Oleh : ANDI NURDIN LAMUDIN
Api bisa bermanfaat jika digunakan untuk keperluan bagi manusia.Tetapi ada istilah dimana bermain api bisa terbakar, bermain air bisa basah. Artinya dengan demikian, jika bermain api, lihat semampu mungkin untuk jangan sampai api membakar diri dan sekitarnya. Begitu juga dengan bermain air, maka jika tidak ingin basah kuyup, berhentilah bermain air yang dapat juga air itu menenggelamkan.
Bagi mereka yang tingga di Banjarmasin air dan api adalah dua hal yang sangat dikenal, bahkan sering merupakan akar masalah yang menyebabkan adanya kemakmuran atau kesengsaraan. Bayangkan, jika Banjarmasin disebut kota seribu sungai. Dimana banyak sungai, dan sungai yang terhimpit kehidupan manusia, sehingga sungai hanya merupakan parit-parit yang lalu di bawah rumah mereka. Itu menandakan jika orang Banjar, yang ada di Banjarmasin sangat dekat dengan nuansa sungai. Namun tidak berarti itu melupakan api. Karena Banjarmasin, justru mempunyai laskar dan alat pemadam kebakaran terbanyak di Indonesia. Sering terjadi kebakaran di Banjarmasin, atau hanya selang hari. Itu sudah merupakan kehidupan sehari-hari dalam kehidupan warga Banjarmasin.
Banyaknya hutan yang terbakar di Kalsel, dimana cara pencegahannya sungguh luar biasa sekali. Dengan siap siaganya helikopter yang mampu untuk mengatasi segala kemungkinan. Apa yang tejadi pada luar tubuh kita pada itu semua pada api, apakah kebakaran kota atau kebakaran hutan, mungkin itu semua mampu untuk mengatasinya. Namun jika api yang dapat membakar sistim sosial, serta yang dapat membakar amal kebajikan, itulah yang paling sulit untuk dipadamkan. Oleh karena itu jangan nyalakan api yang membakar sistim sosial itu. Api itu bisa muncul dan terjadi jika melihat pada hadist ini, “Yang menyuap dan disuap di neraka”. Ketika api itu sudah membakar, maka akan membakar semuanya. Anak isteri yang dipersiapkan untuk membantu suaminya yang telah terbakar itu, akan dimungkinkan juga untuk terbakar. Oleh karena itu, sebaiknya hentikan menjalarnya api itu.
Bagaimana caranya api itu tidak membakar semuanya? Pertama, mereka yang telah menjadi korban itu bertaubat kepada Allah, serta tidak mempersulit aparat penegak hukum. Kedua, apa yang disebutkan dengan nepotisme, adalah merupakan mata rantai yang akan menyambung programa dari keluarga itu perlu untuk diwaspadai. Kemungkinan terus akan membawa lingkaran api yang akan membakar di lain tempat, bahkan lebih parah lagi. Apakah kemungkinan estafet pimpinan daerah, akan dilanjutkan bagi mereka yang bermasalah?
Sebenarnya antara api dan air, banyak rakyat Banua Banjar sudah mengerti. Tetapi yang tidak diharapkan adalah mereka yang tidak mau mengerti akan semua itu. Oleh karena itu, jangan nyalakan api. Yang merusak sistim sosial dan amal kebajikan. Sebaiknya padamkan itu sebelum api itu dapat menenggelamkan semua menjadi terbakar.
Kita memang dalam bencana, tetapi bencana yang kecil lebih baik ditanggulangi sekarang, daripada api itu juga akan membakar diri sendiri, serta semua rakyat Banua Banjar ini. Lebih baik pandangan ke depan, dimana kehidupan akhirat, dimana kebajikan hanya akan mampu berjalan, jika api yang menghalangnya dihentikan sejak sekarang.