Oleh : Ahmad Barjie B
Komisi Infokom MUI Kalsel, Penulis buku “Mengenang Ulama dan Tokoh Banjar”
Di bulan Rajab ini, Insyaa Allah akan menyaksikan kembali Kota Martapura dan sekitarnya dibanjiri lautan manusia, saat peringatan Haul Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani (Guru Sekumpul). Tidak hanya Pemkab Banjar bersama pihak terkait yang semakin mematangkan persiapan, daerah-daerah lain pun ikut mendukung dan berbenah guna mengantisipasi membludaknya jemaah.
Jemaah haulan Guru Sekumpul memang luar biasa dan sulit dicari bandingnya. Mereka berasal dari dalam dan luar daerah, dalam dan luar negeri, dari rakyat biasa hingga pejabat negara. Menurut Ustadz Abdul Somad, dai kondang dari Riau, haul Guru Sekumpul terbesar di Asia Tenggara.
Guru Sekumpul telah menjadi ikon ulama Banjar fenomenal dan monumental, kekuatan magnetik beliau tidak berkurang. Kebesaran namanya diakui selama hidupnya, juga sesudah wafatnya. Sama seperti pendahulunya Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, Syekh Muhammad Nafis al-Banjari, Syekh Abdurrahman Siddiq al-Banjari, Syekh Muhammad Syarwani Abdan al-Banjari dan banyak lagi. Nama mereka masih hidup dan harum sampai harini, ajarannya terus dikaji, makamnya diziarahi dan peringatan haulnya selalu dinanti.
Teori Kharisma
Tulisan dan buku tentang Guru Sekumpul, umumnya mengangkat ketokohan beliau dari sisi kesantunan dakwah, melimpahnya jemaah, banyak dan beragamnya tamu yang berkunjung sewaktu hidup, karomahnya, bahkan juga ketampanan rupa dan kemerduan suara. Belum ada yang melihatnya dari perspektif teori pakar dari luar Islam.
Sosiolog Amerika, Robert Neelly Bellah, menekankan ketokohan seseorang banyak ditentukan garis keturunan dan jasanya untuk masyarakat. Antropolog Jerman, Max Weber, menyebut ketokohan seseorang, termasuk ulama, ditentukan oleh kharisma. Hanya tokoh kharismatik yang memiliki posisi kuat di masyarakat selagi hidup dan sesudah wafatnya, sehingga orang selalu mengenang dan memperingati wafat atau haulnya.
Kebesaran Guru Sekumpul ditopang banyak faktor, sehingga tetap eksis sepeninggalnya. Garis keturunan beliau jelas memiliki keunggulan komparatif, sebab Guru Sekumpul salah seorang zuriyat Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Beliau anak Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman bin Muhammad Sa’ad bin Abdullah bin Mufti Muhammad Khalid bin Hasanuddin bin Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari.
Banyak ulama kontemporer di dan dari Kalimantan memiliki hubungan genealogis dengan al-Banjari. Misalnya alm Syekh Abdul Karim al-Banjari yang menjadi guru besar di Makkah, nama lengkapnya Abdul Karim bin Muhammad Amin al-Banjari al-Makki al-Arsyadi. Beliau keturunan keempat dari ibunya Sa’diyah (Diyang Kacil) binti Syekh Ahmad Jazuli Nambau bin Syekh Qadhi Abu Su’ud bin Muhammad Arsyad al-Banjari. Umumnya ulama Banjar yang belajar agama di Madrasah Shaulatiyah dan Darul Ulum Makkah adalah tutus al-Banjari. KH Hamdani Bakran al-Zaki al-Banjari asal Balikpapan, seorang ulama-sufi intelek yang terkenal di Yogyakarta, juga turunan Syekh Arsyad al-Banjari.
Jelas ada ratusan ulama berdarah al-Banjari, di dalam maupun luar negeri, meskipun kapabilitasnya tidak sama satu dengan lainnya. Memang Syekh Arsyad dalam satu doanya ketika menyaksikan Lailatul Qadar, minta agar keturunannya menjadi ulama. Doa ini dikabulkan Allah, terbukti banyak zuriyat Syekh Arsyad menjadi ulama besar di Kalimantan, luar daerah hingga luar negeri. Menurut KH Khatim Salman (alm), sampai tahun 2000 lalu tercatat 200-an ulama besar di Nusantara turunan al-Banjari. Sekarang (2024/20025) tentu lebih banyak lagi.
Menurut KH Agus Ali Masykuri, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Bumi Shalawat Tulangan Sidoarjo Surabaya, ulama adalah orang yang alim ilmu agama; dekat kepada Allah berupa ketaatan beribadah, berzikir dan membaca Alquran; dekat Rasulullah berupa kerajinan bershalawat dan mengamalkan Sunnah; dan dekat kepada manusia yang didasari jiwa sosial, rajin bersilaturahim, menolong orang dan bersedekah.
Guru Sekumpul alim dalam beragam ilmu agama. Mungkin beliau juga punya ilmu laduni, tetapi menurut KH Irsyad Zein alias Abu Daudi (alm) yang menyusun Manakib Guru Sekumpul, guru beliau mencapai 179 orang dari berbagai keahlian bidang agama, baik di Kalimantan, Jawa-Madura dan juga Makkah.
Beliau seorang yang sangat taat ibadah, sehingga ibadah sunat pun beliau wajibkan bagi dirinya. Sebagai pengamal Tarekat Sammaniyah, Guru Sekumpul berusaha menuju dan mendekati Allah sedekat-dekatnya. Kedekatan dengan Rasulullah dibuktikan dengan banyak bershalawat, bahkan maraknya syair maulid al-Habsyi di Kalimantan tidak terlepas dari jasa beliau. Kecintaan pada Alquran, suaranya yang merdu dan syahdu ketika bershalawat, sulit dicari padanannya.
Sejuk dan Damai
Menurut penelitian disertasi Dr Mirhan AM dari UIN Antasari, Guru Sekumpul memiliki prinsip hidup sosial dan berwawasan ke depan. Meski pernah mengalami masa sulit dan hidup susah, tetapi setelah Allah memberikan segalanya, Guru Sekumpul justru banyak menyumbangkan kekayaannya untuk orang lain dan masyarakat. Selain berperan mendongkrak wilayah Sekumpul yang dulu hutan-belukar menjadi kawasan elit tapi populis, beliau berkontribusi memajukan pendidikan, sosial dan ekonomi masyarakat.
Ketokohan Guru Sekumpul juga disebabkan netralitas dalam politik. Beliau aktif mengamati politik kontemporer, lokal maupun nasional, tetapi tidak memihak dan partisan. Beliau memberikan saran dan kritik untuk semua dan berpijak di semua lini, sehingga kalangan mana pun merasa terpayungi dan terayomi. Ahmad Rosyadi dalam buku “Bertamu ke Sekumpul” telah mendokumentasikan begitu banyak dan beragamnya tamu yang mengunjungi beliau semasa hidup.
Guru Sekumpul tidak membangun ketokohan dan popularitas melalui media massa. Meski media aktif memberitakan, namun Guru lebih berakar di semua lapisan masyarakat. Masyarakat inilah yang selalu setia dan fanatik, sehingga saat Guru hidup maupun sesudahnya selalu merasa dekat, mengenang, bahkan siap membela jika ada pihak yang terkesan menodai kehormatannya. Untaian syair tentang beliau juga disusun muridnya, dan sering dilantunkan penggemarnya.
Keluarga, kerabat dekat dan masyarakat sekitar Sekumpul mampu memelihara martabat Guru. Tidak hanya foto-foto yang tersebar, kaset-kaset ceramah, shalawat dan karya-karya beliau tetap dilestarikan. Kompleks makam teratur rapi, bersih dan steril dari pengemis. Sekumpul sebagai destinasi wisata religius lebih bermartabat.
Guru Sekumpul banyak meninggalkan pesan spiritual. Diantaranya agar menghormati ulama, habaib, rukun dengan tetangga dan masyarakat, menjaga persatuan dan kesatuan, manis muka, suka menolong dan murah hati, jangan menyakiti orang, jangan iri dengki dan merasa diri paling baik. Jangan tamak harta dan makan riba, sabar, pemaaf dan tidak membalas kalau disakiti. Tidak menjadikan agama sumber perdebatan. Agama hendaknya dihayati dan diamalkan, bukan diperdebatkan. Bersama haul dan ziarah yang rutin dilaksanakan, pesan-pesan beliau penting diaktualisasi dan diaplikasikan. Wallahu A’lam.