Banjarmasin, KP – Beberapa waktu terakhir, Lonjakan kasus Covid-19 melanda di sejumlah daerah di Indonesia. Kondisi ini tentu menjadi ancaman serius bagi Kota Banjarmasin.
Sadar akan adanya ancaman itu, berbagai persiapan dan antisipasi pun dilakukan oleh Tim Satgas Covid-19 Kota Banjarmasin.
Mengingat, di awal pandemi Ibukota Kalimantan Selatan ini pernah menjadi penyumbang terbesar untuk kasus warga yang terkonfirmasi positif virus korona.
Juru Bicara Tim Satgas Covid-19 Kota Banjarmasin, Machli Riyadi menerangkan bahwa sudah menjalankan sejumlah upaya pencegahan.
Salah satunya yakni dengan melakukan koordinasi dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), yang menjadi salah satu pintu masuk Kota Banjarmasin.
“Kami sudah berkoordinasi dengan KKP. Karena salah satu faktor risiko tinggi penambahan Covid-19 melalui pintu-pintu masuk Kota Banjarmasin,” ucapnya.
Machli pun menilai pintu masuk Banjarmasin melalui pelabuhan dinilai berpotensi cukup besar terhadap penyebaran kasus Covid-19.
Kemudian, yang juga menjadi perhatian Machli adalah pintu masuk di darat yang menjadi sarana penghubung lintas kabupaten hingga lintas provinsi.
Kendati demikian, menurutnya untuk mengawasi pintu masuk lewat jalur darat itu, ada pada wewenang pemerintah provinsi.
“Sedangkan pengawasan di bandara, tentu bila hendak masuk Kota Banjarmasin harus menjalani tes usap. Dan itu sudah diterapkan,” jelasnya.
Disinggung mengenai kesiapan dalam hal melakukan perawatan, apabila nantinya terjadi lonjakan Covid-19, Machli pun mengklaim bahwa Pemko Banjarmasin juga sudah siap menghadapi kondisi tersebut.
Pasalnya selain memiliki RSUD Sultan Suriansyah, ada banyak rumah sakit yang bisa dijadikan rujukan pasien Covid-19. Mulai dari RSUD Ulin, RSUD Ansari Saleh, RS Islam Banjarmasin, RS Sari Mulia hingga RS Bhayangkara.
“Bila semuanya ditotalkan, ada sekitar 400 tempat tidur. Dan yang saat ini terisi baru sekitar 30 persennya saja,” tambahnya.
“Setelah sempat melandai, kasus Covid-19 di Banjarmasin kali ini mulai stagnan. Lebih dari sepekan, angka kasus aktif Covid-19 berada di kisaran 80 orang saja,” klaimnya.
Di sisi lain, Machli juga menerangkan bahwa upaya pencegahan penularan melalui pembentukan herd immunity, juga dilakukan melalui program vaksinasi yang saat ini masih berjalan.
Seperti yang sudah diketahui, sasarannya adalah para lansia, pra lansia, petugas pelayanan publik dan tenaga pendidik.
Terpisah. Menindaklanjuti adanya ancaman lonjakan kasus Covid-19 tersebut, Plh Sekdako Banjarmasin, Mukhyar menjelaskan bahwa dalam Inmendagri yang baru, nomor 14 tahun 2021 ada penekanan dalam pelaksanaan PPKM mikro.
Di situ diatur, wilayah yang berada di zona merah, sebanyak 75 persen pekerja diinstruksikan untuk bekerja dari rumah saja. Kemudian, untuk kegiatan di luar seperti pusat perbelanjaan dibatasi sampai jam 8 malam.
“Termasuk restoran atau rumah makan yang disyaratkan hanya membatasi 25 persen pengunjung saja. Sisanya, take away atau bungkus,” ulasnya.
Lantas, apakah hal itu juga diterapkan di Kota Banjarmasin? Mukhyar mengaku belum. Lantaran mayoritas warga Kota Banjarmasin, berada di zona hijau. Dan hanya sedikit berada di zona kuning.
“Ya kondisi masih aman. Tapi untuk melakukan pencegahan penularan, kami tak terpaku zona. Kami tetap berusaha agar masyarakat mengikuti protokol kesehatan (Prokes) ketat. Kalau kesehatan warga terganggu, kami sarankan jangan beraktivitas di luar rumah,” pesannya. (Zak/KPO-1)