Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan
HEADLINE

Marak Kasus Pembuangan Bayi, Dampak Pergaulan Bebas Islam Solusinya

×

Marak Kasus Pembuangan Bayi, Dampak Pergaulan Bebas Islam Solusinya

Sebarkan artikel ini

Oleh : Addini Rahmah S.Sos
Pemerhati Sosial Masyarakat

Kasus pembuangan bayi di Banjarmasin semakin marak terjadi. Di bulan ini saja, sudah ada 2 yang ditemukan. Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polresta Banjarmasin menciduk dua pelajar yang masih bersekolah lantaran diduga terlibat membuang bayi di Jalan Antasan Kecil Timur Dalam, Gang Keramat, Kecamatan Banjarmasin Utara. “ZA dan RD masih bersekolah dan mereka merupakan sepasang kekasih atau berpacaran,” kata Kepala Satreskrim Polresta Banjarmasin AKP Eru Alsepa di Banjarmasin. Sekaligus mengungkap motif membuang bayi usai melahirkan karena malu hamil di luar nikah. (kalsel.antaranews.com 24/07/2024)

Baca Koran

Hal ini tentu menjadi sorotan, khususnya oleh Walikota Banjarmasin, H Ibnu Sina. Menurutnya fenomena ini terjadi, karena anak muda sekarang banyak terjerat pergaulan bebas. “Seperti pergaulan-pergaulan yang melewati batas antara laki-laki dan perempuan. Kemudian akhirnya terjadi hal yang tidak diinginkan. Fenomena ini sebenarnya bisa dihindari dan dicegah, dengan peran di tingkat keluarga sebagai awalannya. “Paling tidak pondasi rumah tangga itu penting, agar ada perhatian dari orang tua. Jangan sampai anak-anak keluyuran tapi tidak dicari, atau misalnya lagi kuliah atau sekolah di Banjarmasin tidak terpantau. Tak lupa, Ibnu juga turut mengajak kepada semua pihak, baik dari orang tua, keluarga, lembaga pendidikan, dan lainnya agar bisa turut terlibat mencegah fenomena ini terus terjadi. “Mudahan tidak terjadi lagi”. Tapi memang ini kembali lagi ke pribadi masing-masing (jejakrekam.com 26/07/2024)

Fenomena hal tersebut sering terjadi di sistem sekularisme kapitalisme. Sebab aturan saat ini membebaskan kehidupan melakukan apa saja hingga terjadi pergaulan bebas. Sistem ini menganut pemisahan agama dari kehidupan dan menjadikan manfaat sebagai asasnya. Akhirnya, nilai agama dikesampingkan dan hanya menjadi urusan individu. Apalagi minimnya bekal agama menjadikan para remaja ini kehilangan jati diri dan pegangan hidup. Wajar jika pergaulan mereka makin kebablasan dan yang lemah iman akan menjadi korban sistem yang rusak ini. Sistem kapitalisme membebaskan siapapun melakukan aktivitas maksiat seperti berzina sampai membuang bayi atau melakukan tindakan aborsi.

Inilah potret buram remaja dan pemuda saat ini, dimana pergaulan bebas menjadikan gaya hidup mereka. Berbuat nekat untuk menutupi rasa malu, dengan jalan membuang bayi bahkan membunuhnya. Kondisi ini terjadi sebab ada beberapa faktor mereka bergaul bebas, sampai kebablasan. Mereka dipahamkan dengan gaya hidup modern dan dicekoki gaya hidup bebas. Interaksi laki laki dan perempuan tanpa batas bahkan dianggap pergaulan modern dan kekinian. Berawal kenalan, chattingan dilanjutkan jalan bareng, makan bareng, nonton bareng, sampai akhirnya melakukan perzinahan.

Baca Juga :  Terganjal SNI, DLH Kalsel Sebut Harapan Banjarmasin Miliki TPA Pupus

Sementara kondisi masyarakat sekarang banyak yang tidak peduli dengan apa yang dilakukan para remaja. Pacaran, berduaan dengan lawan jenis dianggap sesuatu yang biasa dan lumrah. Bahkan ada sebagian orang tua yang sedih ketika anaknya menginjak usia dewasa belum punya pacar. Wajar jika budaya pacaran menjamur, bahkan sampai kebablasan.

Kondisi ini diperparah dengan peran negara yang abai untuk memberikan edukasi terkait pergaulan bebas. Pesatnya teknologi, tidak dibarengi dengan ketakwaan individu menjadikan tontonan jadi tuntunan. Padahal tidak semua tontonan itu membuahkan kebaikan bahkan banyak yang menghasilkan kemudaratan.

Bisnis yang berbau pornografi turut menjadi andil, mencetak generasi memperturutkan hawa nafsunya. Bahkan konten konten pornografi mudah diakses oleh siapapun. Inilah kondisi negeri dalam cengkraman kapitalisme, bebas berperilaku yang penting mendatangkan manfaat. Sebagaimana bisnis yang berbau pornografi hanya bertujuan untuk meraih keuntungan, tidak berfikir dampak yang akan ditimbulkan.

Sungguh, semua kerusakan ini berpulang pada rusaknya asas kehidupan kita. Sekularisme telah meminggirkan Islam dari kehidupan dan justru menerapkan nilai-nilai liberal. Akibatnya, pergaulan makin bebas dan bablas. Oleh karenanya, kita harus hijrah dari tata kehidupan yang rusak ini dan beralih ke sistem yang benar, yaitu sistem Islam yang berasal dari Sang Pencipta, Allah Taala.

Sungguh Islam adalah agama yang sempurna. Ini karena Islam adalah risalah yang diwahyukan oleh Allah SWT, Sang Pencipta seluruh makhluk, termasuk manusia. Allah paling mengetahui apa yang terbaik bagi manusia, agar hamba-Nya agar terhindar dari berbagai mara bahaya, baik di kehidupan dunia maupun akhirat.

Sudah sangat sering kaum muslim mendengar ayat Al-Qur’an tentang larangan jangan mendekati zina. “Janganlah kalian mendekati zina. Sungguh zina itu tindakan keji dan jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra: 32)

Namun, sering kali masih dipahami yang dilarang hanyalah melakukan hubungan suami istri bagi yang belum menikah. Padahal ayat tersebut sangat jelas menyampaikan larangan mendekati zina sehingga Allah menurunkan aturan agar manusia terhindar dari zina. Berupa tata aturan pergaulan laki-laki dan wanita dan inilah yang harusnya dikaji oleh setiap muslim.

Baca Juga :  Darurat Sampah, DPRD Banjarmasin Koq Diam Saja, Pertanyakan Pembangunan TPA Basirih di Lahan Rawa

Islam tidak mengenal kebebasan mutlak. Bagi seorang muslim, ia terikat dengan setiap aturan Allah Ta’ala. Dalam Islam setiap perbuatan seorang hamba harus berjalan sesuai perintah Allah dengan mekanisme penerapan islam dalam mengatur sistem kehidupan sosial masyarakat.

Pertama, negara menerapkan sistem Islam secara menyeluruh dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dengan visi ini, negara menjadikan Islam sebagai tolok ukur dalam membuat kebijakan.

Kedua, negara menerapkan sistem pendidikan berbasis akidah Islam. Tujuan pendidikan Islam adalah membentuk generasi berkepribadian Islam, yakni memiliki pola pikir dan pola sikap yang sesuai tuntunan Islam. Kurikulum pendidikan disusun berasaskan Islam, termasuk pendidikan seks yang diajarkan sejak usia dini akan disesuaikan dengan rentang usia anak. Semisal, pada usia prabalig, anak diajari terkait batasan aurat, kewajiban menutup aurat, mengenal mahram, dan lainnya.

Ketiga, negara menerapkan sistem pergaulan Islam dengan melarang aktivitas yang mengarah pada pergaulan bebas, seperti larangan pacaran, khalwat (berduaan) dengan nonmahram, ikhtilat (campur baur laki-laki dan perempuan), berzina, dan sejenisnya.

Keempat, negara menerapkan sistem sanksi Islam bagi para pelaku maksiat, semisal sanksi bagi pezina, pemerkosa, pelaku kejahatan seksual, dan tindak kriminal lainnya. Islam memiliki sistem sanksi yang tegas dan tidak pandang bulu, yakni sesuai dengan syariat Islam. Adakalanya bentuk hukuman bagi pelaku maksiat sudah ditetapkan Allah Swt. secara langsung seperti pelaku zina. Adakalanya sanksi berupa takzir sesuai kebijakan khalifah (kepala negara Khilafah) atau Qadhi.

Kelima, negara mengontrol penuh tayangan, tontonan, konten, informasi, dan media yang beredar di masyarakat. Kalaupun ada produksi film, tontonan yang beredar harus memiliki fungsi edukasi dan dakwah untuk syiar Islam. Selama tidak melanggar syariat Islam, negara tidak melarang konten, tayangan, maupun film yang dibuat.

Demikianlah, Islam sangat memperhatikan masalah pergaulan laki-laki dan perempuan secara rinci dalam rangka melindungi generasi dari kerusakan. Ini karena keberlangsungan generasi adalah keberlanjutan bagi peradaban manusia. Jika generasi rusak, masa depan Islam akan suram. Jika Islam terpuruk, tidak akan ada kemuliaan. Oleh karenanya, Negara Islam sangat serius membangun generasi unggul, cerdas, bertakwa, dan berkepribadian mulia. Hal ini demi tegaknya kehidupan Islam sehingga keberkahan akan menjangkau seluruh alam semesta. Wallahu’alam biss shawab

Iklan
Iklan