Oleh : Baiq Lidia Astuti SPd
Pemerhati Masalah Sosial Kemasyarakatan
Temuan Survei Penilaian Integritas (SPI) Pendidikan 2024, yang dirilis Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Kamis (24/4), mencuplik realitas yang mencengangkan. Adapun berdasarkan survei yang dilakukan yang terkait kondisi integritas di Indonesia, pertama dalam kejujuran akademik, kasus menyontek masih ditemukan pada 78% sekolah dan 98% kampus. Dengan kata lain, menyontek masih terjadi pada mayoritas sekolah dan kampus.
Fakta baru baru ini juga semakin menegaskan bahwa perilaku curang menjadi budaya dalam pendidikan di negeri ini, yaitu kecurangan dalam proses seleksi penerimaan mahasiswa baru. Sebanyak 860.976 peserta mengikuti UTBK SNBT 2025, dengan jumlah peserta yang akan diterima hanya sekitar 30 persen. Sudah pasti ini dibayangi kecurangan sistemik yang menggunakan berbagai macam modus.
Modus yang digunakan demi lulus UTBK semakin beragam mengikuti perkembangan teknologi. Modus-modus yang ditemukan adalah mengambil soal UTBK dg menggunakan perekam yg diletakan di behel, pakaian dll yang tidak terdeteksi metal detektor. Modus kecurangan di UTBK 2025 selanjutnya adalah menggantikan peserta di dalam ruang ujian atau joki. Terakhir adalah meng Hack jaringan UTBK, dengan mengambil alih akses perangkat jaringan untuk melakukan pengaturan tertentu pada perangkat tersebut.
Pemanfaatan Teknologi untuk mengakali test UTBK menggambarkan buruknya akhlak calon mahasiswa. Hal ini juga mengukuhkan gagalnya sistem Pendidikan dalam mewujudkan generasi berkepribadian Islam dan memiliki ketrampilan.
Selain itu juga menggambarkan hasil menjadi orientasi, abai pada halal dan haram. Hal ini adalah buah dari sistem hidup saat ini yang berlandaskan kapitalisme, yang menjadikan ukuran keberhasilan/kebahagiaan berorientasi pada hasil/materi.
Kecurangan yang sistemis ini berdampak pada lahirnya sumber daya manusia (SDM) yang culas, bermental lemah, enggan bekerja keras, serta tidak kapabel. Jika mental generasi sejak awal sudah demikian, bisa dibayangkan kondisinya ketika mereka menjadi pejabat. Ketika dewasa mereka akan menjadi pejabat bermental korup yang menggunakan kekayaan negara dan rakyat untuk keuntungan pribadi dan kroninya.
tujuan pendidikan itu untuk menciptakan manusia yang berbudi luhur, tetapi bagaimana mungkin tujuan itu dapat diraih dengan cara yang mencoreng kebaikan dengan berbagai perbuatan curang. Rasa takut terhadap dosa akibat menyotek minim. Menghalalkan segala cara untuk mendapatkan hasil pun menjadi hal lumrah dalam dunia pendidikan.
Sistem pendidikan kapitalisme saat ini berasas sekularisme yang menjauhkan dari akidah Islam. Pendidikan lebih berfokus pada penguasaan materi akademik berupa ilmu pengetahuan, sains dan teknologi, maupun ketrampilan penunjang lain yang semuanya berorientasi pada dunia kerja.
yang dibutuhkan menyelesaikan masalah ini adalah tanggung jawab penuh negara untuk menyelenggarakan pendidikan dengan sistem pendidikan sahih (Islam). Pendidikan harus didasarkan pada asas Islam. Pendidikan tersebut bertujuan menghasilkan manusia yang berkepribadian Islam. Mereka terikat dengan halal haram dalam setiap kesempatan sehingga siswa jauh dari perilaku menyimpang.
Pendidikan islam akan membekali para peserta didik dengan ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan masalah kehidupan. Metode pendidikan dirancang untuk merealisasikan tujuan tersebut. Setiap metode yang berorientasi bukan kepada tujuan tersebut, maka dilarang .
Pendidikan dalam Islam diselenggarakan negara secara gratis bagi seluruh rakyat sehingga siswa tidak terbebani dengan biaya sekolah/kuliah yang mahal. Semua orang berkesempatan belajar, tanpa memperhatikan kondisi ekonominya. Meski gratis, kualitas pendidikan dalam islma dalam naungan khilafah dijamin bagus, bahkan terbaik dibandingkan negara-negara yang lain.
Sekolah dan kampus diberikan fasilitas, sarana, prasarana, dan infrastruktur yang bagus sehingga bisa menyelenggarakan pendidikan secara optimal tanpa terkendala anggaran. Baitulmal membiayai semua kebutuhan pendidikan, baik untuk infrastruktur maupun gaji guru.
Sistem Pendidikan Islam berasas akidah Islam akan mencetak generasi unggul berkepribadian Islam, terikat pada syariat Allah, memiliki ketrampilan yang handal, dan menjadi agen perubahan. Dengan kuatnya kepribadian islam, kemajuan teknologi pun akan dimanfaatkan sesuai dengan tuntunan Allah, dan untuk meninggikan kalimat Allah. Wallahu A’lam