Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

SIAPAKAH SAYA?

×

SIAPAKAH SAYA?

Sebarkan artikel ini

Oleh : CAKRAWALA BINTANG

Begitu banyak pengetahuan yang dipelajari seseorang, sampai-sampai biografi seorang gurunya dia hapal betul. Begitu banyak pengetahuan dengan segala kerumitannya, yang boleh jadi bagi orang lain adalah seorang profesor,yang mengajar banyak orang. Namun jika ditanyakan pada dirinya, siapakah dia? Maka mungkin jawabannya beragam, karena pada dasarnya setiap orang masih belum mengerti siapakah dirinya sendiri, adalah sebuah pertanyakan spektakuler, yang bisa jadi mengejutkan seseorang akan hal itu,karena dia tersadar, kemudian juga bergumam dan bertanya, “Siapakah diriku ini?”. Bisa jadi jika ditanyakan seorang tokoh maka akan banyak pengetahuannya tentang itu, tokoh yang dengan teorinya liberalnya, siapakah pada awalnya atau kemudiannya, tokoh komunis siapakah yang awal atau pada akhirnya? Karena seseorang itu banyak belajar tentang sejarah, atau kejayaannya suatu negara, siapakah tokohnya, sahabatnya, pengetahuannya, kesenangannya, hobinya, bahkan sampai hal-hal yang kecil dan tak terduga. Karena boleh jadi hal itu memang sengaja ditulis oleh dirinya sendiri oleh tokoh itu. Namun mereka yang berada kemudiannya pada zamannya, telah menghapal itu semua diluar kepala.

Baca Koran

Namun pertanyaan tentang, “Siapakah aku ini?”, tetap merupakan hal utama untuk ditanyakan pada setiap orang. Agar seseorang itu lebih kontrol lagi tentang dirinya sendiri. Jika dikatakan di dalam Al-Qur’an, “Maka hitunglah dirimu sendiri, atau tentang kitab dirimu sendiri, cukuplah hari kiamat ini, engkau menghitung dirimu sendiri”. Maka ketika itu manusia akan sadar jika dirinya sendiri dapat dikatakan sebagai Hakim, yang bisa menilai baik buruk, mempertimbangkan tuntutan dan pembelaan pada dirinya sendiri, atau kemudian bisa menimbang serta melihat pada ketentuan ini dan itu, yang kemudian akan menyimpulkan dan membuat keputusannya. Maka ketika di dunia ini seseorang dapat menyimpulkan dirinya dalam tersesat, ketika umur masih ada, maka dapatlah kiranya untuk bisa kembali kejalan yang baik dan benar. Karena diri sendiri, dapat melihat apakah dia selama ini jujur pada diri sendiri, ataukah hanya mengikuti arus saja, dalam mayoritas kehidupan budaya manusia yang seringkali hanyalah drama atau komedi. Dimana masing-masing pribadi menutupi dirinya sendiri, serta menyesuaikan diri dengan aturan baku yang telah ditentukan oleh dimana dia bekerja atau mengabdi untuk mencari nafkah kehidupan atau gaji. Maka seseorang itu menjadi mengerti,jika kehidupan di dunia ini sering kali penuh dengan kepura-puraan saja.

Baca Juga :  Laskar Pelangi

Jika melihat kehidupan di dunia seakan ada kasta-kastanya, walaupun Islam tidak memiliki yang namanya sistim kasta, namun tidak bisa dipungkiri,ada dua golongan manusia, manusia yang menindas, dan golongan yang tertindas. Untuk membicarakan yang sudah mampu mungkin tidak perlu banyak dibicarakan, tetapi untuk mereka yang tidak mampu atau terkepung di dalam sistim itu, ini merupakan hal sangat membebaskan dari pada sistim penjajahan dunia. Sahabat Nabi Muhammad SAW ada yang bernama Abu Dzar Al-Ghifari, yang merupakan tokoh hidup sederhana, tidak suka kemewahan, harta dunia semestinya dibagi pada semua orang yang memerlukan. Dimana di dalam kehidupan Ali Shariati merupakan tokoh yang sangat simbolis, untuk mereka yang menyukai arti solidaritas, atau meratakan kebahagiaan, termasuk mereka yang tidak mampu untuk itu. Siapakah Abu Dzar Al-Ghifari? Orang sederhana yang menyukai kesederhanaan,bahkan merupakan jalan hidupnya. Serta menyerukan itu sebagai dakwah, pada para penguasa untuk bersikap adil pada orang yang tidak mampu dan miskin. Dia dikatakan sebagai, orang yang terlahir sendirian serta berjuang sendirian, dan mati sendirian. Dia tahu siapa dirinya.

Iklan
Iklan