Mesin berbahan gas itu belum dilengkapi dengan indikator atau alat penunjuk sisa bahan bakar yang telah digunakan
BANJARMASIN,KP – Nelayan penerima bantuan mesin kelotok berbahan bakar gas masih belum memahami penggunaan mesin penggerak alat transportasi sungai di Kota Banjarmasin itu.
Salah satunya Fahrani (50), salah seorang Nelayan dari Pengambangan yang mengaku, belum terlalu mengerti penggunaan mesin dengan bahan bakar gas.
Bahkan, mesin berbahan gas itu belum dilengkapi dengan indikator atau alat penunjuk sisa bahan bakar yang telah digunakan.
“Seandainya habis di tengah sungai kemana mencari gasnya? Kalau bensin bisa dilihat kalau mau habis, bisa menepi untuk membeli,” ungkapnya pria yang kesehariannya menangkap udang di aliran sungai martapura itu.
Kendati demikian, Ia mendapat informasi dari tim penyuluh bahwa kekuatan mesin kelotok dengan BBG itu mampu bertahan hingga 20 jam perjalanan.
“Artinya, kami para nelayan bisa berlayar mencari ikan dengan jarak yang lebih jauh, sehingga hasil tangkapan bisa lebih maksimal. Biasanya dapat ikan sampai 10 Kg jenis panting. Tapi harga jualnya lebih murah,” tukasnya.
Sebelumnya, sebagai bentuk langkah meringankan beban pengeluaran para nelayan di Banjarmasin, Pemerintah Kota Banjarmasin mendistribusikan paket konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG) untuk penangkap ikan bagi nelayan sasaran.
Program yang berasal dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM dan Komisi VII DPR RI itu, disalurkan melalui Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Banjarmasin kepada 55 nelayan.
“Ini dalam rangka konversi mesin kelotok yang berbahan bakar minyak menjadi gas (Elpiji). Agar tidak terfokus pada bahan bakar fosil,” ucap Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas DKP3 Banjarmasin, Yuliansyah kepada Smart FM, usai sosialisasi, Selasa (24/11) pagi.
Ia mengklaim, jika dihitung secara ekonomis, penggunaan BBG bisa mengefisiensi biaya sekitar 30% – 50% dibanding saat pembelian BBM jenis bensin.
Meskipun sebenarnya, para nelayan yang ada tidak berlayar sampai ke laut lepas, melainkan hanya di sekitaran sungai-sungai di kota Banjarmasin dan Kabupaten tetangga.
“Kalau yang sampai ke laut lepas itu biasanya kapal-kapal besar. Tapi disini hanya perahu-perahu kecil bermesin dengan tangkapan udang dan ikan-ikan jenis sungai,” pungkasnya. (Zak/K-3)