BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Masalah pelik soal sampah yang mendera Kota Banjarmasin saat ini akibat adanya kesalahan pemahaman atau salah kaprah. Saat ini yang terjadi di Kota Banjarmasin adalah penanganan sampah hanya dilakukan dari hilir.
Menurut Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan, Emmy Ariani, ST, penanganan soal sampah itu mesti dilakukan secara sistematis dari hulu ke hilir.
Konsep ini lah yang sedang ia gencarkan bersama dengan instansi terkait di Kabupaten/Kota se-Kalimantan Selatan. Emmy menyebut jika dari hulunya sudah berkurang soal volume sampah dan terus hingga ke hilirnya maka tidak ada lagi sampah yang masuk ke TPA selain residu.
“Bahwa pengelolaan sampah itu dari hulu terus ke hilir, sedangkan kita langsung di hilirnya, ini lah peluang kita sebenarnya membenarkan mindset bahwa penanganan sampah harus dimulai dari hulu,” ucap Emmy usai mengikuti kegiatan Diskusi Interaktif oleh Kalimantan Post dengan Tema : Sampah Menggunung di Kota Banjarmasin, Tantangan atau Peluang, di Summer Hotel, Rabu (19/2/2025)
Emmy kemudian menjelaskan masalah sampah bukan hanya urusan Dinas Lingkungan Hidup, lebih jauh katanya soal sampah ini adalah urusan setiap SKPD. Mereka pun dituntut harus memiliki mindset kesadaran bahwa sampah ini merupakan tanggung jawab bersama.
Di sisi lain, berbicara soal tantangan, Emmy mengutarakan jika di Kota Banjarmasin saat ini memiliki banyak tantangan. Sedikitnya ia menghitung ada tiga tantangan yakni ketiadaan lahan, ketiadaan anggaran dan ketiadaan SDM.
“Ini lah peluang kita mengedukasi masyarakat baik berupa sosialisasi untuk bisa menjawab tantangan ini, jangan dijadikan tantangan ini menjadi penghalang kita mencari solusi soal sampah,” ucapnya.
Selain itu, Emy menjelaskan penerapan berbagai opsi teknologi pengolahan sampah ramah lingkungan juga diharapkan dapat mengurangi timbulan sampah ke TPA dan ke depannya hanya residu yang diangkut ke TPA.
“Jadi benar-benar penanganan sampah ini mesti dari hulunya dulu, bagaimana di lingkungan itu. Kita menjadi pioner dan mengajak tetangga kemudian warga lainnya untuk memilah sampah dan hasil pilahan ini bisa dijadikan peluang dari berbagai sisi, ini yang kita namakan dari hulunya dulu,” tutupnya. (Sfr/KPO-1)