdatangan dari berbagai penjuru Kalsel, Kalimantan, Indonesia, dan negeri jiran.
Pasalnya kegiatan yang luar biasa tersebut, yakni haul Abah Guru Sekumpul, ulama kharismatik yang wafat pada 10 Agustus 2005 lalu atau tanggal 5 Rajab 1426 H pada usia 63 tahun selalu dihadiri jamaah hingga jutaan orang, karena beliau termasuk salah seorang aulia Allah dan waliyullah (wali Allah/ulama yang beriman dan bertaqwa), keimanan dan ketaqwaan beliau bukan hanya sebagai hiasan bibir, namun keimanan dan ketaqwaan beliau teraplikasikan di dalam kehidupan nyata (beliau banyak memberikan teladan dengan bahasa perbuatan), beliau merupakan ulama yang kharismatik dan tawadhu (rendah hati).
Seperti peringatan haul ke 19 pada 14 Januari 2024 jutaan jamaah dari sudut kabupaten dan kota di Kalsel hingga penjuru Nusantara menuju satu arah, yakni Sekumpul, Martapura. Hamparan jamaah berkilo-kilometer pada titik utama peringatan yang dilaksanakan di Mushalla Ar-Raudhah Sekumpul, Martapura.
Tak jarang sebelum hari pelaksanaan, jamaah dari berbagai daerah sudah banyak datang ke Sekumpul, karena mereka ingin hadir lebih dekat dan hadir langsung di Mushalla Ar-Raudhah, Martrapura. Sebab jika datang pada hari H, kemungkinan besar sangat sulit masuk ke kompleks Mushalla Ar-Raudhah tersebut.
Bahkan, seperti pelaksanaan tahun sebelumnya parkir jamaah bisa mencapai dua hingga tiga kilometer dari lokasi area.
Menariknya pula sepanjang jalan, puluhan kilometer masyarakat membagikan makanan dan minuman, snack, bahan bakar minyak (BBM), pelayanan kesehatan, dan masih banyak hal positif yang lain disediakan panitia serta relawan secara gratis dan ikhlas diwakafkan, tidak hanya dari masyarakat pribadi, tetapi semua kalangan, baik instansi pemerintahan, swasta, dan sebagainya, Masya Allah tabarakallah, sungguh penerapan ekonomi syariah terjadi di Kalsel, beramal amaliah.
Petugas dan tim relawan pelaksana juga sangat banyak, baik dari masyarakat, santri/santriwati, siswa/i, mahasiswa/i, guru/dosen, organisasi, anggota ASN/TNI/POLRI, serta anggota dari berbagai instansi secara sukarela membantu.
Tak hanya sampai disitu memasuki lokasi, dapur-dapur masak siap memberikan hidangan, para jamaah yang hadir dalam pelaksanaan haul. Ratusan sapi sumbangan dari warga demi kecintaan serta penghormatan kepada al-Arif billah, alim ulama, zurriyat Rasulullah, zurriyat Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari yang telah memberikan ajaran yang thayyib/baik serta kecintaan terhadap Rasulullah, nabi & rasulNya, sahabat nabi, tabi’in, tabi’ut tabi’in/atbaut tabi’in, alim ulama, habaib, dan seterusnya.
Dikutip dari Wikipedia, KH. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al Banjari lahir di Tunggul Irang, Kabupaten Banjar pada 11 Februari 1942 dari pasangan KH. Abdul Ghani Al Banjari dan Hj. Masliah.
Nama kecilnya Qusyairi, beliau merupakan garis keturunan ulama besar di tanah Banjar, yakni Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau Datu Kalampayan yang wafat pada 3 Oktober 1812 dan Tuan/Datu Guwat (Go Hwat Nio). Secara genealogi, silsilah keluarga Guru Sekumpul adalah sebagai berikut: KH. Muhammad Zaini bin KH. Abdul Ghani bin KH. Abdul Manaf bin KH. Muhammad Samman bin KH. Saad bin KH. Abdullah Mufti bin KH. Muhammad Khalid bin Khalifah Hasanuddin bin Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari (Datu Kalampayan).
Saat muda, beliau menimba ilmu agama di Pondok Pesantren (Ponpes) Darussalam Martapura, Ponpes tertua di Kalsel hingga memasuki usia dewasa, di mana banyak ulama besar yang membimbingnya.
Beliau membangun majelis ta’lim di Sekumpul, Martapura, Kabupaten Banjar hingga populer dipanggil dengan Guru Sekumpul.
Kharismatiknya Guru Sekumpul, tidak hanya orang awam yang mengenal beliau, namun dari semua kalangan dan golongan mengenal beliau, beliau dikenal banyak oleh ulama, umara, dan masyarakat yang sering bersilaturahmi ke kediaman beliau di Sekumpul, Martapura.
Dari beberapa petuah yang pernah disampaikan beliau saat pengajian, 10 petuah yang patut menjadi teladan kita dalam menjalani hidup, yaitu:
- Menghormati ulama,
- Murah diri, murah hati, manis muka,
- Memaafkan segala kesalahan orang lain,
- Jangan bersifat tamak dan memakan harta riba,
- Jangan menyakiti orang lain,
- Jangan merasa baik dari orang lain,
- Berpegang kepada Allah segala hajat yang dikehendaki,
- Baik sangka terhadap muslim,
- Banyak-banyak sabar apabila mendapat musibah, banyak-banyak syukur atas nikmat, dan
- Tiap-tiap orang yang iri dengki atau adu asah (adu domba) jangan dilayani, serahkan segala sesuatu kepada Allah (tawakkal).
Beliau berpulang ke rahmatullah. Innalillaahi wa inna ilaihi roji’un pada hari Rabu, 5 Rajab 1426 H. Namun, takzim dan kecintaan warga Kalimantan Selatan, wabil khusus zurriyat, qarobat, dan muhubbin terhadap Guru Sekumpul tidak pernah luntur sepanjang masa. Masya Allah tabarakallah. Allahu akbar.
Penulis :
Dr. Ir. Syahrial Shaddiq, M.Eng., M.M.
Dosen FEB ULM
Ketua MES Banjarbaru
Sekretaris FORSILADI Kalsel
Pengamat Ekonomi & Bisnis Islam
Ketua Cendekiawan Muda Kalimantan
Anggota Bani Mufti M. As’ad Al Banjari
Ketua Bidang Riset, Jurnal, dan Publikasi KDN DPW Kalsel
Wakil Ketua Bidang Hukum, HAM, dan Advokasi KNPI Banjarbaru