BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Derai tawa bercampur peluh petani terdengar di hamparan sawah Sungai Lulut Dalam, Kecamatan Banjarmasin Timur, Kamis (11/9/2025) pagi.
Hari itu, masyarakat bersama Pemerintah Kota Banjarmasin menggelar Rembuk Tani dan Syukuran Panen Padi BAMARA, sebuah perayaan sederhana namun penuh makna.
Di tengah hamparan padi menguning, Wali Kota Banjarmasin H Muhammad Yamin HR ikut turun ke sawah. Dengan celana yang sedikit basah terendam lumpur, ia memotong rumpun padi pertama sebagai simbol syukur atas hasil panen yang melimpah.
Kehadirannya bersama Ketua TP PKK Hj. Neli Listriani, Dandim 1007 Kolonel Inf Sigit Purwoko, serta jajaran Forkopimda membuat para petani merasa perjuangan mereka tidak sia-sia.
“Dari luas wilayah kota yang hanya 98,46 kilometer persegi, kita masih memiliki lebih dari 2.600 hektar lahan pertanian. Bahkan target tanam padi 1.782 hektar bisa kita lampaui hingga 1.900 hektar,” ujar Wali Kota dengan nada bangga.
Namun di balik angka-angka itu, ada kisah panjang perjuangan petani. Setiap musim tanam, mereka harus berjibaku dengan banjir yang sewaktu-waktu merendam sawah, ketersediaan pupuk yang sering terlambat, hingga cuaca yang kian sulit diprediksi.
Banyak yang masih menggarap lahan dengan cara tradisional, mengandalkan cangkul dan tenaga keluarga.
“Kadang baru seminggu menanam, tiba-tiba air pasang tinggi. Kalau tidak cepat diselamatkan, bibit bisa habis semua,” ungkap salah seorang petani dengan nada lirih, mengingat kembali masa-masa sulit itu.
Meski demikian, semangat mereka tidak pernah padam. Di tengah tekanan kota yang semakin padat, petani Sungai Lulut tetap menjaga sawahnya agar tidak beralih fungsi.
Bagi mereka, sawah bukan sekadar lahan, melainkan warisan hidup yang harus dipertahankan untuk anak cucu.
Wali Kota Yamin menyebut para petani sebagai “pejuang ketahanan pangan”. Ia menegaskan pemerintah akan mendukung penuh kebutuhan mereka, mulai dari bibit, pupuk, pengairan, hingga infrastruktur pertanian.
“Kalau sekarang rata-rata panen hanya sekali setahun, kita akan coba dua kali, bahkan tiga kali. Kita ingin petani kita semakin sejahtera,” katanya.
Syukuran panen itu pun ditutup dengan doa bersama. Para petani berkumpul di bawah tenda sederhana, menyantap hidangan hasil bumi mereka sendiri.
Wajah lelah berganti senyum lega—karena bagi mereka, panen bukan hanya tentang beras yang dihasilkan, tapi tentang bukti bahwa kerja keras dan kesabaran selalu membuahkan hasil.
Rembuk tani pagi itu akhirnya menjadi lebih dari sekadar acara seremonial. Ia menjelma ruang silaturahmi, tempat pemerintah, masyarakat, dan para petani duduk bersama, saling menguatkan, demi masa depan pangan Banjarmasin. (sfr/KPO-4).