Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Anak Pelaku Kriminal, Bagaimanakah Sistem Islam Mengatasinya?

×

Anak Pelaku Kriminal, Bagaimanakah Sistem Islam Mengatasinya?

Sebarkan artikel ini

Oleh : Mahrita Nazaria, S.Pd
Praktisi Pendidikan dan Aktivis Dakwah Muslimah

Kriminalitas atau tindak kejahatan adalah suatu tindakan yang melanggar hukum, undang- undang, norma, dan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Tindak kejahatan tersebut dapat merugikan dan mengancam keselamatan serta jiwa seseorang.

Baca Koran

Kriminalitas mengacu pada perilaku atau tindakan melanggar hukum yang berlaku dalam suatu negara atau wilayah. Ini termasuk segala bentuk kejahatan, mulai dari tindakan kekerasan seperti perampokan dan kekerasan fisik hingga tindakan non-kekerasan seperti penipuan dan pencurian.

Perilaku kriminal ini tak hanya dilakukan oleh orang dewasa, namun saat ini mirisnya juga dilakukan oleh anak usia pelajar. Kejahatan dengan pelaku anak dari hari ke hari semakin memprihatinkan.

Tak lama ini, masyarakat Indonesia dihebohkan oleh beberapa kriminalitas dengan pelaku dibawah umur. Diantaranya berita tentang salah satu santri meninggal dunia karena dianiaya oleh kakak seniornya yang masih berusia 14-15 tahun di salah satu pondok pesantren di Jambi.

Di Kota lain, seorang bocah laki–laki asal Sukabumi menjadi korban pembunuhan, tidak hanya dibunuh anak yang baru mau duduk disekolah dasar ini juga menjadi korban kekerasan seksual sodomi. Dalam pengungkapan itu, terbukti pelajar berusia 14 tahun yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP), menjadi pelaku utama pembunuhan dan sodomi terhadap korban.

Seorang anak merupakan titipan Allah SWT paling berharga yang harus dijaga, dirawat dan dididik. Anak ibarat kertas putih yang siap untuk ditulis dan dilukis sesuai keinginan orang tua. Jika orang tua dapat menjaga, merawat dan mendidiknya dengan benar maka anak tersebut akan menjadi penenang jiwa dan penyejuk hati yang akan mengharumkan nama baik orang tua.

Baca Juga :  DASAR KEBOHONGAN

Pada dasarnya orang tua merupakan lingkungan pertama bagi anak untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan yang di terima anak dalam lingkungan keluarga sangat penting bagi masa depan anak itu sendiri, karena akan menentukan sifat dan karakter anak pada masa yang akan datang. Keluarga merupakan pendidikan yang pertama yang membangun kreatifitas anak itu sendiri, jika sejak kecil anak kurang mendapat pendidikan dari keluarga, akan timbul berbagai dampak negatif bagi anak.

Karena itulah orang tua dituntut untuk memberikan pendidikan sedini bagi anak, mungkin saat anak sudah mulai beradaptasi dengan dunia luar anak tidak akan mudah terbawa kedalam hal-hal negatif yang banyak terjadi dilingkungan sosial, namun demikian masih banyak juga keluarga yang tidak terlalu memikirkan pendidikan bagi anak-anaknya, sehingga tidak sedikit orang tua yang melalaikan tanggung jawab mereka untuk memberikan pendidikan dan pengetahuan sedini mungkin kepada anak.

Akibat sistem sekuler-kapitalis yang makin mendegradasi moral dan kepribadian generasi. Anak tidak terdidik dengan benar lantaran kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan mereka. Dengan paradigma kapitalisme, orang tua hanya memenuhi kebutuhan materi anak. Alhasil, ayah bertugas mencari nafkah sebanyak-banyaknya untuk memenuhi kebutuhan materi anak. Sementara ibu mendidik dengan menjejali anak dengan segala yang berbau materi tanpa diimbangi pendidikan agama sejak dini. Jika pendidikan keluarga bervisi materi semata, anak-anak yang terdidik tidak akan jauh berbeda, yakni menjadikan materi sebagai orientasi hidup. Kebutuhan anak terpenuhi, tetapi pemahaman ilmu agamanya minim. Pada akhirnya, anak mudah terpengaruh hal-hal negatif di sekitarnya karena hilangnya perisai agama (Islam) dalam kehidupan mereka.

Pun jika ayah dan ibu sibuk dalam pekerjaannya, saat itulah anak cenderung diasuh dan dididik oleh lingkungan sekitarnya. Lingkungan tempat anak tumbuh akan berpengaruh besar pada perubahan sikap dan kepribadiannya.

Baca Juga :  Ekologi Emosional, Ketika Merawat Bumi Sama dengan Merawat Diri Sendiri

Dalam kehidupan yang diatur dengan Islam secara kaffah. Akidah Islam menjadi asas kehidupan hingga ketakwaan akan tercermin pada keluarga, sekolah, masyarakat, juga negara. Pendidikan anak menjadi hal penting yang diperhatikan karena anak adalah generasi masa depan yang akan membangun dan menjaga peradaban tetap mulia. Sebab kebijakan negara akan menjaga fitrah anak sehingga anak dapat tumbuh kembang optimal dan memiliki kepribadian Islam yang mulia.

Negara akan mewujudkan kesejahteraan rakyat sehingga ibu bisa optimal menjalankan perannya sebagai madrasah utama dan pertama. Negara tidak akan menghalangi kiprah perempuan sepanjang hal itu sesuai dengan hukum yang ada dalam Islam.

Demikian juga dengan sekolah dan masyarakat akan menjadi lingkungan yang kondusif membangun kepribadian mulia. Negara akan mewujudkan sistem informasi yang aman dan menjamin kebersihan pemikiran generasi dan masyarakat. Selain itu, negara akan membentengi masyarakat dari masuknya pemikiran yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Sistem sanksi Islam yang tegas dan menjerakan juga akan diterapkan negara untuk mencegah terjadinya kemaksiatan dan kejahatan.

Sejarah panjang peradaban Islam telah melahirkan banyak generasi berkualitas yang banyak berkarya untuk meninggikan Islam. Ia menyebut, di antaranya adalah Ali bin Abi Thalib yang dijuluki Rasulullah sebagai ‘Pintunya Ilmu’, Shalahuddin al-Ayyubi pembebas Masjidilaqsa, Sultan Muhammad al-Fatih penakluk Konstantinopel pada usia 22 tahun, Imam Syafi’i yang mendapat julukan Nashih al-Hadits (pembela Sunah Nabi). Generasi berkualitas seperti merekalah yang hari ini kita rindukan. Semua itu akan terwujud ketika negara menerapkan Islam secara menyeluruh dalam kehidupan.

Iklan
Iklan