Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Muslimah di Masa Haid Bisa Raih Kemuliaan Ramadhan dengan Berbagai Amalan

×

Muslimah di Masa Haid Bisa Raih Kemuliaan Ramadhan dengan Berbagai Amalan

Sebarkan artikel ini
IMG 20250302 092612
Dr Surti, SE, ME (Bendahara Pimpinan Daerah Dewan Masjid Indonesia Kota Banjarmasin, Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Achmad Yani)

Oleh: Dr Surti, SE, ME

Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah yang dinantikan oleh seluruh umat Muslim di dunia. Namun, bagi wanita yang sedang haid, terdapat kondisi khusus yang memengaruhi bagaimana mereka menjalani ibadah di bulan suci ini. Meski tidak dapat melaksanakan puasa dan beberapa ibadah lainnya, terdapat banyak amalan bermakna yang tetap dapat dilakukan untuk meraih keberkahan Ramadhan.

Baca Koran

Dalam ajaran Islam, wanita yang sedang haid dibebaskan dari kewajiban puasa Ramadhan. Ini bukan merupakan bentuk diskriminasi, melainkan kemurahan Allah SWT yang memahami kondisi fisik wanita.

Puasa yang ditinggalkan wajib diqadha (diganti) di luar bulan Ramadhan ketika kondisi sudah memungkinkan.
Meski tidak berpuasa, wanita yang sedang haid tetap dapat menjalani bulan Ramadhan dengan penuh makna melalui berbagai amalan, yakni pertama memperbanyak membaca Al-Quran.

Walaupun tidak diperbolehkan menyentuh mushaf Al-Quran secara langsung, wanita haid tetap dapat membaca Al-Quran melalui aplikasi digital, mendengarkan murattal, atau membaca terjemahan dan tafsirnya untuk meningkatkan pemahaman.

Dalam kajian fikih Islam, terdapat beberapa pendapat ulama yang membolehkan wanita haid membaca Al-Qur’an.

Ulama seperti Imam Malik, Imam asy-Syafi’i (dalam salah satu pendapatnya), dan beberapa ulama kontemporer seperti Syekh Yusuf Al-Qaradawi berpendapat bahwa wanita haid boleh membaca Al-Qur’an. Mereka berargumen bahwa hadits yang melarang wanita haid membaca Al-Qur’an dianggap lemah (dha’if) oleh ahli hadits.

Ibnu Taimiyah dan muridnya Ibnu Qayyim juga berpendapat bahwa wanita haid boleh membaca Al-Qur’an karena tidak ada dalil shahih yang melarangnya. Mereka berargumen jika hal tersebut dilarang, tentu Nabi SAW akan menjelaskannya dengan jelas, mengingat haid adalah kondisi yang sering dialami oleh wanita.

Pendapat ini juga diperkuat dengan pertimbangan larangan membaca Al-Qur’an bagi wanita haid akan menyulitkan, terutama bagi mereka yang hafal Al-Qur’an, guru Al-Qur’an, atau yang sedang belajar Al-Qur’an.

Baca Juga :  Menyongsong Tantangan Mahasiswa Pendidikan di Zaman Sekarang

Selain membaca Al-Quran amalan yang bisa dilakukan perempuan yang sedang Haid dalam meraih rahmad di Bulan Ramadhan adalah bersedekah dan berbagi kebaikan.

Ramadhan adalah bulan kedermawanan. Wanita yang sedang haid dapat memperbanyak sedekah, menyiapkan makanan berbuka puasa untuk keluarga, atau membantu mereka yang membutuhkan sebagai bentuk ibadah sosial.

Hadits dari Abu Hurairah menjelaskan mengenai hal ini: “Barangsiapa memberi makan orang yang berbuka puasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun.” (HR. At-Tirmidzi)

Sementara itu, momen Ramadhan juga bisa dimanfaatkan untuk memperbanyak zikir, istighfar, dan doa. Tidak ada batasan bagi wanita haid untuk berdzikir dan berdoa kepada Allah SWT.

Seperti yang diriwayatkan Abdullah bin Busr: “Seorang laki-laki berkata: ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya syariat-syariat Islam telah banyak bagiku, maka beritahukanlah kepadaku sesuatu yang dapat aku pegang teguh.’ Beliau bersabda: “Hendaklah lisanmu senantiasa basah karena berzikir kepada Allah.’” (HR. Tirmidzi)

Hal lain yang bisa dilakukan saat sedang haid adalah menghadiri kajian atau mendengarkan ceramah, baik secara langsung maupun daring, dapat memperdalam pemahaman agama dan menjadi investasi berharga untuk kehidupan. Hal lain yang juga memiliki nilai ibadah yang tinggi adalah memasak dan menyiapkan hidangan berbuka puasa dan sahur untuk keluarga terutama bagi orang yang berpuasa.

Meski terdapat batasan fisik, kualitas spiritual tetap dapat dijaga dan ditingkatkan. Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang peningkatan ketakwaan dan pembersihan jiwa yang dapat dilakukan dalam berbagai bentuk ibadah.

Hal terpenting lainnya adalah setelah suci, penting bagi wanita untuk merencanakan kapan akan mengqadha puasa yang ditinggalkan. Menyusun jadwal qadha dan melaksanakannya secara konsisten sebelum Ramadhan berikutnya adalah bentuk ketaatan pada syariat.
Ramadhan adalah bulan penuh rahmat bagi seluruh umat Muslim, termasuk wanita yang sedang haid. Dengan berbagai amalan alternatif yang bermakna, tidak ada alasan untuk merasa tertinggal dalam meraih keberkahan bulan suci ini. Justru, kondisi ini dapat menjadi kesempatan untuk lebih mendalami dimensi ibadah lainnya yang mungkin terlewatkan ketika fokus pada puasa semata. Melalui pemahaman mendalam tentang esensi ibadah dan keterbukaan untuk menemukan jalur spiritual alternatif, wanita yang sedang haid dapat tetap merasakan kedekatan dengan Allah SWT dan memetik hikmah dari setiap momen Ramadhan. (ful/KPO-3)

Baca Juga :  IBADAH

Iklan
Iklan