Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Banjarmasin

Becak di Banjarmasin Makin Terpinggirkan
Kawasan Bebas Becak Perlu Dievakuasi

×

Becak di Banjarmasin Makin Terpinggirkan<br>Kawasan Bebas Becak Perlu Dievakuasi

Sebarkan artikel ini
Hal 10 3 Klm Becak
BECAK- Inilah kondidi angkuatan becak sebagai angkutan barang dan manusia hingga saat in sebagian masih mampu bertahan dan tampak beberapa tukang becak dengan sabar menunggu penumpang di depan Pasar Abadi atau Pasar Lama. (KP/Amir)

Berkurangnya jumlah becak tersebut tidak terlepas dari banyaknya masyarakat yang memiliki kendaraan pribadi terutama sepeda motor serta jasa transportasi lain seperti ojek online

BANJARMASIN, KP -Siapa yang tak mengenal becak? Salah satu alat transportasi roda tiga cukup familiar di masyarakat seperti halnya di Kota Banjarmasin puluhan tahun lalu.

Baca Koran

Seiring berjalannya waktu, transportasi yang dijalankan dengan tenaga manusia dengan kapasitas normal penumpang dua orang ini sekarang semakin terpinggirkan dan diperkirakan tinggal ratusan unit.

Padahal di era zaman keemasannya sekitar di era tahun 80 hingga 90 an, di Kota Banjarmasin waktu itu jumlah becak sebanyak 5000 unit lebih yang dalam operasinya dibagi dua shift, yaitu becak malam dan becak siang.

Berkurangnya jumlah becak tersebut tidak terlepas dari banyaknya masyarakat yang memiliki kendaraan pribadi terutama sepeda motor serta jasa transportasi lain seperti ojek online.

” Sekarang orang yang ingin naik becak sudah sangat kurang.” ujarnya Syahrudin (45) seorang tukang becak yang biasa mangkal di kawasan Pasar Lama.

Kepada {KP} Rabu (29/12/2021) warga tinggal di Jalan Panglima Batur Kelurahan Surgi Mufti itu menuturkan, mengaku sudah sekitar 30 tahun mencari nafkah sebagai tukang penarik becak.

Pria yang disapa Udin ini mengaku paling banyak hanya mampu mendapatkan empat hingga lima penumpang setiap harinya.

“Itupun penumpangnya karena membawa banyak barang belanjaan atau membawa barang-barang milik kios atau toko,” ujarnya,.

Udin mengeluhkan, sejak penumpang becak sepi dirinya hanya bisa membawa pulang penghasilan sebagai tukang becak paling banyak Rp 75 ribu setiap harinya.

Anggota komisi I DPRD Kota Banjarmasin H Abdul Muis becak, menjadi sebuah transportasi andalan yang sangat dicari tempo dulu dan selalu menghiasi di Kota Banjarmasin.

Baca Juga :  Pertajam Substansi Raperda Pemberdayaan Ormas, Pansus I Konsultasi ke Kemendagri RI

“Namun sekarang sepertinya terpinggirkan,” ujarnya kepada {KP} Rabu (29/12/2021) kemarin.

Menurut Abdul Muis juga mengakui, kondisi itu sulit dihindari karena saat ini masyarakat sudah banyak memiliki kendaraan pribadi dan berpindah pada kendaraan angkutan umum lainnya,

Apalagi lanjutnya. keberadaan becak belakangan dinilai salah satu biang kesemrawutan kemacetan, sehingga Pemko Banjarmasin kemudian mengeluarkan peraturan dan kebijakan.

Adapun kebijakan yang diambil Pemko Banjarmasin adalah dari adanya pembatasan hingga membatasi ruang gerak becak.

“Terakhir Pemko Banjarmasin mengeluarkan kebijakan tentang Kawasan Bebas Becak,” ujar anggota dewan dari F-PAN ini Abdul Muis mengakui adanya pembatasan jumlah dan larangan operasional becak bertujuan menjaga ketertiban, kesemrawutan dan kelancaran arus lalu lintas.

Namun demikian ia mengusulkan, khusus terkait kebijakan kawasan bebas becak perlu dievaluasi kembali.

Masalahnya Abdul Muis mengemukakan alasan, keberadaan becak selaian masih diperlukan oleh sebagian masyarakat, tapi juga diharapkan bisa menunjang peningkatan pariwisata kota ini.

Hal itu lanjutnya, sebagaimana halnya kelotok atau angkutan sungai yang ternyata mampu memberikan kontribusi meningkat pariwisata di Banjarmasin.

” Seperti di kota Yogyakarta yang masih mempertahankan dan menjadikan becak selain sebagai alat transportasi, tapi dijadikan untuk menunjang pariwisata di kota itu,” tutup Abdul Muis. (nid/K-3)

Iklan
Iklan