Oleh : Ahmad Barjie B
Pembina Pondok Tahfizh al-Amanah Rt 35 Pekapuran Raya Banjarmasin
Beberapa negara yang penduduknya tergolong taat beragama seperti India, Pakistan, Bangladesh (IPB), sudah lama menjadikan kitab suci Alquran bagian integral dari kehidupan. Menurut cerita teman-teman Jamaah Tabligh yang biasa pergi ke sana, setiap keluarga muslim sudah mewajibkan minimal ada satu orang yang hafal (hafizh) Al Quran, one family one hafizh. Terutama di kalangan orangtua dan anak-anak.
Ketekunan muslim dari negara-negara IPB tersebut menghafal Al Quran, sama dengan kegigihan warga Malaysia untuk meningkatkan pendidikan hingga sarjana. Menurut Muhammad Budairi (alm) yang kuliah di Malaysia, negeri jiran itu sudah memberlakukan prinsip one family one graduate (satu keluarga satu sarjana). Jauh berbeda dengan Indonesia yang pendidikan dasarnya saja belum merata. Pendidikan di negeri ini cenderung kepada komersialisasi, akibatnya prinsip education for all tanpa membedakan status sosial ekonomi belum terealisasi.
Komitmen menghafal Al Quran pada tiga negara di atas tidak dimaksudkan untuk mengikuti MTQ, STQ atau sejenisnya seperti kebanyakan di Indonesia, tetapi semata ingin mendapatkan ridha Allah dan mencari keutamaan (fadhilah) beragama. Dengan banyaknya para hafizh, umumnya shalat di masjid dan mushalla, selalu diwarnai bacaan-bacaan Al Quran surah panjang, tidak terbatas juz ‘Amma saja. Termasuk ketika shalat Tarawih Ramadhan sering dibaca Al Quran sebiji penuh, sebagaimana dilakukan di Masjid al-Haram Makkah dan Masjid Nabawi Madinah. Belakangan sejumlah masjid di Indonesia dan Kalsel juga mengikuti, misalnya Masjid Besar at-Taqwa Banjarmasin, setiap shalat Tarawaih di malam Ramadhan dibaca satu juz Al Quran.
Manfaat Dunia Akhirat
Membaca dan menghafal Al Quran mengandung manfaat yang besar, baik di dunia terlebih di akhirat kelak. Manfaat di dunia dapat memperkuat daya ingat, memfasihkan lidah, mengharumkan mulut dan melahirkan ketenangan. Menurut Dr H Ardik Lahdiman, SpBS, ahli bedah saraf di RSUD Ulin Banjarmasin, saraf-saraf otak manusia memerlukan latihan dan penyegaran, dengan selalu diajak berpikir dan mengingat sesuatu yang positif. Salah satunya dengan membaca dan menghafal Al Quran. Ardik yakin dengan cara tersebut otak manusia akan selalu sehat dan terhindar dari kepikunan.
Pendapat ini sejalan dengan makna hadits. Dari Anas ra bahwa Rasulallah SAW bersabda, “Pembaca Al Quran tidak akan pikun”. (HR Ibn Asakir). Walau oleh sebagian ahli hadits, status hadits ini diragukan, namun ia diperkuat oleh hadits lain. Dari Anas ra bahwa Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa hafal Al Quran maka ia diberi kesehatan akal oleh Allah sampai meninggal dunia”. (HR Ibn Adiy). Hadits lain yang diriwayatkan oleh Ali ra dinyatakan, ada tiga hal yang dapat menguatkan dan menyehatkan ingatan manusia, yaitu bersyiwak, berpuasa dan banyak membaca Al Quran.
Otak yang selalu bekerja teratur dengan berpikir, membaca dan mengingat, memang potensial menyehatkan akal. Jangankan menghafal Al Quran, sekadar berpikir akan hal-hal lain yang positif pun akan bermanfaat. Dr Joseph Murphy sebagaimana dikutip HM Said (1998) menganjurkan kepada setiap orang, termasuk orang-orang yang sudah memasuki usia tua, agar jangan pernah mengistirahatkan pikirannya setelah masa purnabakti. Ia berpesan, jagalah pikiran Anda agar tidak pernah pensiun. Kita akan betul-betul menjadi tua jika telah kehilangan gairah kehidupan dan berhenti berpikir. Secara fisik tubuh manusia memang makin tua makin lamban, tetapi pikiran sadarnya dapat dibuat semakin kreatif, awas, hidup dan cepat oleh insirasi pikiran bawah sadarnya. Pikiran manusia sebenarnya tidak pernah menjadi tua.
Apabila manusia istirahat berpikir, otaknya akan menjadi lumpuh, tidak produktif, dan hal ini dapat mempercepat kepikunan. Hadits dari Ibn Abbas menyatakan, Rasulullah SAW bersabda, “Seseorang yang tidak ada di dalam hatinya sesuatu dari Al Quran adalah seperti rumah yang kosong”. Mohammad Zakariya al-Kandahlawi, pengarang kitab Fadhail Amal (2000: 617) menerangkan bahasa metafora hadits “rumah kosong” mempunyai makna mendalam, sebab otak manusia yang tidak bekerja adalah tempat syetan bekerja. Rumah yang kosong akan gampang disarangi syetan. Hati manusia yang tidak diisi dengan bacaan Al Quran akan banyak dipengaruhi syetan. Malaikat akan berdatangan ke rumah yang di dalamnya dibaca Al Quran. Sebaliknya rumah yang kosong dari bacaan Al Quran akan didatangi setan, sebagaimana rumah yang kosong tanpa penghuni.
Itu sebabnya ada hadits lain berisi perintah Rasulullah agar menerangi rumah-rumah dengan shalat dan bacaan Al Quran. Bukan pajangan kaligrafi atau bacaan yang ditempel di dinding atau kitab yang disimpan di lemari, tetapi Al Quran yang betul-betul fungsional sebagai bacaan dan sumber pencerahan. Orang yang membaca dan menghafal Al Quran, sudah pasti otaknya selalu dilatih mengingat, meneliti, mencermati, mengulang, apalagi kalau disertai upaya memahami isi kandungannya. Al Quran adalah induk segala ilmu, mother sciences, semakin digali semakin dalam dan mengasyikkan. Mempelajari Al Quran secara mendalam akan menghasilkan titik temu antara ayat-ayat Allah dengan fenomena alam semesta. Karena itu di bulan Ramadhan khususnya, hendaknya kita semakn banyak membaca dan mempelajari Al Quran, sebab Ramadhan itu sendiri sering disebut sebagai syahrul qur’an.
Lembaga Tahfiz Alquran
Di tengah tingginya angka stress, depresi dan sakit jiwa sekarang, Al Quran dapat dijadikan salah satu terapi. Sebab membaca Al Quran melahirkan ketenangan dan menghindari ketakutan. Dalam dakwah periode Makkah ketika para sahabat masih hidup dalam tekanan dan ketakutan, mereka senantiasa berakrab-akrab dengan Al Quran. Hasilnya, tidak saja mereka menjadi tenang dan semakin mantap dalam Islam, malah mampu mencairkan kemarahan musuh-musuhnya. Umar bin al-Khattab tersentuh hatinya dan nekad masuk Islam justru setelah mendengari satu dua ayat Al Quran. Selama ini para pejuang Hamas-Palestina juga sangat dekat dengan Al Quran, banyak diantaranya hafizh Al Quran, mereka berani berjuang tanpa takut mati, sehingga banyak sekali tentara Israel yang kewalahan dan berhasil dikalahkan.
Selain manfaat duniawi, sudah pasti ganjaran akhirat lebih lagi. Hadits riwayat Ahmad dan Turmudzi dari Ali ra Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa membaca dan menghafal Al Quran, Allah akan memasukkannya ke dalam surga dan ia mampu memberikan syafaat kepada 10 orang anggota keluarganya yang terancam masuk neraka”. Hadits inilah yang banyak dijadikan rujukan para keluarga muslim Pakistan, Bangladesh dan India. Mereka yakin adanya anggota keluarga yang hafizh akan dapat membawa keluarga lain masuk surga.
Akhir-akhir ini di Kalsel khususnya telah berdiri sejumlah lembaga tahfizh Al Quran, yang mengajarkan santrinya menghafal Al Quran. Kegiatan MTQ juga telah lama memasukkan tahfizh sebagai salah satu materi lomba untuk dihargai secara proporsional. Ini pertanda baik dan tentunya perlu dukungan pemerintah daerah, para hartawan/dermawan, pengusaha dan masyarakat. Kita harapkan ke depan jumlah penghafal Al Quran di daerah semakin banyak, sehingga minimal tiap RT, tiap mushalla, langgar dan masjid ada hafizh Al Quran. Tidak terjadi lagi krisis imam yang kualified yang kini tengah dirasakan masyarakat. Dengan kehadiran mereka diharapkan shalat jamaah semakin ramai, khusyu’ dan turut menerangi lingkungan masyarakat dengan cahaya agama. Semoga.