Kondisi tersebut terjadi lantaran adanya upaya pemerintah kota dalam menekan mobilitas masyarakat melalui kebijakan yang membatasi aktivitas warga
BANJARMASIN, KP – Diterapkannya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level IV di Kota Banjarmasin sangat berdampak pada tingkat kunjungan di pasar tradisional atau pasar rakyat.
Hal itu diakui Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kota Banjarmasin Ichrom Muftezar. Saat dihubungi awakedia melalui sambungan telepon, Minggu (22/08) siang.
Ia menjelaskan, kondisi tersebut terjadi lantaran adanya upaya pemerintah kota dalam menekan mobilitas masyarakat melalui kebijakan yang membatasi aktivitas warga tersebut.
“Kalau informasi yang kami terima di pasar-pasar, memang ada perbedaan tingkat kunjungan. Tapi mudah-mudahan para pedagang bisa bertahan. Dan kita doakan sama-sama mudahan bisa saling bantu selama masa pandemi dan setelahnya,” ucapnya.
Di sisi lain, Tezar juga menjelaskan, pasar yang terdampak menurunnya tingkat pengunjung hanya sebagian saja. Tidak seluruh pasar. Namun seperti pasar yang menyediakan kebutuhan primer menurutnya tetap didatangi pengunjung.
Penurunan pengunjung, justru menurutnya hanya terjadi di pasar yang menjual kebutuhan sekunder. “Tapi, kalau misalnya pedagang sekunder punya pelanggan tetap, via online masih jalan. Kecuali, pedagang tidak menggunakan usaha dagangnya secara online. Pelanggannya mungkin berkurang, dan sangat berpengaruh,” jelasnya.
Lebih lanjut, Tezar pun menjelaskan bahwa hingga saat ini pihaknya tidak melakukan pembatasan jam kunjungan ke pasar-pasar tradisional.
Namun, pihaknya menekankan agar baik pedagang maupun pengunjung selalu menerapkan protokol kesehatan ketat.
“Kita harus sama-sama bijak menyikapi kondisi saat ini. Para pedagang kami harap bisa terus memberikan pelayanan terbaik kepada pengunjung yang datang langsung ke pasar. Dan jangan lupa terapkan protokol kesehatan ketat,” tandasnya.
Dikonfirmasi terpisah, Ketua Paguyuban Pasar Ujung Urung, Bahrin membeberkan hal berbeda. Ia mengaku tidak hanya menurun, pengunjung pasar yang ada dibawah koordinasinya itu masalh sangat sepi.
“Kalau menurun, artinya pengunjung masih ada. Tapi yang terjadi saat ini, pengunjung tak ada, sepi. Ibaratnya, kita sudah bisa bermain bola di sini,” imbuhnya, Minggu (22/8) sore.
Kendati demikian. Ia mengaku masih beruntung tak ada pedagang yang gulung tikar. Alasannya, karena pedagang rata-rata juga menyewa alias mengontrak tempat.
“Karena kontrak toko berjalan. Dan karena pedagang merasa memiliki kewajiban untuk membuka toko,” ujarnya.
Diakui Bahrin. Dampak PPKM lumayan terasa. Misalnya, para pedagang umumnya mengharapkan pengunjung dari luar daerah. Contoh, dari Hulu Sungai.
“Mereka tak berani datang karena di Banjarmasin ada penyekatan. Orang kan takut keluar, jadi mungkin susah juga,” bebernya.
Lantas, apakah sudah ada upaya melapor ke dinas terkait, akan kondisi itu?
Terkait hal itu Bahrin mengaku belum ada melaporkannya, menurutnya karena wadah menyampaikan keluh kesah itu tak ada.
“Apakah dinas pasar itu berkewajiban mengayomi pedagang? Seperti tidak kan. Sekarang kalau dilihat di kedudukan dinas terkait, mereka mengambil kewajiban mereka saja di sini. Dan mereka juga mungkin ditarget. Yang bisa kami lakukan sekarang cuma bersabar,” jelasnya.
“PPKM tidak hanya berdampak pada pedagang saja. Tapi termasuk tukang ojek hingga buruh angkut,” tutupnya. (Zak/K-3)