Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Space Iklan
Space Iklan
Iklan
Ekonomi

KPwBI Kalsel Dukung Penguatan Halal Value Chain Melalui Bakul Banua

×

KPwBI Kalsel Dukung Penguatan Halal Value Chain Melalui Bakul Banua

Sebarkan artikel ini
IMG 20220703 WA0020 scaled
Kepala KPwBI Kalsel Imam Subarkah saat memberikan sambutan pada Festival Ekonomi Syariah Banua.
Iklan

Banjarmasin, KP – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kalsel menggelar “Road to Fesyar KTI 2022” bertemakan Penguatan Ekosistem Halal Daerah dalam Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan, secara hybrid baik online maupun offline.

Fesyar adalah event syariah terbesar di Indonesia yang terdiri dari Sharia Economic Forum dan Sharia Fair dan diawali dengan kegiatan “Road to Fesyar KTI 2022”.

Baca Koran

Dalam menyemarakkan kegiatan dimaksud, KPwBI Kalsel bekerja sama dengan Pemprov Kalsel menyelenggarakan berbagai sharia economic forum secara virtual dan kegiatan edukasi ekonomi dan keuangan Syariah.

Gelaran Dekrashow II Dekranasda Banjarmasin Dihadiri Andy F Noya
Gelaran Dekrashow II Dekranasda Banjarmasin Dihadiru

Imam menjelaskan, Halal Value Chain tentunya memiliki potensi besar terhadap PDB Indonesia. Pada 2021, Halal Value Chain Indonesia memiliki kontribusi sebesar 25 persen terhadap perekonomian nasional melanjutkan tren peningkatan sejak 2016.

IMG 20220703 WA0018

Selain itu, berdasarkan data State of the Global Islamic Economy Report 2021-2022, industri halal Indonesia berada di posisi empat di bawah Malaysia, Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab (UEA).

Adapun, pada sektor terkait industri manufaktur, Indonesia mencatatkan posisi 10 besar, antara lain makanan halal peringkat 4, fesyen peringkat 3, dan farmasi serta kosmetik di posisi 6.

Tentunya dalam mendukung Halal Value Chain dibutuhkan akses permodalan baik melalui perbankan syariah maupun alternatif lainnya seperti wakaf produktif.

IMG 20220703 WA0019

Adapun kinerja perbankan syariah di Kalsel hingga Mei 2022 menunjukkan pertumbuhan aset perbankan syariah di Kalsel tercatat sebesar 16,17 persen (yoy) dengan nominal sebesar Rp6,8 triliun.

Selain itu terdapat beberapa alternatif permodalan syariah, salah satunya wakaf produktif yang memiliki potensi tinggi dalam memberikan akses permodalan luas bagi pelaku usaha.

Baca Juga :  Axioo Pongo Mendefinisikan Ulang Casual Gaming dengan Pongo 725 dan 750

Berdasarkan data terkini, hingga saat ini terdapat aset wakaf di Kalsel sebesar Rp79,6 triliun berbentuk tanah.

Hal ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan memanfaatkan tanah wakaf serta mendorong wakaf tunai untuk permodalan dan aset usaha produktif.

Dia melanjutkan, selain aspek permodalan, pengembangan ekosistem Halal Value Chain harus memperhatikan sertifikasi halal produk UMKM agar terjamin kualitas halalnya.

Sertifikat halal akan memberikan value added dalam ekosistem industri halal guna memberikan jaminan kepastian kehalalan produk dan meningkatkan daya saing di tingkat global.

Untuk itu, KPwBI Kalsel mendukung pengembangan ekosistem Halal Value Chain melalui Bakul Banua, sebagai sarana informasi, kurasi UMKM unggulan, pendampingan halal, pengembangan produk dan manajemen usaha.

Proses pendampingan yang dilakukan meliputi pengembangan bisnis halal secara end-to-end dari sisi produksi, sampai dengan penjualan, serta menyediakan opsi kemitraan UMKM menggunakan prinsip bagi hasil.

Saat ini masih berbentuk aplikasi instagram dan akan terus dikembangkan dengan berbasis website.

Pada akun IG, saat ini UMKM sudah dapat melakukan pendaftaran untuk bergabung dengan Bakul Banua dan UMKM yang telah terdaftar akan mendapatkan fasilitasi pendampingan (kurasi) halal, pengembangan produk, kemasan dan manajemen promosi melalui akun market place Bakul Banua di Shopee dan Tokopedia.

Selain itu, terdapat juga program percepatan inklusi keuangan untuk mendukung kemandirian pondok pesantren (ponpes) antara lain berbentuk edukasi keuangan bagi santri; pemberdayaan kemandirian pesantren dengan program Pesantren Go Digital; kemudian implementasi dan pemanfaatan Kartu Santri untuk keperluan edukasi serta transaksi dalam lingkungan pesantren juga identitas para santri; pendampingan pelatihan digital marketing; program One Pesantren One Product (OPOP) dan Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren (Hebitren).(Nau/KPO-1)

Iklan
Iklan