Oleh : Muhammad Aufal Fresky
Penulis Buku/Esais
Dalam waktu dekat, Indonesia akan mengalami transisi kepemimpinan nasional. Dalam negera demokrasi, kepemimpinan nasional silih berganti. Sebab, kedaulatan rakyat lah yang menjadi penentu. Dari, oleh, dan untuk rakyat tercermin dalam helatan Pemilu lima tahunan. Presiden Jokowi, sebentar lagi akan lengser. Digantikan oleh Prabowo Subianto yang menerima mandat dari rakyat untuk memimpin Indonesia selama periode 2024-2029. Tentu, pada pilpres lalu, tidak semua memilihnya. Tidak semua setuju dengan visi, misi, dan program yang ditawarkannya. Namun, pesta demokrasi telah usai. KPU telah menetapkan pemenangnya. MK juga telah memutuskan Prabowo sebagai presiden terpilih. Lepas dari pro dan kontra, kita mesti menghormati keputusan itu. Di pundak Prabowo, tersimpan amanah puluhan juta rakyat Indonesia. Prabowo akan menjadi pemimpin kita. Bukan hanya pemimpin Gerindra.
Dalam catatan ini, saya fokuskan agar semua warga negara menjaga kondusifitas situasi dan kondisi dalam proses pergantian kepemimpinan nasional. Sebab, bukan tidak mungkin ada upaya-upayan yang nantinya bisa mengarah pada chaosnya keadaanya. Sehingga berdampak pada kegagalan pelantikan presiden terpilih. Tentu itu akan mengancam stabilitas nasional. Dampaknya bisa ke mana-mana. Saya pribadi dan pasti termasuk Anda semua ingin Indonesia tetap menjadi negara yang aman, tenang, dan tentram. Tanpa bermaksud untuk berpikiran negatif terkait transisi kepemimpinan nasional nantinya, rasanya perlu upaya antisipatif untuk mencegahnya. Sebab, mencegah lebih baik dibandingkan mengatasi. Kita tidak ingin keamanan nasional kecolongan dalam prosesi pelantikan presiden terpilih. Sepertinya semua warga perlu mengambil bagian untuk turut menjaga suasana agar selalu kondusif dan pelantikan presiden terpilih berjalan dengan lancar. Minimal bisa menahan diri untuk tidak melemparkan pernyataan-pertanyaan yang bisa memancing terjadinya gejolak sosial. Apalagi bisa menimbulkan kekacauan di tengah-tengah masyarakat.
Transisi kepemimpinan nasional adalah momentum emas untuk kembali bersatu. Pilpres telah berlalu. Saatnya untuk saling merangkul dan merekatkan solidaritas nasional untuk bersama-sama mewujudkan visi besar kita. Prabowo dan Gibran tidak bisa berjalan hanya dengan kapal kabinet yang nantinya akan dibentuk. Bagaimanapun juga, peran rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi sangat dibutuhkan. Dukungan rakyat terhadap presiden terpilih akan menjadi kekuatan tersendiri untuk mewujudkan cita-cita nasional. Seperrti halnya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pemerintah baru nantinya tidak bisa hanya mengandalkan regulasi dan program. Lebih dari itu, perlu keterlibatan rakyat untuk bersama-sama menuju visi besar yang telah dicanangkan.
Sekali lagi, daam menjaga keamanan dan ketertiban dalam transisi kepemimpinan nasional bukan hanya menjadi tugas dan tanggung jawab TNI dan Polri. Semua warga negara bisa berpartisipasi untuk ikut serta menjaga. Kita tidak ingin Indonesia diacak-acak oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Kita tidak ingin adanya ancaman terorisme dalam prosesi tersebut. Sebab, jika sampai hal itu terjadi, risikonya besar. Harga yang harus kita bayar sangat mahal. Rakyat akan merugi bukan hanya setahun dua tahun. Bisa berpuluh-puluh tahun. Sebab, kekacauan bisa menyebabkan lesunya ekonomi. Investor akan menarik diri dari Indonesia. Nilai Rupiah bisa anjlok, inflasi bisa menanjak, daya beli masyarakat lemah, dan pada akhirnya bisa berdampak terjadinya krisis moneter seperti pada tahun 1998. Rakyat juga bisa berubah menjadi brutal jika situasi terhimpit dan penuh tekanan. Pada akhirnya akan terjadi penjarahan dan kerusuhan di mana-mana. Kita tidak ingin kondisi semacam itu terjadi. Harus dihindari. Sebisa mungkin, aparatur neg
ara, khususnya intelejen negara mendeteksi secara cermat dan tepat, adanya kemungkinan pihak-pihak tertentu yang berniatan menggagalkan proses pergantian kepemimpinan nasional.
Dalam hal ini, persatuan nasional diperlukan untuk menjaga keamanan dan ketertiban nasional. Jangan biarkan diri kita terpengaruh oleh berita-berita bohong alias hoaks yang beredar di medsos yang tujuannya untuk menciptakan keresahan dan kerusuhan di tengah publik. Sebab, bukan tidak mungkin sebagian dari kita akan mudah terpancing dan terbakar emosinya dikarenakan membaca informasi palsu. Informasi palsu yang sengaja diviralkan untuk memantik api amarah masyarakat. Sehingga setiap warga negara perlu lebih jeli dan cerdas dalam memilah dan memilih berita mana yang hoaks dan tidak. Sebisa mungkin kita tangkal bersama-sama berita yang bertujuan untuk memecah belah bangsa.
Saatnya pertempuran di medan pilpres kemarin kita pungkasi. Prabowo akan dilantik secara resmi nantinya. Dia akan menjadi Presiden Indonesia. Dia akan menjadi pemimpin kita semua. Baik yang bagi yang memilih maupun yang tidak memilihnya. Sudah saatnya kita menoleh ke depan menyongsong tantangan dan beragam problematika yang kian kompleks. Sudah saatnya kita kembali membangun optimisme dalam jiwa untuk menyongsong Indonesia gilang gemilang di bawah kepemimpinan Prabowo-Gibran. Demokrasi kita harus semakin maju dan berkembang. Setelah dilantik nanti, kita kawal bersama-sama. Kita tagih janji-janjinya di saat kampanye lalu. Demokrasi sudah membuka kran seluas-luasnya untuk menyampaikan kritik dan saran lewat lisan dan tulisan. Akhir kata, saya selaku penulis mengajak dan mengimbau seluruh lapisaan masyarakat, khususnya diri saya sendiri, untuk bersatu padu menjaga keamanan dan ketertiban nasional untuk suksesnya transisi kepemimpinan nasional.