Balangan, KP – Sekretaris BKKBN Provinsi Kalimantan Selatan, dr. Lasma Uli Lumbantoruan menyoroti tantangan stunting yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi seluruh pihak.
Menurut Lasma, arah pembangunan kesehatan dititik-beratkan pada upaya promotif preventif, karena dapat memberikan dampak yang lebih luas dan lebih efisien dari sisi ekonomi. Salah satu fokus utama pemerintah adalah melakukan percepatan penurunan stunting pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan usia remaja menjadi komponen utama pembangunan kesehatan yang berkelanjutan sebagai investasi dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing.
“Salah satu pencegahan masalah stunting adalah menekan terjadinya pernikahan dini pada remaja. Perkawinan anak tersebut menjadi beban bagi para pasangan muda yang belum memiliki penghasilan cukup, sehingga kebutuhan gizi anak-anaknya tidak terpenuhi secara optimal,” ujarnya saat melakukan kunjungan kerja di Balangan, baru-baru tadi.
Ia menyebut prevalensi stunting masih tinggi, sehingga seluruh pihak harus berupaya keras menurunkannya, dengan optimisme dan kerja sama melalui pencegahan pernikahan dini dan penguatan gizi.
Sementara, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana serta Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DP3A P2KB PMD), Akhmad Nasa’i mengatakan, bahwa salah satu faktor penyebab stunting adalah perkawinan anak.
Perkawinan anak tersebut menjadi beban bagi para pasangan muda yang belum memiliki penghasilan cukup sehingga kebutuhan gizi anak-anaknya tidak terpenuhi secara optimal.
“Salah satu penyebab stunting ini yaitu perkawinan anak, dimana para pasangan muda itu belum memiliki penghasilan yang layak sehingga kebutuhan akan gizi anak-anak mereka tidak dapat tercukupi secara optimal,” pungkasnya. (srd/K-6)