Pemerintah Kabupaten Batola juga mesti peka terhadap situasi lapangan
MARABAHAN, KP –Ribuan rumah di Kecamatan Kuripan Kabupaten Barito Kuala (Batola), terendam.
Banjir dengan intensitas ketinggian air 20 sampai 75 cm di dalam rumah warga, sedangkan di jalanan berkisar 20 sampai 110 cm.
Wilayah tersebut hampir setiap tahun tergenang disebabkan banjir rob.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) pun sudah memantau langsung ke lapangan untuk melihat sembilan desa yang terdampak, yakni Jambu Baru, Jambu, Kabuau, Asia Baru, Jarenang, Rimbun Tulang, Kuripan, Tabatan dan Tabatan Baru.
“Semua desa tersebut terdampak banjir,” ungkap Sekretaris BPBD Batola Irmansyah Hadi Minggu (28/1).
Ia juga menyampaikan, sebagian besar rumah sudah terendam, sehingga status saat ini telah siaga darurat.
“Bila air terus naik, nantinya bisa dinaikkan status menjadi Tanggap Darurat,” tambah Irman.
Berdasarkan data sementara yang pihaknya himpun sampai Sabtu, terdapat 1.265 rumah yang terdampak, sedangkan fasilitas pendidikan ada 3 yang ikut terendam.
“Aktivitas warga sudah mulai terganggu, sekolah ada yang sudah diliburkan, dan juga sudah munculnya masalah kesehatan,” tambahnya.
Saat ini BPBD sudah menyiapkan bantuan untuk korban banjir di beberapa wilayah.
“Kepada warga tetap sabar, waspada terhadap kenaikan air, bila air sudah sepinggang, segera mengungsi ke tempat yang aman.
Hati-hati arus listrik, arus pendek segera diamankan, hati-hati juga binatang seperti ular berbisa,” ucapnya.
Peringatan Dini
Kepala Desa Jambu Baru Aslianoor menyampaikan, sudah hampir seminggu debit air semakin tinggi, yang mengakibatkan beberapa rumah dan fasilitas umum, Masjid Ar-Rahman di RT 4, dan SD Negeri Jambu Baru 2 juga terendam.
“Saat ini fasilitas pendidikan yang ada di Desa Jambu Baru 2 untuk sementara diliburkan, mengingat kondisi air semakin tinggi.
Selain tidak maksimalnya proses belajar mengajar, juga berbahaya bagi anak didik,” ungkapnya.
Banjir juga sudah memberikan dampak terhadap kesehatan, yang mengalami gatal-gatal di kaki, seperti kutu air.
“Di desa saya, rumah dan fasilitas lain yang terdampak sebanyak 52 buah untuk sementara.
Semoga secepatnya mendapat perhatian pemerintah daerah, hingga dapat membantu warga kami yang terdampak, mengingat saat ini warga tidak bisa beraktivitas seperti biasa,” tambah Asliannor.
Sementara itu, seorang warga Desa Jambu Baru Nasrullah, yang saat ini menempuh pendidikan S-3 di luar negeri menyampaikan bahwa pemerintah kabupaten melalui instansi terkait mestinya sudah menyampaikan peringatan dini tentang potensi banjir, potensi pasang dan surut air, hingga perkiraan banjir.
“Jangan sampai masyarakat menerima secara alamiah kondisi ini tanpa ada penyampaian tentang perkiraan cuaca di wilayah potensi banjir,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan warga, agar waspada terhadap dampak banjir, seperti adanya binatang buas, ular, dan potensi arus pendek.
“Pemerintah Kabupaten Batola juga mesti peka terhadap situasi lapangan.
Penduduk yang rumahnya di tepi sungai dan terendam air sangat terganggu dengan lalu lintas sungai, yakni berbagai perahu yang menimbulkan gelombang.
Imbauan itu agar mengurangi potensi gelombang yang disebabkan angkutan sungai terentu.
Penanganan banjir ini menurutnya perlu ada proyek nasional terhadap Sungai Barito dan lingkungan sekitar, baik di Kalsel dan Kalteng, agar apat berfungsi mengurangi potensi banjir.
“Pemerintah Kota Banjarmasin, Pemkab Batola, Pemkab Hulu Sungai Selatan, Pemkab Barito Selatan, Pemkab Kapuas, Pemkab Barito Utara, dan Pemkab Murung Raya, perlu duduk bersama membahasnya,” tegas Nasrullah. (net/K-2)