PALANGKA RAYA, Kalimantanpost.com – Inflasi di Kalimantan Tengah (Kalteng) sebesar 2,22 persen (y-on-y), berada pada urutan 10 besar terendah inflasi se-Indonesia.
“Artinya Kalteng aman terhadap inflasi, dan beras kita juga masih aman. Kemudian komoditas yang masih perlu menjadi perhatian yaitu daging ayam ras, telur ayam ras, bawang merah, cabe rawit dan cabe merah,” papar Staf Ahli (Sahli) Gubernur Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan Yuas Elko usai mengikuti Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi di Tahun 2024 bersama Plt. Sekjen Mendagri RI secara virtual dari ruang Rapat Bajakah, Lantai II Kantor Gubernur Kalteng, Palangka Raya (Senin, 8/7/2024).
Dia pun mengharapkan, semua pihak bisa bekerja bersama-sama untuk menjaga inflasi di Kalteng agar tetap terkendali dengan baik.
Rakor Pengendalian Inflasi yang dipimpin Plt Sekjen Mendagri RI Tomsi Tohir mengatakan, sesuai dengan rilis BPS tanggal 1 Juli 2024, angka inflasi di Indonesia turun dari sebelumnya 2,84 persen menjadi 2,51 persen.
“Angka inflasi tahunan Juni 2024 lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun 2023,” kata Sekjen.
“Kami berharap bagi kepala daerah yang inflasinya berada di atas 2,51 persen, agar bisa terus mengupayakan secara terencana, dan memahami betul produk atau barang apa yang memungkinkan infasinya naik, sehingga upaya-upaya yang dilakukan bisa bersifat permanen,” ucapnya.
Berkaitan dengan subsidi pupuk, ia mengatakan baru 158 kota dan kabupaten yang melaksanakan upaya-upaya pembenahan distribusi pupuk.
Hal tersebut menjadi atensi dan perhatian dari semua pihak, karena berkaitan dengan petani dan menyangkut nasib rakyat banyak, sehingga pelaksanaannya diharapkan bisa dimaksimalkan dengan sebaik-baiknya.
“Hal ini merupakan kesempatan yang baik untuk mensejahterakan petani, dimana tanah yang tidak produktif yang dimilikinya bisa dicetak menjadi sawah dan dapat terairi irigasi,” tandasnya.
Sementara itu, Plh Deputi Bidang Statistik dan Jasa BPS RI M Habibullah dalam paparannya menyampaikan, inflasi bulan Juni 2024 terjadi deflasi sebesar -0,08 persen, dan inflasi tahunan terjadi deflasi sebesar 2,51 persen, untuk inflasi tahun kalender sebesar 1,07 persen.
“Kalau kita lihat, komponen harga bergejolak sepanjang periode 2020 – 2024, secara bulanan relatif lebih sering mengalami inflasi diandingkan deflasi,” paparnya.
Dijelaskannya pula, andil deflasi komponen harga bergejolak Juni 2024 adalah 0,16 persen, dan komoditas yang dominan memberikan andil deflasi Juni 2024 yaitu bawang merah 0,09 persen, tomat 0,07 persen, 0,05 persen, dan telur ayam ras 0,02 persen.
“Sedangkan komoditas komponen harga bergejolak yang memberikan andil inflasi Juni 2024 adalah cabe rawit, cabe merah dan kentang,” sebut Habibullah.
Menurutnya, sejak Desember 2023 sampai dengan pertengahan tahun 2024, inflasi emas perhiasan dan sigaret kretek mesin tertinggi terjadi di kabupaten dan kota di luar Jawa.
Begitu juga inflasi komoditas bergejolak yaitu bawang merah, daging ayam ras, dan beras terjadi di sebagian besar kabupaten/kota di luar Jawa.
Selanjutnya, secara nasional jumlah kabupaten/kota yang mengalami kenaikan IPH (Indeks Perkembangan Harga) pada M1 Juli 2024 berkurang dibandingkan pada minggu sebelumnya, sedangkan jumlah kabupaten/kota yang mengalami penurunan pada M1 Juli bertambah.
“Komoditas penyumbang andil terbesar kenaikan IPH untuk 10 wilayah di pulau Sumatera didominasi oleh daging ayam ras, sedangkan untuk pulau Jawa adalah cabai rawit dan daging ayam ras. Untuk luar pulau Jawa dan Sumatera didominasi oleh cabai merah dan cabai rawit,” jelasnya. (drt/KPO-3)