Oleh : Mu’minah S.Pd
Pemerhati Anak dan Perempuan
Pandemi Covid-19 semakin dalam posisi yang mengkhawatirkan di Amerika Serikat (AS). Meski memiliki angka vaksinasi yang cenderung tinggi, negara itu tetap mengalami peningkatan infeksi yang signifikan, bahkan lebih dari 1000 persen bila dibandingkan Juni lalu.
Mengutip data interaktif Covid-19 milik New York Times, pada akhir Juni lalu rata-rata kasus infeksi di Negeri Paman Sam masih berada di level 11 ribuan per minggunya. Namun saat ini rata-rata infeksi mingguan telah mencapai 141 ribu kasus perharinya. Ini merupakan kenaikan lebih dari 10 kali lipat.
Para analis kesehatan menganggap kenaikan tinggi ini terjadi akibat dari pelonggaran-pelonggaran yang berlaku pada liburan musim panas. Di mana publik seakan sudah menganggap corona telah hilang dan mengabaikan protokol.
“Kita berada di pertengahan musim panas, orang-orang mulai berkumpul, mereka dalam kelompok yang besar. Vaksin telah membuat mereka merasa aman, dan mereka lupa dengan protokol kesehatan,” kata dr Perkin Halkitis, dekan di Rutgers School of Public Health, dalam wawancara bersama CNBC International.
Kenaikan dalam sepekan terakhir paling signifikan terlihat di lima negara bagian. Yakni Florida, Louisiana, Mississippi, Oregon, dan Hawaii. Hal ini semakin membebani fasilitas kesehatan di negara bagian itu. Di Hawaii misalnya, petugas kesehatan bahkan telah menyatakan kekhawatirannya bahwa negara bagian kepulauan Pasifik itu tidak akan mampu menangani pasien Covid-19. “Kami sedang ‘terbakar’. Ketika kita memiliki rumah sakit yang benar-benar khawatir untuk dapat merawat orang, itu adalah krisis,” kata Direktur Kesehatan Hawaii, Dr. Elizabeth Char, mengatakan pada konferensi pers.
AS sendiri merupakan salah satu negara dengan progress vaksinasi tercepat.Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit mengatakan pada hari Selasa (17/8/2021) sekitar 198,9 juta orang telah menerima setidaknya satu dosis vaksin Covid-19, termasuk sekitar 168,9 juta orang yang telah sepenuhnya divaksinasi.
Dengan penambahan ini, AS tetap menjadi negara yang menemukan kasus Covid-19 terbanyak di dunia. Negara pimpinan Presiden Joe Biden itu mencatatkan 37,1 juta infeksi yang diiringi 623.237 kematian. Ngerinya lonjakan kasus tersebut membuat pelaku pasar melihat risiko pelambatan ekonomi di AS semakin meningkat. Apalagi muncul pula faktor lain seperti perlambatan ekonomi China dan Afghanistan. “Konsumen AS berhati-hati melihat lonjakan corona Delta, dikombinasikan dengan pelambatan ekonomi China serta gejolak politik di Afganistan,” kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Cambridge Global Payments di Toronto, sebagaimana dikutip CNBC International.
Ekonomi AS sendiri tumbuh positif di kuartal II (Q2) 2021. Meski di bawah ekspektasi sejumlah analis, PDB tumbuh 6,5 persen secara tahunan. Sebelumnya dalam jejak pendapat Dow Jones, ekonom memproyeksi ekonomi AS tumbuh 8,5 persen di periode April-Juni. Meski AS bisa keluar dari ‘belenggu’ pandemi, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan.
Otoritas Amerika Serikat (AS) telah memberikan 361.684.564 dosis vaksin Covid-19 di negara itu hingga Sabtu (21/8/2021) pagi. Seperti dilaporkan Reuters, pada hari yang sama, Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS mengonfirmasi jumlah dosis vaksinasi itu dan sudah mendistribusikan 428.506.065 dosis. Menurut CDC, angka-angka itu naik dari 360.634.287 dosis vaksin yang telah digunakan pada Jumat dari 426.106.115 dosis yang dikirimkan. Badan tersebut menyatakan 200.947.556 orang telah menerima setidaknya satu dosis sementara 170.406.785 orang telah divaksinasi penuh pada Sabtu. Penghitungan CDC termasuk vaksin dua dosis dari Moderna dan Pfizer-Biontech, serta vaksin sekali pakai Johnson & Johnson pada Sabtu pukul 6.00 pagi.
“AS memberikan lebih dari 1 juta dosis vaksin Covid-19 dalam periode 24 jam hingga Sabtu tengah hari, menandai hari ketiga berturut-turut melampaui pencapaian itu,” kata seorang pejabat Gedung Putih. Hal ini menunjukkan bahwasanya Amerika dalam penggunaan vaksin itu lebih terdepan dibanding negara-negara yang lain tetapi belakangan ini kita mendapati bahwa di Amerika terjadi lonjakan infeksi dari Covid-19 ini begitu signifikan dan ini diduga dikarenakan mereka merasa bahwa ketika sudah bervaksin mereka bebas dari Covid-19, tetapi nyatanya hal itu tidak sepenuhnya benar, di sini kita melihat bahwasanya ledakkan kasus Covid-19 di Amerika Serikat itu menjadi bukti kegagalan strategi penanganan Covid-19 secara global karena kiblatnya dunia saat ini adalah Amerika Serikat.
Dunia saat ini berpatokan pada apa yang dilakukan oleh Amerika Serikat, nyatanya negara yang menjadi contoh pada saat ini terbukti gagal dalam menangani Covid-19, artinya strategi penanganan secara global dinyatakan gagal dan membuktikan bahwasanya kepemimpinan Who dan juga lembaga dunia yang lain terkait dengan hal ini telah terbukti gagal dalam menemukan strategi jitu demi pemberantasan wabah.
Melihat dari fakta sekarang ini bahwasanya keadaan atau pandemi saat ini, kita tidak bisa berharap kepada sistem yang ada sekarang, tetapi kepada sebuah sistem yang menawarkan resolusi yang jitu dan sudah terbukti terbukti, yaitu sistem kekhalifahan, pada masa Islam ditegakkan yaitu mereka bisa dengan bisa dengan cepat dan mudah mengatasi wabah, ini terbukti pada masa Umar Bin Khattab, Umar Bin Khattab menutup akses untuk satu wilayah masuk atau dalam suatu wilayah yang terkena wabah dari akses keluar masuk agar menghindari terjadinya penularan yang lebih banyak, tetapi untuk wilayah lain yang tidak terkena wabah itu dibiarkan beraktivitas, sehingga solusi ini mempercepat hilangnya wabah tersebut dan juga tidak mengancam ekonomi Daulah pada saat itu dan terbukti penanganan ini efektif dan tidak membuat negara menjadi krisis.
Di zaman Rasulullah SAW pernah terjadi wabah kusta yang menular dan mematikan sebelum diketahui obatnya, Rasulullah saw memerintahkan untuk tidak mendekat atau melihat orang yang mengalami kusta atau lepra. Dalam sebuah hadis Rasulullah saw pernah bersabda yang artinya “jangan kamu terus menerus melihat orang yang mengidap penyakit kusta”.
Nabi Muhammad SAW juga pernah memperingatkan umatnya untuk tidak dekat dengan wilayah yang sedang terkena wabah dan sebaliknya jika berada di tempat yang terkena wabah dilarang untuk keluar seperti yang diriwayatkan dalam hadits berikut, “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah maka janganlah kalian memasukinya tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada maka jangan tinggalkan tempat itu”. (Bukhari).
Belajar dari hal tersebut, di zaman Rasulullah SAW jikalau ada sebuah daerah atau komunitas terjangkit penyakit tha’un, Rasulullah SAW memerintahkan untuk mengisolasi dan mengkarantina para penderitanya di tempat isolasi khusus.
Dari sini kita menyimpulkan bahwasanya ketika terjadi wabah di suatu tempat dalam Islam sudah dicontohkan langsung oleh Rasulullah SAW dan juga oleh Umar Bin Khattab ketika beliau memimpin, agar wabah tersebut tidak menyebar kemana-mana dan wilayah yang tidak terkena wabah masih bisa melakukan aktivitas ekonomi dan lain sebagainya dengan tanpa khawatir. Wallahu A’lam Bishawab.