Banjarmasin, KP – Pasca kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang dilakukan pemerintah, imbasnya masih belum terlihat terhadap harga bahan kebutuhan pokok di Banjarmasin.
Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), Birhasani kepada Kalimantan Post.
“Pada hari ketiga pasca diberlakukannya kebijakan kenaikan harga BBM oleh Pemerintah, berdasarkan pemantauan kami di tiga pasar tradisional di Banjarmasin, harga bahan pokok belum mengalami kenaikan yang signifikan,” ungkap Birhasani, kemarin.
Dia memperkirakan, kemungkinan tersebut bisa saja terjadi karena barang yang dijual oleh para pedagang masih merupakan stok dan modal lama.
“Sebab lainnya, Banjarmasin ini adalah kota yang posisinya sebagai pusat distribusi di Kalsel. Dimana, di daerah ini banyak terdapat distributor dan pedagang besar berbagai barang, termasuk bahan pokok. Sehingga biaya angkutan barang belum banyak berpengaruh mendongkrak terjadinya kenaikan harga,” terangnya.
Namun, lanjut Birhasani, dalam beberapa hari ke depan seiring dengan habisnya stok dan modal lama, harga bahan pokok maupun barang lainnya diprediksi akan mengalami kenaikan.
“Ini tentunya merupakan penyesuaian dengan harga modal pembelian barang baru sebagai dampak langsung maupun tidak langsung dari kenaikan BBM yang menambah tingginya biaya transportasi, biaya produksi dan biaya-biaya lainnya, yang pastinya akan dibebankan kepada konsumen melalui harga jual suatu barang.
Memang, tambah Birhasani, di Banjarmasin sejak tanggal 2 September hingga hari ini terjadi kenaikan harga berbagai jenis cabe.
“Tapi, kenaikan tersebut lebih disebabkan akibat terganggunya jalur distribusi karena cuaca yang buruk, sehingga terjadi keterlambatan pasokan dari daerah Jawa dan Sulawesi,” bebernya.
Menurutnya, kondisi di Banjarmasin tentu berbeda dengan kabupaten/kota lainnya, yang saat ini sudah mulai menunjukkan adanya kenaikan harga beberapa bahan pokok yg mungkin disebabkan naiknya biaya angkutan.
“Itu karena bahan-bahan pokok di daerah tersebut kebanyakan dipasok dari Banjarmasin, jadi perlu biaya angkut lagi,” jelasnya.
Secara keseluruhan, kata Birhasani, tentu masyarakat miskin ataupun mereka yang tidak mampu akan sangat merasakan bertambah beratnya biaya hidup sehari-hari.
“Menyikapi kondisi itu, Pemprov Kalsel akan segera melaksanakan pasar murah yang akan dimulai pada tanggal 8 September di Kotabaru dan terus ke daerah lainnya hingga Desember 2022 yg tersebar di 13 Kabupaten kota se-Kalsel. Totalnya sebanyak 34 titik,” ujarnya.
Birhasani berharap, kegiatan pasar murah seperti ini pun dilaksanakan oleh Pemda kabupaten/kota di Kalsel dengan dukungan APBD masing-masing, guna membantu meringankan beban masyarakat dan pengendalian inflasi daerah.
Dinas Perdagangan Kalsel dan kabupaten/kota terus melakukan monitoring ketersediaan dan harga bahan pokok setiap hari serta mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi jika terjadi masalah.
“Masyarakat yang tergolong mampu ataupun kaya mestinya menaruh simpati dan prihatin terhadap mereka yang tidak mampu. Setidaknya, keprihatinan tersebut ditunjukkan dengan tidak membeli barang bersubsidi, seperti LPG dan BBM bersubsidi,” katanya.
Birhasani berujar, BBM naik, LPG naik, namun gajih dan uang belanja tidak naik. Ia mengimbau masyarakat untuk lebih berhemat lagi.
“Hemat BBM, hemat LPG, hemat bahan pokok, hemat listrik dan air, selektif dalam berbelanja sesuai kebutuhan, jangan menimbun dan jangan panic buying,” tuntasnya. (Opq/KPO-1)