Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan
Opini

Mengapa Murid Pintar Enggan Jadi Guru

×

Mengapa Murid Pintar Enggan Jadi Guru

Sebarkan artikel ini

Oleh : Hafizhaturrahmah
Founder Telaga Ilmu Indonesia

Pendidikan adalah fondasi yang membentuk masa depan sebuah bangsa. Namun, fenomena yang sedang berkembang menunjukkan ketimpangan yang mencolok dalam dunia pendidikan Indonesia, yakni semakin sedikitnya anak-anak berprestasi yang bercita-cita menjadi guru. Sebaliknya, banyak di antara mereka yang justru lebih memilih profesi lain yang dianggap lebih prestisius dan menghasilkan lebih banyak uang. Lalu, apa yang menyebabkan murid-murid pintar enggan memilih profesi guru yang seharusnya dianggap mulia? Apakah profesi ini kehilangan daya tariknya ataukah sistem pendidikan kita yang telah gagal mengedepankan nilai-nilai kemuliaan guru?

Baca Koran

Masyarakat dan Konstruksi Cita-Cita

Sejak kecil, sebagian besar orang tua menginginkan anak-anak mereka menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan negara. Sebagian besar orang tua tentu berharap anak-anak mereka menjadi manusia mulia, dan menjadi seorang guru adalah salah satu cita-cita mulia yang sangat dihormati. Namun, dalam kenyataannya, semakin sedikit anak-anak yang berprestasi yang menginginkan profesi ini. Data yang diungkap oleh lembaga Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP) pada tahun 2015 menunjukkan bahwa anak-anak dengan prestasi akademik terbaik di Indonesia justru tidak bercita-cita menjadi guru. Fenomena ini tentu menimbulkan pertanyaan: Mengapa anak-anak pintar lebih tertarik untuk menjadi profesi lain?

Konstruksi sosial masyarakat kita turut berperan dalam membentuk pandangan tentang profesi yang diinginkan. Di banyak tempat, cita-cita untuk menjadi guru terkesan tidak cukup prestisius. Cita-cita yang populer di kalangan anak-anak berprestasi adalah menjadi dokter, insinyur, atau bahkan pengusaha. Banyak yang menganggap profesi-profesi tersebut lebih menguntungkan dari segi finansial dan sosial. Hal ini jelas berhubungan dengan definisi “sukses” yang banyak beredar di masyarakat kita, yang sering kali dikaitkan dengan materi atau status sosial.

Meskipun begitu, sejatinya menjadi seorang guru adalah profesi yang sangat mulia. Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang telah berjasa dalam mencerdaskan bangsa. Namun, mengapa masyarakat menganggap profesi ini tidak prestisius?

Profesionalisme Guru di Mata Masyarakat

Ada dua faktor utama yang menyebabkan profesi guru kurang diminati oleh murid-murid pintar. Pertama, persepsi masyarakat yang menganggap profesi guru tidak memiliki prestise tinggi. Kedua, kenyataan bahwa rekrutmen guru tidak seketat rekrutmen profesi lain seperti dosen atau dokter. Proses penerimaan guru, terutama di daerah-daerah tertentu, seringkali hanya mengutamakan siapa yang siap untuk mengisi kekurangan guru, bukan berdasarkan kemampuan atau kualitas yang memadai.

Baca Juga :  Mencontoh "Kesetaraan" ala Swedia

Guru, meskipun memiliki tugas yang berat dalam mencetak generasi penerus bangsa, sering kali dianggap sebagai profesi yang tidak cukup bergengsi. Padahal, tugas utama guru adalah membentuk karakter dan memberikan ilmu pengetahuan dasar kepada anak-anak yang akan memimpin bangsa ini di masa depan. Namun, perbedaan dalam pengakuan dan penghargaan terhadap profesi guru dan profesi lainnya, seperti dosen atau dokter, menambah jarak antara kedua profesi tersebut di mata masyarakat.

Tentu saja, ada upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan profesionalisme guru, tetapi perubahan ini belum sepenuhnya dirasakan oleh guru di seluruh Indonesia, terutama mereka yang mengajar di daerah-daerah terpencil. Keadaan ini semakin memperburuk citra guru di mata anak-anak yang pintar dan berprestasi.

Peran Guru

Seharusnya, profesi guru menjadi impian bagi murid-murid yang cerdas karena mereka adalah sosok yang akan mencetak generasi yang lebih baik di masa depan. Namun, kenyataannya justru sebaliknya. Guru, yang seharusnya menjadi teladan dalam hal giat belajar, kini justru lebih banyak dipandang sebagai profesi yang hanya dapat mengisi kekosongan pekerjaan.

Sebagai profesi yang berperan dalam pembentukan karakter dan kecerdasan anak-anak, guru adalah pondasi utama dalam perkembangan bangsa. Di tangan merekalah masa depan bangsa akan dibentuk. Jika guru tidak memiliki kualitas yang memadai atau tidak memiliki passion dalam mengajar, maka kualitas pendidikan akan menurun, dan hal ini akan berimbas pada kualitas generasi yang dihasilkan.

Dampak Negatif

Pekerjaan guru bukan hanya soal mengajar pelajaran di kelas. Lebih dari itu, guru adalah pembimbing dan teladan bagi para siswa. Jika profesi guru tidak dilihat sebagai pilihan yang mulia dan bergengsi, maka bisa dibayangkan bagaimana kondisi pendidikan di masa depan. Banyak guru yang bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, tanpa ada semangat atau gairah untuk mencetak anak-anak bangsa yang cerdas dan berkarakter.

Baca Juga :  MEMUJI RASUL

Satu hal yang perlu dikhawatirkan adalah ketika guru hanya menjadikan profesinya sebagai jalan pintas untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Padahal, menjadi guru seharusnya adalah pilihan hidup yang dilandasi oleh passion untuk mendidik dan mencerdaskan anak bangsa. Jika niatnya hanya untuk mendapatkan pekerjaan yang “aman” dan bergaji tetap, maka kualitas pengajaran yang diberikan akan menurun, dan ini akan memengaruhi kualitas pendidikan secara keseluruhan.

Menumbuhkan Cita-Cita Guru

Sebagai masyarakat, kita perlu berusaha untuk mengembalikan citra profesi guru sebagai profesi yang mulia dan prestisius. Pendidikan yang baik membutuhkan guru yang berkualitas dan berdedikasi. Oleh karena itu, kita perlu menciptakan lingkungan yang mendukung dan menghargai peran guru dalam mendidik generasi penerus bangsa.

Kita juga harus menanamkan nilai-nilai kemuliaan profesi guru sejak dini. Baik orang tua, sekolah, maupun masyarakat harus bersama-sama mendorong anak-anak untuk bercita-cita menjadi guru, bukan hanya karena profesi ini mudah didapat atau bergaji tetap, tetapi karena mereka memiliki semangat untuk mencerdaskan bangsa dan membentuk karakter anak-anak bangsa.

Epilog

Sebagai penutup, kita semua harus berperan dalam mengembalikan citra profesi guru sebagai profesi yang mulia dan bergengsi. Sebuah profesi yang tidak hanya bergantung pada uang atau status sosial, tetapi juga bergantung pada hasrat dan dedikasi untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa. Hanya dengan menciptakan penghargaan dan apresiasi yang lebih tinggi terhadap profesi guru, kita bisa memastikan bahwa guru-guru yang mengajar di sekolah adalah orang-orang yang benar-benar memiliki passion dan kemampuan untuk mencetak generasi yang lebih baik.

Mari kita bersama-sama berjuang agar profesi guru kembali mendapatkan tempat yang layak di masyarakat, agar cita-cita menjadi guru menjadi impian bagi anak-anak pintar di masa depan.

Iklan
Iklan