Oleh : Wendy Elvina
Penyakit tular vektor merupakan salah satu penyakit yang di tularkan oleh artropoda, yang dimana vektor sendiri memiliki arti yaitu adalah hewan avertebrata sebagai pembawa, penular hingga penyebab dari penyakit menular tersebut. Di zaman yang serba digital seperti sekarang, kasus penyakit tular vektor telah terindifikasi pada re-emerging disease (penyakit lama) dan new emerging disease yang di sebabkan oleh infeksi virus, jamur, protozoa bakteri hingga cacing. Penyakit ini biasanya di bawa oleh vektor pembawa patogen dan akan menularkan penyakit tersebut lewat gigitan, cakaran hingga air liur. Penyakit tular vektor sendiri bukanlah penyakit yang bisa di anggap remeh dimana penyakit ini mampu menyebabkan kejadian luar biasa (KLB) hingga kematian.
Beberapa faktor penyebab terjadinya penyakit tular vektor yaitu lingkungan hidup di daerah tropis yang lembab dan bersuhu hangat menjadi pendukung sebagai tempat hidup maupun tempat berkembang biak dari vektor, selain itu kurang adanya edukasi pada masyarakat tentang bahaya dari vektor penular penyakit sehingga sering dianggap sepele, kemudia faktor perilaku kurang nya hidup bersih seperti tidak mencuci tangan dan jarang menguras bak mandi juga menjadi salah satu hal yang penting untuk di perhatikan.
alah satu vektor berbahaya yang seringkali menjadi sumber penyakit tular yaitu nyamuk. Penyakit yang telah ditularkan oleh vektor nyamuk yang telah ada hampir di seluruh dunia hingga di Indonesia sendiri ada banyak penyakit yang disebabkan oleh vektor tersebut seperti malaria, demam berdarah, Japanese encephalitis, leptospirosis, pes, zika dan lain-lain. Penyakit tersebut jika tidak di tangani maka akan menjadi wabah hingga kematian pada manusia. Terjadinya penularan penyakit tular yang di sebabkan oleh nyamuk ini berawal dari nyamuk yang sudah memiliki virus atau bakteri di dalam tubuh nya, yang akan membawa patogen tersebut sebagai (agen) yang nantinya akan menularkan patogen berupa virus, bakteri,maupun parasit kepada (pejamu) yaitu mausia lewat hisapan nyamuk. saat nyamuk ingin mengisap darah dari manusia, nyamuk akan melakukan proses menghisap darah manusia dengan cara menusuk kulit manusia dan pada saat itulah patogen yang akan menimbulkan penyakit akan terbawa ke tubuh manusia melewati jarum yang ada p
ada nyamuk.
Kalimantan Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia dimana pernah terjadi kejadian luar biasa (KLB) pada tiga wilayah terdiri atas dua desa dan satu kelurahan yang statusnya telah di tetapkan kejadian luar biasa yang di sebabkan oleh vektor nyamuk dan telah terindikasi 12 kasus demam berdarah pada Januari 2019, 10 kasus pada bulan Februari, dan 8 kasus dimana 3 orang dinyatakan meninggal dunia di bulan maret 2019 menurut Muliyanto Budihardjo selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Ditetapkannya KLB demam berdarah ini dikarenakan masing-masing daerah itu yakni desa Gandang Barat di Kecamatan Maliku dan Kelurahan Pulang Pisau Kecamatan Kahayan Hilir sudah ada penderita yang meninggal dunia.
Terkait bahaya serangan nyamuk sebagai vektor penyakit tular ini perlu dilakukan penanganan yang mampu menangani vektor penyebar penyakit ini sebelum menjadi wabah. Tentunya ada kesulitan dalam membasi penyakit vektor, dimana keterbatasan deteksi dan diagnosis merupakan salah satu faktornya namun masih ada beberapa cara yang efektif yang mampu mengendalikan vektor penular penyakit yang dapat di lakukan oleh semua orang salah satunya dengan pengendalian non kimiawi dengan menggunakan bioinsktisida yang ramah lingkungan hingga membuat perangkap nyamuk seperti larvatrap maupun ovitrap yang dapat memutus rantai hidup nyamuk dimana hal yang terpenting adalah sebelum menangani penyakit nya maka akan lebih baik jika menangani pembawa penyakit atau vektor dari penyakit tersebut.
Selain itu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan cara melakukan manajemen lingkungan, dimana dengan melakukan perubahan terhadap lingkungan yang berupaya untuk mencegah atau meminimalkan propagasi vektor dan kontak manusia dengan vektor-patogen dengan menghancurkan, mengubah, menghapus atau daur ulang container non-esensial yang dapat menyebabkan tersedianya habitat dari larva nyamuk.
Perlakuan pengendalian vektor nyamuk juga bisa dengan cara kimiawi yang biasanya menggunakan pembasmi serangga (insektisida) seperti orghanochlorine, organophospor, carbamate, pyretroid dan lain-lain beberapa bahan tersebut digunakan untuk membasmi vektor nyamuk dengan cara foging yang berupaya menurunkan resiko terjadinya penyakit tular vektor demam berdarah.
Selain itu penggunaan larvasida seperti abate dan repelen juga bisa digunakan dalam menangani penyakit tular vektor, dimana larvasida seperti abate dan repelen akan membasmi larva nyamuk sehingga terjadi pemutusan siklus hidup dari nyamuk.
Namun, dibalik penggunaan bahan kimiawi yang bisa di bilang mudah di cari dan mudah di gunakan, tetap saja harus digunakan secara bijak, di mana bahan kimiawi yang mampu membasmi vektor tentu saja mempunyai sisi negative seperti membahayakan organism lain, dapat merusak lingkungan bila di buang sembarangan ke badan air, hingga dapat menimbulkan resistensi vektor.
Oleh karena itu sangat perlu untuk memperhatikan manajemen aplikasi insektisida hingga metode intervertasi yang tepat dan akan lebih baik dianjurkan untuk menggunakan pengendalian berupa non kimiawi.