Oleh : Sala Nawari
Pemerhati Pendidikan
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) kembali meneguhkan komitmennya dalam menjaga kerukunan antarumat beragama dengan menggelar Rapat Koordinasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) se-Kalsel, Senin (19/5/2025).
Mengusung tema Penguatan Peran FKUB Menuju Indonesia Emas 2045, kegiatan ini bertujuan memperkuat sinergi dan kolaborasi lintas agama sebagai fondasi menuju masa depan bangsa yang inklusif dan harmonis.
Sudah sekian lama moderasi beragama dianggap mampu mewujudkan tujuan utamanya untuk mencegah radikalisme dan menjaga persatuan bangsa. Berbagai program penunjang seperti pembekalan moderasi agama perpestif fikih pada guru madrasah, pembekalan literasi agama lintas budaya,bahkan sampai penyusunan modul moderasi PAI. Peran moderasi beragama diharapkan akan membuat masyarakat memiliki sikap beragama yang moderat, tidak ekstrem dan tidak liberal hingga terwujud generasi emas Indonesia.
Narasi yang tertangkap dari moderasi yang di gaungkan lebih kepada mewaspadai nilai-nilai dan ajaran yang ada di dalam agama Islam. Kewaspadaan itu yang lebih tepatnya serangan terhadap ajaran-ajaran Islam dibahasakan dengan kalimat ancaman seperti, terorisme, radikalisme. Moderasi beragama memahamkan bahwa Islam tidak boleh dijadikan ideologi politik dan agama tidak boleh mengatur negara.
Moderasi beragama tampak seperti ajakan damai. Namun jika ditelusuri lebih dalam, konsep ini sesungguhnya adalah bagian dari rekayasa ideologis sekuler. Moderasi ini sangat gencar dilakukan dalam rangka pengarusan Islam moderat yang di klaim sebagai Islam yang toleran dan membawa rahmat bagi semua. Upaya ini dilakukan secara masif dan terstuktur. Namun faktanya Islam moderat merupakan Islam yang mengadopsi nilai-nilai Barat. Menerima ide liberalisme dan kapitalisme, mendukung upaya sekularisasi serta menolak gagasan Islam kaffah.
Islam dalam moderasi dibatasi hanya pada ritual dan moral individu, bukan sistem hidup. Seruan untuk memisahkan agama dari politik adalah bentuk penjajahan intelektual terhadap umat Islam agar tidak menuntut penerapan syariah kaffah. Moderasi beragama juga dijadikan alat politisasi agama untuk stabilitas kapitalistik.
Mengkaitkan toleransi, kerukunan dan pencegahan perpecahan antar masyarakat dan umat beragama dengan sikap moderat dalam beragama adalah sebuah kekeliruan. Mengingat sikap beragama bahkan berpegang teguh pada ajaran agama telah ada di masyarakat kita sejak dahulu dan tidak terjadi pertikaian atau perpecahan dari sikap ini. Moderasi beragama kerap mengaburkan ajaran Islam yang sesungguhnya. Toleransi bukan berarti harus menjadi moderat dan mengaborsi syariat Islam sesuai keinginan sendiri.
Moderasi beragama sejatinya adalah langkah melemahkan ajaran Islam dan melepaskan keterikatan kaum muslim pada agamanya. Moderasi beragama adalah memoderasikan ajaran Islam yang berarti mengambil jalan tengah, bukan ketaatan total kepada Allah SWT. Islam moderat berarti meletakkan diri di antara iman dan kufur, taat dan maksiat, serta halal dan haram.
Di bidang akidah, moderasi ajaran Islam berarti menyamakan akidah Islam dengan agama-agama dan kepercayaan umat lain. Dalam Islam moderat tak ada kebenaran mutlak. Termasuk iman dan kufur. Semua menjadi serba relatif/nisbi. Dengan Islam moderat, kaum Muslim diminta untuk membenarkan keyakinan agama dan kepercayaan di luar Islam.
Guna mewujudkan generasi ema peradabans, Islam sebagai ideologi memiliki visi yang lebih tinggi dan nyata dalam membangun peradaban unggul, bukan sekadar slogan emas. Karena dalam sistem Islam (Khilafah), agama bukan hanya sumber nilai, tetapi kerangka sistemik kehidupan politik, ekonomi, hukum, pendidikan, dan sosial.
Negara (Khilafah) wajib menanamkan dan menjaga aqidah/keimanan setiap warganya. Generasi emas peradaban diwujudkan melalui penerapan sistem pendidikan Islam, sistem pergaulan Islam, sistem sanksi Islam, hingga sistem ekonomi Islam. Penerapan Islam yang sempurna inilah yang akan membangun fungsi keluarga berjalan dan masarakat yang mengoreksi dalam proses berjalannya amar maruf nahi munkar. Alhasil, terbentuk keluarga Islam yang sakinah, mawadah, dan rahmah sebagai banteng penyokong generasi emas.
Solusi Islam ideologis untuk membangun peradaban emas bukan sekadar toleransi. Penerapan Islam secara kaffah dalam naungan Khilafah lah sebuah sistem yang pernah melahirkan peradaban emas dunia, dan akan kembali bangkit dengan izin Allah. Generasi emas justru membutuhkan penanaman akidah yang kuat yang percaya diri pada agamanya bagi generasi. Generasi yang perlu dikenalkan secara utuh terhadap ajaran agamanya yang sempurna. Membentuk pribadi yang berkarakter islam yang siap membangun peradaban emas.