BANJARMASIN, Kalimantanpost.com- Upaya percepatan penurunan stunting dan mengatasi masalah gizi buruk, Dinas Kesehatan Kalsel mengadakan pertemuan pemanfaatan teknologi digitalisasi program gizi dan sosialisasi percepatan penurunan stunting melalui program 8000 HPK di Banjarmasin, Senin (18/3/2024).
Kepala Dinas Kesehatan Kalsel, Raudatul Jannah melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Nurul Ahdani menegaskan saat ini nilai gizi dan kesehatan remaja putri sebagai calon ibu di masa depan memiliki peran yang penting dalam pencegahan stunting.
“Prevalensi stunting nasional berdasarkan studi status gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 mencapai angka 21,6%, dengan Provinsi Kalimantan Selatan mengalami penurunan cukup signifikan yaitu sebanyak 5,4% dari 30% pada tahun 2021 menjadi 24,6% pada tahun 2022,” jelasnya.
Meskipun begitu, angka tersebut masih perlu diperhatikan dan diciptakan solusi untuk mengatasi hal tersebut.
Melalui program 1000 HPK, menjadi upaya pencegahan stunting karena saat ini masih dinilai belum menghasilkan presentasi yang maksimal.
“Oleh karena itu, diperlukan perluasan intervensi hingga 8000 HPK, dengan perhatian khusus pada kelompok 7000 HPK selanjutnya.
Apalagi Program 8000 HPK difokuskan pada pemenuhan layanan kesehatan ibu, bayi, anak, remaja, dan kelompok usia reproduksi,” ujarnya.
Ditargetkan melalui program 8000 HPK, remaja putri dan kelompok usia reproduksi perempuan sebagai calon ibu harus didorong untuk memperhatikan gizi dan kesehatannya secara serius.
Karena penting menghindari kelahiran anak dengan stunting di masa depan.
Berdasarkan surveilans gizi melalui SIGIZITERPADU di Provinsi Kalsel, menunjukkan bahwa cakupan remaja putri yang mengkonsumsi tablet tambah darah (TTD) masih rendah sebesar 55,91% dan remaja putri yang terindikasi anemia masih tinggi yaitu sebesar 34,25%.
“Pentingnya pencegahan stunting juga menjadi fokus kerja sama antara semua pemangku kepentingan dalam menangani masalah gizi di Indonesia,” ungkapnya.
Nurul berharap melalui perluasan intervensi hingga 8000 HPK, dalam penanganan stunting dapat lebih efektif dan efisien dalam menangani permasalahan stunting sehingga target nasional penurunan stunting 14% dapat terwujud pada tahun 2024.
Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat, Ardiansyah menambahkan tujuan kegiatan untuk meningkatkan pemanfaatan teknologi digitalisasi pada pelaksanaan surveilans gizi dan melakukan sosialisasi 8000 HPK dalam upaya percepatan penurunan stunting.
Sebagai informasi peserta kegiatan ini sebanyak 33 orang dan kegiatan tersebut menghadirkan narasumber Direktorat Gizi dan KIA Direktorat Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI, Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kepala Dinas Kesehatan Kalsel, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kalsel, Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinkes Kalsel.(ADV/Dev/K-3)