Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Skenario New Normal Pelayanan Pendidikan

×

Skenario New Normal Pelayanan Pendidikan

Sebarkan artikel ini

Oleh : Muhammad Firhansyah
Asisten Muda Ombudsman Republik Indonesia
Kepala Keasistenan PVL Ombudsman RI Perwakilan Kalsel 

Diskusi yang digagas Oleh Ombudsman R.I Perwakilan Kalimantan Selatan dengan tema New Normal pelayanan pendidikan dengan menghadirkan pimpinan Ombudsman RI pusat Ahmad Suaedy, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalsel, Kepala dinas Pendidikan Kab/Kota, Tokoh masyarakat, para guru, PGRI, dan publik seKalsel ber jalan dinamis. Peserta antusias menyoroti kesiapan struktur pendidikan di Banua menyambut tatanan baru. Meski, banyak yang kritis, khawatir dan takut apabila kebijakan new normal ini tidak matang, sehingga malah menimbulkan korban baru (kluster sekolah).

Baca Koran

Ada tiga bahasan utama yang disampaikan dalam dialog ini pertama bagaimana protokol kesehatan new normal dalam pelayanan pendidikan?, kedua menyiapkan skenario atas dampak New Normal bagi “publik/warga pendidikan”. Ketiga membangun kultur New Normal dalam sistem kurikulum pendidikan.

Pertama Protokol kesehatan new normal pendidikan. Harus di mulai dari sosialisasi SOP (Sistem Operasional Prosedur) kesehatan yang masif kepada publik baik siswa, guru, dinas pendidikan, dan unsur terkait.

Sejumlah protokol yang disiapkan seperti : Pemenuhan sarana dan prasarana sekolah baik ruang kelas dan ruang guru yang pro terhadap pencegahan Covid 19 (jarak/kontak fisik, masker, sanitizer, desinfektan, pelindung wajah dll), pembiasaan pola PHBS perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah, pemenuhan cek kesehatan siswa, dan guru secara intens (mengaktifkan Unit kesehatan Sekolah), membekali latihan mitigasi Komprehensif pencegahan Covid 19 bagi guru, siswa, dan orang tua, serta konsisten dalam penerapan kebijakan dengan dasar utama keselamatan siswa dan guru.

Sedangkan dalam pembahasan subtema kedua menurut penulis harus menjadi kajian utama dari skenario New Normal, dimana dampak atas Covid 19 terhadap dunia pendidikan akan sangat besar merubah tatanan yang sudah ada.

Ada lima aspek yang wajib diperhatikan secara serius pertama aspek siswa, sebagai “instrumen utama” pendidikan siswa wajib menjadi prioritas, menyiapkan mereka dengan pola pendidikan berbasis “pencegahan covid” menjadi satu keniscayaan. Selain itu, mengidentifikasi problem siswa yang berbeda-beda, apalagi dikaitkan dengan siswa di zona Tiga T daerah tertinggal, terdalam, dan terluar bahkan terpinggir, masih saja ada keluhan siswa yang tak memiliki kemampuan biaya yang cukup ( beli pulsa, hp, quota internet) apabila saluran pendidikan menggunakan jalur daring/online.

Baca Juga :  Hijrahnya Pustakawan

Belum lagi kita masuk dalam persoalan anak didik berkebutuhan khusus atau disabilitas, maka diperlukan kajian verifikasi problem mendalam terhadap kebutuhan siswa ini termasuk dalam aspek psikis/psikologi, kesehatan (pemenuhan vitamin), pemenuhan pendidikan dll.

Aspek kedua, duru. Faktanya guru merupakan pihak yang sangat “terdisrupsi” di tengah wabah saat ini. Sejumlah guru khususnya honorer atau swasta juga banyak mengeluhkan berkurangnya pemasukan yang mereka terima dan ancaman “dirumahkan”, ditambah para guru yang memang secara sarana sangat terbatas tetapi pengabdian mereka tidak diragukan. Belum lagi menyoal guru yang masih belum “update” atau belum memiliki kompetensi mumpuni dalam menggunakan aplikasi atau konsep pembelajaran online.

Aspek ketiga, orang tua. Kita sadar bahwa tidak semua orang tua memiliki kemampuan dan kesiapan yang sama menghadapi New Normal ini, apalagi dalam konteks pembelajar daring/online, siswa SD dan SMP akan sangat tergantung dengan peran orang tua saat belajar di rumah (online). Dari segi waktu orangtua yang harus bekerja di rumah atau di luar rumah di “bebankan” untuk mendampingi dari pagi sampai siang belajar anak-anak mereka, apalagi terhadap sejumlah pelajaran yang sulit dan memerlukan pendampingan orang tua, akhirnya orang tua dituntut belajar ekstra untuk dapat mengimbangi pelajaran. Memang pendidikan di rumah adalah sejatinya pendidikan pertama dan utama. Untuk itu, diperlukan kesiapan yang lebih kuat.

Dari aspek orang tua , yang paling sering dikeluhkan ke Ombudsman adalah biaya pendidikan yang masih ditarik aktif oleh sekolah, ini menyebabkan sebagian orang tua merasa keberatan padahal covid berdampak pada ekonomi mereka, terlebih lagi bagi anaknya yang sekolah swasta, penarikan iuran sekolah tetap “normal’ seperti biasa ini belum ada solusi konkrit dari pemerintah.

Baca Juga :  Konsistensi Pahlawan Lingkungan Kalpataru Lestari untuk Indonesia

Aspek keempat adalah aspek kebijakan pemerintah/dinas pendidikan/sekolah. Problemnya kondisi setiap sekolah sangat berbeda, fasilitas, sarana, manajemen SDM, dan kebijakan pimpinan berbeda beda, dan ini sangat memengaruhi penerapan new normal di lapangan. Penyelenggara pendidikan di pusat daerah dituntut inovasi, kreativitas dan komitmen tinggi demi terlaksananya program new normal, jangan lagi ada kebijakan yang tak berbasis pada nilai keadilan. Mengakomodir suara warga pendidikan dan terus melakukan perbaikan-perbaikan dengan sentuhan solusi praktis yang jitu demi nuansa pendidikan yang lebih baik.

Aspek kelima yakni Arah manajemen resiko Perubahan. Adanya New Normal merupakan dampak yang harus diterima secara legowo oleh semua pihak, akan banyak perubahan-perubahan yang terjadi sehingga perlu ada latihan dan pembentukan sikap, kesadaran bahkan memunculkan “budaya baru” pada blue print pendidikan di masa yang akan datang.

Sedangkan dalam pembahasan ketiga yakni penting ke depan menyusun konsep atau sistem pendidikan “baru” , kurikulum berbasis kesiapan saat dan pasca pandemi adalah salah satu alternatif yang harus dilakukan oleh kementerian pendidikan, setidaknya strategi seperti membangun kecerdasan intelegensi berbasis teknologi di sekolah, membaca berbagai peluang dan mengeksplore taktik menjadi hal penting untuk menyikapi new normal ini, termasuk mengimprovisasi pendidikan berbasis karakter melalui IT dengan tetap mengembangkan moral, sosial dan emosional yang berintegritas. Model pendidikan berbasis teknologi inilah yang akan menjadi jawaban atas tantangan pendidikan di masa mendatang.

Pada pokoknya New Normal dalam pelayanan Pendidikan adalah upaya strategis pendidikan atau proses belajar mengajar tetap eksis, sebab kita tak bisa melupakan bahwa pendidikan sebagai sum sum utama masa depan bangsa. Dengan pendidikanlah kita akan berhasil meraih cita cita, keluar dari segala problematika kehidupan dan menjadi insan mulia serta menyiapkan generasi terbaik demi kehidupan serta peradaban yang lebih baik. Semoga

Iklan
Iklan