Oleh : AHMAD BARJIE B
Di masa awal kekhalifahan Islam, terdapat dua negara adidaya yang sangat besar kekuasaan dan luas wilayahnya. Di sebalah barat adalah kekaisaran Romawi (Byzantium) dan di sebelah Timur Kerajaan Persia (Sasania). Karena kedua negara ini amat membahayakan kekhalifahan Islam, maka terpaksa keduanya diperangi.
Kerajaan Persia mendapat giliran pertama untuk dituntaskan. Melalui sejumlah peperangan yang berat dan banyak memakan korban, akhirnya sekitar tahun 23 Hijriah Kerajaan Persia (Iran sekarang) bisa ditaklukkan. Ibu kota kerajaan (Madain) dapat direbut. Istana Putih yang amat mewah dan menjadi kebanggan bangsa Persia berabad abad berhasil diduduki. Sebagian isinya berupa emas intan permata serta tanda-tanda kebesaran kerajaan (regalia), dibawa ke Madinah sebagai harta rampasan perang. Sejumlah panglima perang Islam, meski amat lelah berperang, namun akhirnya bisa pulang ke Madinah dengan gembira, sambil membawa harta rampasan yang mampu dibawa dan mengabari khalifah tentang kemenangan itu.
Khalifah Umar gembira mendengan kemenangan itu, karena telah sekian lama ia khawatir mengikuti jalannya peperangan yang melelahkan. Namun ketika melihat tumpukan harta rampasan dan tanda kebesaran itu. Umar bersedih dan menangis.
Para panglima dan sahabat yang berada di dekatnya terheran-heran dan bertanya mengapa khalifah menangis. Bukankah peperangan sudah usai dan meraih kemenangan gilang gemilang plus harta rampasan dari Istana Putih yang tidak ternilai harganya. Umar bin Khattab menjelaskan, ia menangis melihat tumpukan harta dan tanda kebesaran itu. Sebab gara-gara semua itulah nanti umat Islam akan jatuh dan mundur, bahkan hancur seperti hancurnya kerajaan Parsi.
Sinyalemen Khilafah Umar ini ternyata terbukti. Jatuhnya Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah juga karena kemewahan harta dan berebut kedudukan. Kekuasaan yang teramat luas akhirnya digerogoti bangsa lain. Kemajuan dan kemegahan yang luar biasa untuk ukuran zaman saat itu hancur lebur, nyaris tak bersisa.
Kerajaan Andalusia (Spanyol Islam) juga mengalami nasib sama. Selama delapan abad lebih Islam menjadi mercusuar di sana. Kemajuan Eropa tak lepas dari peran slam Andalus ini. Di sini monument kebesaran Islam memang tak semuanya punah. Masih banyak saksi sejarah betapa besar dan majunya Islam ketika itu. Para peziarah sering tak kuasa menahan air mata jika menyaksikan dan membayangkan betapa majunya istana, masjid, istana dan lainnya yang sudah berubah fungsi. Semua itu pokok pangkalnya adalah karena godaan harta dan kedudukan dengan mengorbankan dan mengabaikan agama.
Saat ini bangsa kita juga diwarnai ramainya pemandangan orang-orang berlomba berebut harta, kekuasaan dan kedudukan. Main KKN, sikut, gesek dan gosok seperti dianggap lumrah. Ada istilah H3, yakni halal, haram, hantam. Kita berdoa semoga sejarah kelam umat Islam masa lalu tak terulang lagi.