Penulis :
Kelompok Pemuda Pancasila
M. Viskal Noor Alif – 2501010137 – Ilmu Komunikasi
Muhammad Faris Abdillah – 2501010060 – Ilmu Komunikasi
Muhammad Zen Dzulbijadaen – 2501010212 – Ilmu Komunikasi
M. Ihza Mahendra Tauriq – 2501010158 – Ilmu Komunikasi
Muhammad Ibnu Raffi – 2501010197 – Ilmu Komunikasi
Muhammad Imam Bitullah – 2501010240 – Ilmu Komunikasi
M. Khairul – 2501010182 – Ilmu Komunikasi
Patimah – 2501010154 – Ilmu Komunikasi
Dosen Pengampu :
Dr. Rico, S.Pd, M.I.Kom
Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNISKA MAB Banjarmasin
Ketika bencana alam melanda suatu wilayah di Indonesia, respons yang muncul seringkali diukur dari jumlah bantuan material yang terkirim. Namun, sebuah laporan akademik yang baru-baru ini diterbitkan oleh mahasiswa semester 1, Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari (UNISKA MAB), di Banjarmasin, menawarkan perspektif yang jauh lebih dalam dan filosofis. Laporan berjudul “Penguatan Iman dan Solidaritas Melalui Salat Gaib serta Doa Bersama untuk Korban Bencana di Sumatra” ini menegaskan bahwa respons terhadap duka nasional harus melampaui sekadar bantuan fisik, menuntut peningkatan rasa kemanusiaan dan dukungan psikososial. Laporan ini berfungsi sebagai analisis mendalam tentang bagaimana ritual keagamaan kolektif, seperti Salat Gaib dan doa bersama, bertransformasi menjadi mekanisme sosial-nasional yang secara aktif memperkuat ketahanan kolektif dan memelihara persatuan.
Kelompok penyusun, yang menamakan diri Kelompok Pemuda Pancasila, memilih bencana siklon senyar dan hidrometeorologi di Sumatra sebagai konteks studi. Pilihan ini strategis, karena menguji sejauh mana rasa persatuan dapat terjalin di tengah krisis yang dipisahkan oleh jarak geografis yang signifikan. Bagi kelompok mahasiswa ini, aksi kepedulian yang dilaksanakan pada tanggal 06 Desember 2025 ini bukan hanya merupakan pemenuhan tugas projek ketiga mata kuliah Pancasila, tetapi merupakan praktik ideologis nyata yang membuktikan bahwa Pancasila adalah pedoman aksi, bukan sekadar teks.
Poin pertama yang ditekankan dalam laporan ini adalah fungsi spiritual kegiatan tersebut. Aksi Salat Gaib dan doa bersama ini secara fundamental mengamalkan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa (Sila I). Para penyusun menjelaskan bahwa kegiatan keagamaan ini menjadi cara yang baik bagi peserta untuk menenangkan diri dan batin, berfungsi sebagai mekanisme koping spiritual. Melalui doa, rasa sedih dan empati disalurkan ke dalam jalur ketaatan pada Tuhan, yang sangat membantu menguatkan karakter religius mereka sendiri.
Laporan ini mengutip referensi akademis yang menyatakan bahwa pemahaman ideologi Pancasila secara positif memengaruhi sikap moral individu, dan partisipasi dalam ritual keagamaan telah terbukti berkontribusi signifikan pada pembentukan karakter religius yang kokoh. Dengan demikian, Salat Gaib menjadi pilar keimanan yang diperkuat di tengah cobaan, suatu cara praktik beriman yang mengubah rasa khawatir menjadi amal ibadah.
Aspek kedua yang dianalisis adalah manifestasi Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab (Sila II). Aksi kepedulian yang dilakukan oleh warga yang tidak terdampak ini dianggap sebagai bentuk empati transendental. Empati ini adalah pengakuan atas martabat kemanusiaan yang setara, sejalan dengan pentingnya peningkatan rasa kemanusiaan dalam penanganan dampak bencana.
Bagi kelompok mahasiswa, tindakan mendoakan secara tulus ini mencerminkan sikap empati, penghormatan terhadap martabat sesama manusia, serta aksi nyata untuk meringankan beban penderitaan korban. Mereka menyimpulkan bahwa kepedulian ini bukan hanya respons emosional, melainkan praktik ideologis yang memperkuat ketahanan sosial. Walaupun bantuan yang diberikan tidak berbentuk material, dukungan spiritual dan psikososial yang disampaikan melalui doa adalah ekspresi nyata dari tanggung jawab kemanusiaan.
Pilar ketiga dan mungkin yang paling kuat dalam konteks nasional adalah pengukuhan Sila Persatuan Indonesia (Sila III). Salat Gaib dan doa bersama ini menjadi bukti nyata dari solidaritas nasional dan rasa kemanusiaan yang tinggi, meskipun dipisahkan oleh jarak.
Solidaritas yang terjalin dalam kegiatan ini memperkuat persatuan Indonesia, menunjukkan bahwa dalam duka, seluruh elemen bangsa bersatu, tanpa memandang latar belakang, demi menjaga keutuhan dan persatuan nasional. Aksi kolektif lintas wilayah ini secara nyata mengukuhkan bahwa seluruh warga adalah satu. Laporan ini menyoroti bahwa solidaritas lintas daerah ini secara langsung membangun kesadaran nasional yang kuat. Dengan berkumpul mendoakan saudara sebangsa, para peserta menyadari bahwa penderitaan di Sumatra adalah tanggung jawab kolektif. Oleh karena itu, Salat Gaib dan doa bersama tidak hanya memberikan ketenangan batin, tetapi juga secara aktif menjadi jembatan pemersatu yang menguatkan persatuan dan ketahanan bangsa.
Laporan ini juga mendokumentasikan pelaksanaan kegiatan yang bertujuan untuk menumbuhkan rasa peduli, empatik, dan rasa cinta terhadap keimanan, kemanusiaan, serta rasa persatuan. Hasil kegiatan membuktikan tercapainya tujuan tersebut, yaitu sebagai rasa empatik, memperkuat pengamalan nilai-nilai Pancasila terhadap Sila Ketuhanan, Kemanusiaan, dan kesatuan, serta sebagai wadah memperkuat silaturahmi.
Kesimpulannya, bagi Kelompok Pemuda Pancasila dari UNISKA MAB Banjarmasin, kegiatan Salat Gaib dan Doa Bersama ini sukses menjadi jembatan yang memperkuat iman (Sila I), mengukuhkan solidaritas nasional (Sila III), dan mencerminkan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab (Sila II). Dampaknya, kegiatan ini secara signifikan memperdalam karakter religius dan kesadaran kebangsaan para pesertanya. Laporan ini harus dilihat sebagai praktik ideologis dan sosial yang memperkuat persatuan dan ketahanan kolektif di tengah krisis.
Aksi ini adalah panggilan nyata bahwa Pancasila hidup. Dalam konteks geografis Indonesia yang rentan, respons terbaik terhadap bencana adalah dengan mengedepankan tiga sila dasar menghubungkan Iman, Kemanusiaan, dan Persatuan menjadi satu tali pengikat yang melintasi pulau-pulau, menegaskan bahwa duka di Sumatra adalah tanggung jawab bersama seluruh bangsa.

Saksikan dichanel yutube kami www.youtube.com/@KelompokPemudaPancasila













