BANJARMASIN, KP – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI melaksanakan coaching enumerator (pelatihan petugas) Survei Indeks Risiko Terorisme (IRT).
Pelatihan survei IRT menggandeng pengurus Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalimantan Selatan dan mahasiswa dibuka Kepala Subdirektorat Pemberdayaan Masyarakat BNPT RI, Kolonel (Czi) Rahmad Suhendro, di sebuah hotel di Banjarmasin, Minggu (12/6).
Dalam sambutannya, Rahmad Suhendro di hadapan Ketua FKPT Kalsel, H Aliansyah Mahadi menjelaskan tujuan survei IRT adalah pertama memperoleh informasi risiko munculnya pelaku terorisme di wilayah cakupan, kedua memperoleh informasi risiko sebuah wilayah menjadi sasaran aksi terorisme.
“Ketiga atau yang terakhir memperoleh risiko munculnya kejadian terorisme di tingkat nasional,” katanya.
Dijelaskannya, para enumerator hendaknya memahami dan menjalankan tugas sebaik-baiknya, karena yang akan dimintai atau diwawancarai adalah narasumber yang punya jabatan.
Seperti Ketua Pengurus Cabang NU, Pengurus Muhamadiyah, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Kepala Kesbangpol, Komandan Kodim, Kepala Kemenag, tokoh pers dan Kapolresta.
Kemudian apa target survei IRT, paparnya, yakni kerentanan target terdiri dari kapasitas deteksi dini dan kapasitas respon terhadap serangan.
Kemudian daya tarik target terdiri dari keberadaan obyek vital, riwayat serangan, potensi dampak ekomoni, potensi dampak politik dan potensi dampak korban jiwa.
Sementara itu, pemateri pembekalan coaching enumerator survei IRT dari BNPT RI, DR Syaifuddin Zuhri yang didampingi Kabid Penelitian FKPT Kalsel, DR Muhammad Fauzi sebagai moderator, memberikan cara efisien untuk memudahkan enumerator ketika turun lapangan, yaitu dengan menggunakan aplikasi Indeks Radikalisme dan Terorisme (IRT).
Enumerator tidak perlu menggunakan kuisioner berupa kertas lagi, cukup menggunakan aplikasi yang nanti hasilnya akan langsung terinput ke BNPT.
Dijelaskan Syaifuddin yang merupakan dosen UIN Hidayatullah Jakarta dan Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), bahwa konsultan IRT menjelaskan tentang sampling dan metodologi dengan sasaran narasumber dimensi pelaku, yaitu dari Ketua/pengurus ormas NU, Muhammadiyah, FKUB, Kepala Bakesbangpol, Komandan Kodim, Kepala Kemenag, tokoh pers serta kapolres/kapolresta.
Sedangkan narasumber yang kedua adalah Narasumber Dimensi Target, yang terdiri atas kapolres/kapolresta, komandan kodim, tokoh pers dan kepala BPS.
Terakhir, Syaifuddin menjelaskan bagaimana menggunakan aplikasi dan memahami setiap pertanyaan yang terdapat di kuisioner online.
“Saya menyarankan agar enumerator memahami tata cara menggunakan aplikasi IRT,” tuturnya. (RILIS/KPO-1)