Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Teriak Meminta Tolong

×

Teriak Meminta Tolong

Sebarkan artikel ini

Oleh : Ahmad Barjie B
Pemerhati Sosial Kemasyarakatan

Allah SWT menyatakan dalam Al Qur’an bahwa, “Sesungguhnya sesama muslim itu bersaudara (ikhwah), maka perbaikilah persaudaraan kamu. Dan bertaqwalah kepada Allah semoga kamu mendapat rahmat”.

Baca Koran

Di dalam hadis diterangkan bahwa yang namanya bersaudara itu kal-bunyan yasuddu ba’dhuhum ba’dha, seperti satu bangunan atau seperti satu tubuh yang bagian-bagiannya saling memperkuat bagian yang lain. Dan bila ada anggota tubuh sakit, maka yang lain juga merasakan sakit dan berusaha untuk menolongnya, diminta atau tidak diminta.

Hadits lain menyatakan, tolonglah orang yang dizalimi dan menzalimi. Kalau orang yang dizalimi ditolong itu sudah merupakan kepastian. Lantas bagaimana menolong orang yang menzalimi, caranya adalah melerai, mencegah, menasihati, menghukum, sampai kepada memerangi (jika ia memiliki kekuatan) agar ia menghentikan kezalimannya.

Membiarkan kezaliman, padahal mampu menolong, sungguh suatu kejahatan juga. Jika kamu melihat kemunkaran, maka cegahlah dengan tanganmu (kekuasaan), jika tak sanggup cegahlah dengan lisan (teguran, nasihat), jika tak sanggup juga cegahlah dengan hati, yang demikian adalah selemah-lemah iman. Kemunkaran banyak jenisnya, dan apa yang dilakukan Israel adalah kemunkaran yang sebesar-besarnya.

Teriakan Palestina

Sudah lama bangsa Palestina dijajah, diduduki dan dizalimi oleh Zionis Israel, lebih setengah abad bahkan sudah tiga perempat abad. Sejak itu mereka sudah berteriak meminta tolong kepada saudara-saudaranya yang beragama Islam, dari negeri-negeri tetangga Arabnya, dari negeri-negeri muslim yang dekat maupun jauh, kepada pemimpin-pemimpin negara, kepada PBB, Liga Arab, OKO dan sebagainya. Termasuk Ketua PLO Yasser Arafat, di akhir hayatnya ketika terkurung di Ramalah Tepi Barat, tetapi tidak ada yang menolongnya. Yang mereka minta bukan hanya bantuan kemanusiaan, tapi agar tuntas masalahnya, juga bantuan tentara.

Saat ini Israel hanya berpenduduk 9 juta jiwa di dalam negeri, dan mungkin setengah dari jumlah itu tersebar di luar negeri Israel. Sedangkan jumlah muslimin dunia sangat banyak, 2 miliar lebih. Seandainya mengirimkan sebagian tentaranya, mengerahkan senjatanya, dan segenap kemampuannya untuk menolong Palestina, sudah lama masalah ini selesai dan tidak berlarut-larut. Karena tidak ada yang melawan, kecuali perlawanan dari Hamas, Hizbullah dan berupa gangguan lain dari negara yang bersimpati, akibatnya Israel semakin menjadi-jadi, brutal, kejam, dengan korban yang semakin banyak. Hari ini kita sudah tidak sanggup lagi melihat kejahatan kemanusiaan yang terjadi, mayoritas wanita dan anak-anak, sehingga banyak yang memilih tidak membuka beritanya dan tidak menyebarkannya.

Baca Juga :  Efisiensi Anggaran, Rakyat Dikorbankan?

Pertanyaannya, mengapa negeri sekecil Israel berani menyerang Palestina dengan segala kekejamannya. Jawabannya, diantaranya karena mereka tahu muslim lainnya tidak akan berani membela dengan tentara dan kekuatan senjata, tidak akan ada pemimpin negeri-negeri muslim yang mau menolong secara nyata. Mereka juga tahu, negeri-negeri muslim terpecah dalam 50-an negara, masing-masing memikirkan kepentingannya sendiri. Sekadar mengembargo minyak pun tidak mau. Dan banyak negeri-negeri muslim tergantung kepada bantuan-bantuan negara-negara besar, yang notabene menjadi pendukung kuat Israel.

Mereka juga tahu semangat jihad sudah luntur di hati umat Islam, sehingga kalaupun menolong, sebatas mengecam, berdemo, hanya dalam bantuk bantuan uang dan materi, obat-obatan, yang itu pun sebagian mereka hancurkan sebelum sampai ke alamat yang dituju. Mereka tidak segan menginjak-indak dan menghancurkan bantuan logistik yang dikirimkan dari bantuan dunia. Aturan perang international sebagaimana diatur dalam Konvensi Genewa, juga mereka langgar. Mereka sudah seperti melakukan genosida.

Dalam keadaan begini, kita malu mengaku sebagai muslim, karena prinsip-prinsip persaudaraan yang sesungguhnya tidak mampu kita wujudkan, sebagaimana digariskan di atas. Memang bantuan kemanusiaan sebagian sudah mampu kita berikan, dan boikot juga terus dilakukan. Sebagian negara sepertinya ingin menempuh jalan damai lewat saluran diplomasi dan meminjam tangan PBB, ICC dan sebagainya, walaupun terbukti itu sia-sia.

Kekejaman Israel hingga saat ini tidak berhenti. PM Israel Benjamin Netanyahu dengan sombong mengatakan, tidak ada yang mampu menghentikan negaranya. Kelihatannya hanya pengerahan militer dan senjata yang bisa menghentikannya.

Teladan Sejarah

Dulu di zaman Nabi Muhammad Saw ada perempuan muslimah berbelanja di pasar Yahudi Madinah. Perempuan itu kemudian dilecehkan oleh seorang laki-laki Yahudi, sehingga auratnya kellihatan dan ia ditertawakan oleh laki-laki Yahudi lain yang ada di pasar tersebut. Saat itu ada seorang laki-laki muslim yang ikut berbelanja di pasar tersebut, ketika mengetahui pelecehan tersebut muncullah ghirah (semangat) agamanya, ia membalas dan menikam Yahudi yang kurang ajar tersebut. Selanjutnya, muslim itu dikeroyok ramai-ramai oleh kaum Yahudi yang di pasar, akhirnya juga tewas.

Baca Juga :  Maksiat saat Ramadan, Umat Butuh Islam Kaffah

Kabar peristiwa ini sampai ke telinga Nabi. Dalam waktu singkat nabi memobilisasi muslimin Madinah kemudian balas menyerang kaum Yahudi tersebut hingga menyerah kalah dan tidak berani lagi mengulangi perbuatannya.

Sama tapi tak serupa peristiwa terjadi lagi di sebuah wilayah yang jauh dari pusat kekuasaan. Seorang perempuan muslimah dilecehkan oleh pria nonmuslim. Perempuan itu minta tolong, kepada Khalifah al-Mu’tashim, Khalifah Abbasiyah di Kota Baghdad, ribuan kilometer dari tempat kejadian perkara. Si pengganggu itu mempersilakan perempuan itu berteriak sekerasnya, tokh tidak akan ada yang menolong, lagi pula khalifah jauh. Meskipun tak ada telpon dan informasi yang bisa cepat menyampaikan peristiwa, akhirnya khalifah mendengar juga. Tanpa membuang waktu, khalifah pun mengirim tentara untuk menghukum pelaku, sehingga menyerah kalah dan berjanji tidak mengulangi lagi.

Sedikit contoh di atas menunjukkan bahwa sekadar melecehkan kehormatan seorang muslimah, negara turun tangan untuk menghukum pelaku dan memastikan peristiwa itu tidak terulang lagi. Umat Islam begitu terlindungi, dekat maupun jauh, semuanya aman terjamin, baik kehormatannya, hartanya maupun jiwanya. Bahkan kalangan nonmuslim pun terjamin keamanannya, asalkan hidup rukun dan damai, dan tidak mengganggu atau memerangi umat Islam.

Hari ini bangsa Palestina, bukan lagi seorang, seratus atau seribu, tetapi sudah jutaan orang meminta tolong. Data menyebut 38 ribuan yang tewas, ratusan ribu sakit dan luka-luka, kelaparan, dan jutaan jadi pengungsi karena rumahnya hancur dan seterusnya. Bahkan sekadar mengungsi pun tidak aman karena terus diserang Israel. Mereka seolah menjadi umat yang yatim, tanpa pelindung dan pembela. Sama juga dengan umat Islam Rohingya, Uighur dan sebagainya, menderita tanpa pembelaan dan perlindungan. Semuanya seperti anak yatim dan tak ada pelindung.

Kita membutuhkan kesatuan, kekuatan umat, dan pemimpin negara yang mampu membantu Palestina secara maksimal, tak saja bantuan kemanusiaan, tapi juga mengerahkan tentara dan senjatanya. Bukankah kekuatan militer sejatinya memang untuk menciptakan dan memelihata perdamaian dunia. Kelihatannya hanya itu yang bisa menghentikan Israel dengan segala kekejamannya.

Iklan
Iklan