Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan
Opini

Keberkahan Umur Seorang Pustakawan (Sebuah Renungan Pergantian Tahun Baru)

×

Keberkahan Umur Seorang Pustakawan (Sebuah Renungan Pergantian Tahun Baru)

Sebarkan artikel ini

Oleh : Ahmad Syawqi
Pustakawan UIN Antasari Banjarmasin

Setiap manusia yang lahir ke dunia, siapapun dia, apapun profesinya (guru, dokter, pustakawan, dan sebagainya) tentu diberikan umur yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa dan nantinya akan dimatikan untuk kembali kepada Tuhannya.

Baca Koran

Umur panjang atau pendek sama saja, yang terpenting adalah kualitas hidup kita dalam memanfaatkan umur untuk kebaikan dan ibadah sehingga umur menjadi berkah meskipun umurnya pendek.

Umumnya orang berdoa kepada Allah SWT Tuhan YME agar diberi-Nya umur panjang. Sedikit sekali atau bahkan mungkin tidak ada orang yang menginginkan berumur pendek. Mereka tentu memiliki alasan masing-masing. Namun umumnya alasan mereka adalah karena ingin memiliki amal baik yang cukup semasa hidupnya sebagai bekal hidup abadi di akhirat. Hal ini memang memiliki dasar yang kuat sebagaimana ditegaskan dalam hadits Rasulullah SAW : “Wahai Rasulullah, siapakah sebaik-baik manusia? Beliau menjawab: Orang yang panjang umurnya dan baik amalannya’’. (HR: Tirmidzi).   

Hadits itu telah menginspirasi banyak orang termasuk seorang Pustakawan untuk senantiasa berdoa kepada Allah SWT agar diberi-Nya umur panjang. Mereka telah meyakini bahwa salah satu tanda orang terbaik adalah apabila seseorang berumur panjang dan hidupnya penuh dengan amal-amal kebaikan. Mereka yang umurnya panjang tetapi amal-amal kebaikannya amat sedikit tidak termasuk orang-orang terbaik, bahkan mereka digolongkan sebagai orang-orang yang merugi.   

Namun demikian adalah kenyataan bahwa tidak setiap orang berumur panjang meski mereka berdoa demikian. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana dengan mereka yang berumur pendek? Apakah mereka dengan sendirinya tidak termasuk orang-orang terbaik?  

Untuk menjawab pertanyaan di atas kita dapat merujuk penjelasan dari Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam kitabnya berjudul Sabîlul Iddikâr wal I’tibâr bimâ Yamurru bil Insân wa Yanqadli Lahu minal A’mâr (Dar Al-Hawi, Cet. II, 1998, hal. 47) sebagai berikut: “Sebaik-baik umur ialah yang diberkati Allah SWT, yang diberi-Nya taufiq untuk mengerjakan amalan saleh dan kebajikan-kebajikan lain baik yang khusus maupun yang umum’’.

Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa sebaik-baik umur ialah yang diberkati Allah SWT, yang diberi-Nya bimbingan untuk melakukan berbagai kesalehan dan kebajikan. Jadi kebaikan seseorang sebetulnya tidak semata-mata bergantung pada umurnya yang panjang, tetapi lebih pada seberapa banyak amal kebaikan yang dilakukannya semasa hidupnya. Penjelasan ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW di atas.   

Baca Juga :  Kampus Mengelola Tambang: Disorientasi Yang Berbahaya?

Oleh karena itu, bisa saja seorang Pustakawan berumur pendek tetapi amal kebaikannya sangat banyak dan mungkin sama atau bahkan melebihi mereka yang berumur panjang. Orang-orang seperti ini termasuk orang-orang terbaik karena mampu memanfaatkan umurnya yang pendek untuk berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya. Inilah umur yang penuh dengan berkah dari Allah SWT.   

Sebagai contoh beberapa orang saleh yang tidak berumur panjang namun amal kebaikannya sangat banyak dan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas sehingga bisa ditiru oleh para Pustakawan. Di antara contoh itu adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Idris Asy-Syafi’i, atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Syafi’í. Beliau wafat dalam usia 54 tahun. Meski usia beliau tidak panjang, namun beliau semasa hidupnya mampu menghasilkan banyak kebaikan seperti karya-karya besarnya seperti kitab Ar-Risalah, Al-Umm, Ikhtilaf al-Hadits, Tafsir Al-Imam Asy-Syafi’i dan sebagainya.

Contoh lainnya adalah Abu H?mid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali, atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Al-Ghazali. Beliau wafat dalam usia 55 tahun. Meski beliau berumur pendek, namun begitu besar sumbangsihnya bagi masyarakat luas, khususnya kaum Muslimin. Beliau dijuluki Hujjatul Islam karena jasa-jasanya membela kebenaran Islam dengan mempertahankan prinsip-prinsip kebenaran dengan argumen yang sulit dipatahkan oleh lawan.   

Di antara karya-karya besar Imam Al-Ghazali adalah kitab Ihya Ulumiddin, Jawahir Al-Qur’an, Al-Basith dan Al-Wasith, Maqashid Al-Falasifah dan Al-Arba’in fi Ushuluddin, dan sebagainya.

Dari apa yang dijelaskan dan dicontohkan di atas sangatlah jelas bahwa pemahaman tentang umur yang baik adalah umur yang dipenuhi dengan kebaikan yang bisa diraih oleh orang-orang yang saleh meskipun tidak berumur panjang, namun amal kebaikan dan karyanya sangat banyak dari Imam Syafií dan Imam Al-Ghazali.

Sebuah nasehat perkataan dari almarhum Buya Hamka yang dikenal sebagai seorang Ulama dan Sastrawan Indonesia, beliau mengatakan bahwa kita sudah MATI hancur dikandung tanah, tapi kita masih hidup. Dalam umur yang sekian pendeknya yang telah kita lalui di dunia, misalnya 100 tahun, dia bisa kita panjangkan. Dengan apa! Dengan sebutan, dengan amal, dengan bekas tangan, dengan iman dan amal shaleh’’. Sesuai dengan apa yang disebut dalam pantun MelayuPulan Pandan Jauh Ditengah, Dibalek Pulau Angsa Dua, Hancur Badan Dikandung Tanah, Budi Yang Baik Terkenang Jua’’. Ada juga satu syair dari Syauqi Beikh seorang Penyair Arab Mesir yang terkenal mengatakan “Sebelum engkau mati, peliharalah sebutan dirimu yang akan dikenang orang daripada dirimu, karena kenangan atas ketika hidup yang dulu itu adalah umur yang kedua kali bagi manusia”. Banyak orang yang setelah dimasukan ke dalam kubur, masuk sudah ditimbun kubur tadi, orangpun pulang ke rumah, sebutan orang tadi keluar dari kuburnya tiap hari dia keluar, setahun
, dua tahun, sepuluh tahun, seratus tahun, malah ada yang beribu tahun.

Baca Juga :  KUFUR

Nabi Muhammad SAW umurnya cuma 63 tahun, tapi beliau sampai sekarang sudah 1440 tahun, masih seperti kemaren saja hidup beliau itu, menjadi sebutan orang siang dan malam. Inilah maksud yang dikatakan orang, “sesudah mati dia hidup kembali, lebih panjang umurnya 63 tahun dibandingkan dengan 1440’’. Dan selama adzan masih kedengaran di puncak menara, entah ratusan ribuan lagi, itu nama akan tetap hidup.

Oleh karena itu, sebaik-baik umur manusia adalah umur yang diberkati Allah SWT yang meliputi umur panjang dan digunakan untuk melakukan kebaikan. Selain itu adalah umur yang tidak panjang namun banyak digunakan untuk mengerjakan kebaikan hingga pada tingkat tertentu yang setara atau malahan lebih banyak dari mereka yang berumur panjang.   

Agar umur panjang, Rasulullah SAW mengajarkan dalam sabdanya yang artinya “Siapa yang suka diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaknya ia menyambung silaturahim’’. (Mutafaqun Alaih). Juga kita dianjurkan untuk memperbanyak doa berikut, yaitu Allahumma aktsir mali wa waladi wa barik li fima a’thoitani wa athil hayati ‘ala tho’atik wa ahsin ‘amali waghfirli. (Ya Allah, perbanyaklah harta dan anakku serta berkahilah karunia yang Engkau berikan padaku. Panjangkanlah umurku dalam ketaatan pada-Mu dan baguskanlah amalku serta ampunilah dosa-dosaku).

Berharap semoga kita semua termasuk orang-orang yang memiliki umur yang diberkati Allah SWT. Amin ya rabbal alamin.

Iklan
Iklan