Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Santun dan Sederhana

×

Santun dan Sederhana

Sebarkan artikel ini

(Mengenang Tuan Guru Drs KH Tabrani Basri

Ahmad Barjie B
Ahmad Barjie B

Oleh : Ahmad Barjie B
Penulis buku “Mengenang Ulama dan Tokoh Banjar”

Ulama senior yang sudah berusia sepuh, Drs KH M Tabrani Basri (87 tahun), wafat pada Selasa malam 1 Oktober 2025 pukul 21.30 di RSUD Ulin Banjarmasin. Jenazah dimandikan di rumah duka di Jalan Manggis Gang Mangga Kelurahan Kebun Bunga. Dishalatkan di Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin diikuti ribuan jemaah. Didahului pembacaan Surah Yasim dipimpin oleh Drs HM Ilyas, Mag. Tahlil oleh Drs H Syakerani Nasri, sambutan dan doa oleh Dr HM Tambrin MMPd. Shalat jenazah diimami langsung oleh putranya H Ahmad Rafiq, MA PhD, bersamaan dengan jenazah almh. Hj. Arbayah istri alm Drs HM Kasim Hamied. Rencana jenazah dimakamkan di alkah Keluarga Amuntai Banjarbaru, tapi kemudian diubah ke Alkah Muhibbin Martapura.

Kalimantan Post

KH Tabrani Basri dikenal sebagai ulama yang kaya pengabdian. Beliau pernah menjadi Ketua PW-NU Kalimantan Selatan (1998-2003), Ketua Badan Pengelola Masjid Raya Sabilal Muhtadin (2008-2010), Ketua Komisi Dakwah MUI Kalsel, pengasuh pengajian rutin di masjid raya, dan sehari-hari aktif berkhutbah, berceramah, mengisi majelis taklim dan sebagainya. Jabatan dan kegiatan tersebut beliau lakoni sejak masih aktif sebagai dosen di Fakultas Ekonomi Unlam Banjarmasin maupun sesudah pensiun.

Komitmennya di NU cukup konsisten, namun moderat, dan bisa masuk ke semua golongan. Ketika banyak tokoh dan orang NU ikut berpolitik mendukung Golkar, dengan meninggalkan partai besutan NU (baca PPP), beliau tetap berpendirian NU nonpolitik. Saat mantan Ketua GP Ansor dan Sekjen PB-NU Slamet Effendi Yususf, seorang tokoh Golkar dan wakil Golkar di DPR-RI, secara samar menghendaki agar NU juga mendukung Golkar, Tabrani justru berpendirian NU tetap dengan Khittah 1926 yang tidak terlibat dalam politik praktis. Tidak heran PB-NU saat peringatan 100 Tahun NU 2023, memberinya penghargaan sebagai tokoh pengabdi NU sepanjang hayat.

Alumni Kalijaga

Setelah menyelesaikan sekolah di Normal Islam Amuntai, beliau bersama beberapa kawan seangkatan kuliah ke IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Beliau berdosen dengan Prof Dr Toha Jahja Omar, Prof Tengku Ismail Yacob (pernah menjadi Rektor UGM), Prof Dr. Abdul Mukti Ali (pernah menjadi menteri agama), Prof Dr TM Hasbi Ash-Shiddieqy (pengarang sejumlah kitab/buku), dan mahasiswa kesayangan pakar sejarah kebudayaan Islam dari Mesir, Prof Dr Ahmad Syalabi, yang di tahun 1960-an menjadi dosen luar biasa di IAIN Sunan Kalijaga. Prof Syalabi menyebut mahasiswanya ini ”kyai kecil”, mungkin maksudnya, meskipun badannya relatif kecil, namun kadar ilmunya sudah level kyai.

Beberapa di antara kawan seangkatan di IAIN (kini UIN) Sunan Kalijaga adalah Drs H Said Agil Assegaf, Drs H Adjidan Noor, Drs H Syarhani Suhaily, Drs H Hamzah Abbas dan beberapa lagi. Mantan Rektor IAIN (kini UIN) Alauddin Makassar Dra Hj Andi Rasdianah (selanjutnya Prof Dr) juga seangkatan dengan Tabrani Basri. Ketika penulis bersama kawan (HA Gazali HB, Abdurrahman Hamba dan Birhasani) mengikuti Pelatihan Karya Tulis Ilmiah Keagamaan tingkat nasional se-Indonesia Timur di Ujung Pandang (Makassar) tahun 1984, Ibu Andi Rasdianah bertitip salam untuk teman-temannya di IAIN Antasari Banjarmasin, termasuk Pak Tabrani Basri. Seorang putranya, H Ahmad Rafiq, PhD, kini berkarier dan menjadi Wakil Direktur Pascasarjana di UIN Sunan Kalijaga.

Baca Juga :  PERTANGGUNGJAWABAN NEGARA

Di luar bangku kuliah beliau aktif mendalami beberapa ilmu agama yang dikajinya, sanadnya bersambung kepada ulama besar Timur Tengah, pengarang kitab-kitab muktabar yang terkenal di negeri asal dan di Indonesia. Sejak mahasiswa sudah aktif berdakwah di daerah pedalaman Jawa Tengah.

Setelah menyelesaikan pendidikan di IAIN Sunan Kalijaga, Tabrani Basri menjadi dosen agama Islam di Fakultas Ekonomi Unlam, yang Dekannya adalah Prof Drs H Kustan Basri, yang selanjutnya menjadi Rektor Unlam periode 1979-1987. Sebagai orang yang berlatar belakang pendidikan agama, beliau aktif berdakwah di masyarakat. Mengisi khutbah dan pengajian merupakan kegiatan rutin sehari-hari. Kitab Irsyadul ’Ibad salahsatu pegangan beliau dalam pengajian, yang banyak memuat materi tasawuf dan tauhid. Tak hanya pengajian rutin di masjid raya, juga di beberapa masjid lain, seperti Masjid Al-Ishlah Kompleks Mandiri Sultan Adam.

Selama puluhan tahun Pak Tabrani Basri menjadi langganan khatib, baik Jumat maupun hari raya di Masjid At-Taqwa Jalan Ahmad Yani km 4,5 Banjarmasin. Tidak terhitung penulis berkomunikasi dengan beliau, untuk mencocokkan jadwal, baik melalui telpon rumah maupun datang langsung ke rumahnya di Jalan Manggis. Biasanya kalau menjadi khatib, beliau hanya menggunakan buku saku kecil sebagai teksnya. Beliau juga sekaligus menjadi imam, sebab bacaan Alquran beliau bagus. Selama puluhan tahun beliau juga dikenal sebagai pengajar Alquran dan anggota dewan hakim untuk acara-acara MTQ dan sejenisnya bersama temannya seperti Drs. H. Hamzah Abbas, Drs. H. Murdian Hasyim, dan ulama ahli Alquran lainnya.

Beliau baru mengundurkan sebagai khatib di Masjid at-Taqwa setelah merasa kondisi fisiknya menurun, suara agak bergetar dan beliau ragu-ragu berdiri di mimbar. Memang ada beberapa ulama yang mengundurkan diri sebagai khatib setelah merasa kondisi fisiknya tidak lagi prima, seperti Drs KH Adnani Islandar, Drs. H Abdul Kadir Munsyi, Dip.Ad.Ed., Drs. H.M. Kasim Hamied, dan Prof Drs HM Asywadie Syukur, Lc. Prinsip penulis selama mengatur khatib di Masjid At-Taqwa, sepanjang ulama tersebut masih sehat dan bersedia akan terus difungsikan seumur hidup, kecuali kalau sudah sakit, uzur, mengundurkan diri atau meninggal dunia, barulah diganti dengan khatib lain.

Saksi Crash Pesawat Haji

KH Tabrani Basri dikenal sebagai ulama yang sederhana, santun dan senang bersilaturahim dengan siapa saja. Kesederhanaan tampak dari rumah dan perabotnya. Dulu di rumahnya tidak ada meja kursi, tamu dan tuan rumah sama-sama duduk baampar di lantai. Ketika masih sehat, suka bepergian dengan sepeda motor yang tidak baru, bersama istri beliau yang setia menemani. Penampilan sehari-hari juga sederhana, tidak tampak berbeda dengan orang kebanyakan, meskipun menurut anggapan masyarakat beliau seorang ulama besar yang ilmunya mendalam. Hanya sesekali memakai serban, tapi aura keulamaannya tampak dari kewaraannya itu. Prof Dr Mujiburrahman dalam tulisannya mengenang Tuan Guru Tabrani Basri (BPost, Senin 6 Oktober) menyebut Tabrani Basri seorang asketis dan berpola hidup zahid.

Baca Juga :  Wisata Kalsel Profit atau kemaslahatan?

Beliau bersikap santun, ramah, bersedia menjawab pertanyaan orang-orang yang membutuhkan jawaban, terutama dalam soal-soal keagamaan. Tapi juga tidak segan mengatakan tidak tahu kalau beliau belum tahu persis. Aktif bersilaturrahim adalah salah satu cirikhasnya. Kalau diundang acara apa saja, beliau selalu datang. Apabila kita hadir di suatu acara, seperti walimah perkawinan, hampir pasti di situ ada Pak Tabrani Basri.

Penting juga dicatat, KH Tabrani Basri dan istri Hj Rasyidah adalah sedikit dari orang-orang yang selamat dalam kecelakaan pesawat di Airport Srimavo Bandaraneika Colombo sepulang dari ibadah haji tahun 1978. Ketika itu usia beliau baru 38 tahun, biaya haji Rp760.000 per orang, diberi Gubernur Soebardjo Rp 1.000.000. Gaji PNS saat itu masih rendah, menurut H. Adrianopel Samudra yang berangkat haji di tahun yang sama, gajinya hanya Rp25.000. Adrianopel berangkat dengan pesawat DC-8 yang mengalami kecelakaan di Colombo tersebut, sehingga rombongan mereka tertahan untuk pulang di Jeddah selama 15 hari, dan kembali ke tanah air dengan pesawat DC-10.

Pesawat jenis DC-8 Long Body milik Loftleader Icelandic Airways Islandia yang disewa Maskapai Garuda itu mengalami crash karena cuacara buruk, pesawat yang sudah tua, dan bandara yang kurang layak. Korban tewas tercatat 175 orang, selamat 76 orang. Di antara yang tewas adalah ayah, ibu dan adik mantan Gubernur Kalsel Sjachriel Darham, Bupati Tabalong Badaruddin Kasim dan istri. Ratusan jemaah yang tewas diangkut dengan Pesawat Hercules TNI AU dipimpin Menteri Agama Alamsyah Ratuperwiranegara, kemudian dimakamkan di Makam Syuhada Haji Landasan Ulin Banjarbaru melalui upacara resmi dengan Inspektur Upacara Gubernur Kalsel Soebardjo Soerosarojo.

Dulu jika ingin tahu peristiwa naas tersebut, KH Tabrani Basri adalah narasumber yang sering didatangi wartawan dan masyarakat yang ingin mendalami peristiwa, sebab beliau adalah di antara saksi hidup, bersama Mas Abi Karsa (alm) dan HM Syahril (alm) dan beberapa yang lainnya. Peristiwa tersebut cukup monumental, Makam Syuhada Haji sempat menjadi ikon Kalsel, dan HM Syahril ditunjuk sebagai Ketua Alumni Jemaah Haji Colombo. Bahkan secara nasional beredar lagu qasidah bertema musibah tersebut. (… Pesawat DC 8 / mendapat kecelakaan / di dalam perjalanan / jemaah haji korban / menyedihkan / menyedihkan …).

Kini ulama sederhana kelahiran Amuntai 1938 M/1357 H tersebut telah tiada, batas hidupnya sudah sampai. Banyak ilmu dan pengabdian yang beliau torehkan selama hidup. Semoga semuanya menjadi amal jariyah, kepribadiannya diteladani dan kiprah dakwahnya diteruskan oleh generasi yang lebih muda. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.

Iklan
Iklan