Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Raja dan Kerajaan

×

Raja dan Kerajaan

Sebarkan artikel ini

Oleh : H. Ahdiat Gazali Rahman
Pemerhati Sosial politik Budaya

Raja merupakan suatu kata yang akrab dengan penduduk Indonesia, karena Raja-raja pernah berkuasa Indonesia, diajarkan dalam sejarah Indonesia, ditaati oleh warganya di saat itu, bahkan ada yang rindu ingin kembali ke zaman tersebut. Hal ini sejalan dengan semangat reformasi yang memberikan keluwesan pada daerah daerah menentukan sendiri daerahnya, semangat otonomi yang dimulai tahun 2000, dengan penyerahan kekuasaan pemerintah pusat pada pemerintah daerah, sehingga membuat daerah mengatur sendiri daerahnya dan penguasa daerah seolah menjadi raja-raja kecil daerahnya, maka oleh sebagian ahli, pakar pemerintahan yang kurang sependapat dengan sistem otonomi sekarang, mengatakan di Indonesia kelak akan terjadi raja-raja kecil. Jika kita menilai secara jujur melihat prilaku sebagian elit daerah memang terkadang berlagak gaya raja, yang dalam keseharian semua perkataan, tindakan harus dilaksanakan, terlepas cocok atau selaras dengan aturan, pantas dilaksanakan, ada kesenang-wenangan dalam mengatur daerah, sehingga tidak jarang bersenggolan bahkan bertentangan dengan aturan yang berlaku yang dibuat oleh pemerintah pusat. Tak ada warga daerah yang memberikan masukan apalagi terguran, pada yang berkuasa, kecuali jika berhubungan dengan pemerintah pusat, dalam bahasa yang lebih bijak lahirlah tirani kekuasaan, yang seolah raja-raja kecil di daerah, daerah hanya dikuasai oleh keluarga penguasa, jabatan di daerah hanya terakomodir pada keluarganya sendiri, walau pun kadang tak sesuai dengan aturan dan kepatutan. Kepantasan yang berlaku di masyarakat dan bernegara, warga hanya menjadi penonton di daerahnya. Pembangunan hanya dilakukan orang/kelompok tertentu dan dinikmati orang dan kelompok tertentu, daerah seolah sudah menjadi kerajaan yang dipimpin oleh raja.

Baca Koran

Sejarah Indonesia
Kemerdekaan bangsa memang penuh dengan dukungan kerajaan dan para raja yang ketika masa transisi 1945 hingga tahun 1956, dengan diplomasi dan semangat kebebasan untuk menentukan nasib sendiri para pendiri bangsa melakukan lobi pada kerajaan dan para raja yang ada di nusantara untuk bergabung dengan NKRI. Alhamdullah mereka mendukung, satu persatu kerajaan mengikuti dan bahkan bersedia mendukung kemerdekaan Indonesia, dengan mengorbankan kekuasaan untuk diserahkan kepada Negara Indonesia, bahkan ada yang rela mengorbankan materi, sebut saja Sultan Hamengku Buwono IX, telah menyediakan berbagai fasilitas untuk kelancaran pemerintahan ketika Yogyakarta menjadi ibukota Republik Indonesia. Sri Sultan Yogyakarta memberikan segala fasilitas kepada pemerintah Indonesia yang baru berdiri, seperti Gedung Negara yang dijadikan pusat pemerintahan Indonesia. Sri Sultan dan rakyat Yogyakarta selaku ‘tuan rumah’ memberikan seluruh akses dan fasilitas serta sumber daya kepada pemerintah RI untuk berjuang melawan Belanda. Tak hanya itu, Sultan Hamengku Buwono IX juga telah menyumbang dana untuk Republik sebesar 6 juta Gulden. Sedang rakyat Aceh telah bergotongroyong mengumpulkan dana untuk membeli pesawat terbang yang disumbangkan kepada Republik. Pesawat itu diberi nama “Seulawah”. Sebuah pengorbanan yang perlu dicontoh oleh mereka yang berkuasa saat ini, banyak raja dulu di negeri ini yang rela pelepaskan jabatan demi mendukung Negara dapat lepas dari penjajah. Beda dengan sekarang banyak Rakyat lebih lagi pejabat yang berlaga kepingin jadi raja.

Baca Juga :  Moderasi Beragama Untuk Indonesia Emas

Munculnya kerajaan baru

Baru-baru ini masyarakat Indonesia dihebohkan dengan munculnya kerajaan baru, yaitu Kerajaan Agung Sejagat. Kerajaan Agung Sejagat diketahui didirikan di Desa Pogung Jurutengah, Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Kerajaan Agung Sejagat dipimpin seorang pria yang dipanggil Sinuwun bernama Toto Santosa Hadiningrat. Sedangkan sang wanita yang bernama Fanni Aminadia dipanggil Kanjeng Ratu atau Dyah Gitarja. Kerajaan Agung Sejagat mendadak viral dan menghebohkan masyarakat karena mengklaim mereka adalah penerus Kerajaan Majapahit dan memiliki kekuasaan di seluruh dunia. Kerajaan yang belum diketahui kapan dibentuk ini ternyata sudah memiliki sekitar 450 orang pengikut. Selain itu, mereka juga mengatakan memiliki 13 menteri. Pimpinan Kerajaan Agung Sejagat atau dipanggil Sinuhun tersebut mengatakan keberadaannya adalah menunaikan janji 500 tahun runtuhnya Kerajaan Majapahit tahun 1518.

Kerajaan Ubur-Ubur diketahui adalah sebuah nama resmi sebuah komunitas keagamaan. Komunitas ini dipimpin pasangan suami-istri dan yang mengaku sebagai jelmaan Nyi Roro Kidul. Kerajaan Ubur-ubur didirikan di Jalan Sayabulu Kota Serang, Banten. Mengadakan pertemuan setiap hari Kamis malam hingga Jumat dini hari. Walaupun pengikutnya tak sebanyak Kerajaan Agung Sejagat, rakyat kerajaan ini hanya ada 20 orang dan delapan warga tetap. Meski demikian memiliki struktur organisasi cukup komplit. Di puncak struktur ada Ratu bernama Aisyah dan Raja bernama Rudi. Diketahui tujuan dari didirikannya Kerajaan Ubur-Ubur berhubungan dengan bisikan gaib.

Kerajaan Jipang di Blora, Jawa Tengah. Kerajaan Jipang ini diketahui sempat mati dan berdiri kembali pada tahun 2014. Bahkan di tahun 2016 sempat menyelenggarakan kirab dengan dukungan pemerintah setempat. Kerajaan Jipang atau biasa dikenal dengan nama Kadipaten Jipang, adalah nama sejarah yang disebut-sebut dalam beberapa kronik Jawa, khususnya yang terkait dengan Kerajaan Demak dan proses berdirinya Kerajaan tersebut. Keberadaan kerajaan ini dibuktikan dengan banyaknya peninggalan yang masih ditemukan di daerah setempat, termasuk di area persawahan. Gusti Pangeran Raja Adipati Arya Jipang II, Barik Barliyan mengatakan Jipang merupakan sebuah kerajaan bawahan dari Kerajaan Demak. Nama Jipang banyak muncul dalam catatan sejarah karena penguasanya, Arya Penangsang, lebih dikenal dengan nama Arya Jipang, yang merupakan Sultan Demak ke-5.

Baca Juga :  Solusi Mengatasi Pandemi Judi Online

Kerajaan Tahta Suci yang dipimpin Lia Aminuddin atau yang dikenal Lia Eden yang mengaku menjadi Rasul Kerajaan Surga. Dalam syiarnya, perempuan kelahiran Surabaya, 21 Agustus 1947, itu mengaku sebagai Jibril dan Mesias yang muncul di dunia sebelum kiamat. Dia juga mengaku sebagai reinkarnasi Bunda Maria, Ibu dari Yesus Kristus. Sedangkan anaknya, Ahmad Mukti mengklaim reinkarnasi Isa Almasih. Lia Eden juga mengatakan kepada siapapun tentang akhir zaman yang terjadi pada akhir Mei 2015. Ia mengatakan bahwa nantinya akan ada UFO yang rencananya didaratkan di Monas dan membawa Eden dan pengikutnya ke surga.

Kerajaan Sunda Empire – Earth Empire di Bandung. Diduga kuat, Keraton Agung Sejagat dan Sunda Empire ini masih ada keterkaitan. Kerajaan Agung Sejagat Keberadaan Sunda Empire – Earth Empire terungkap menyusul unggahan akun bernama Renny Khairani Miller di media sosial Facebook. Seperti halnya Keraton Agung Sejagat, Sunda Empire-Earth Empire juga memberi memprediksi bahwa pemerintahan dunia akan berakhir pada 15 Agustus 2020 dan setelah itu, kehidupan masyarakat dunia akan menjadi lebih baik dan sejahtera. Hal ini membuat dugaan keterkaitan kedua “keraton” ini semakin kuat

Reaksi masyarakat

Banyak yang masyarakat memberikan reaksi dari setuju, kurang setuju, atau hanya mengangap sebuah lelucun, dan yang paling berani seorang “Sejarawan” bernama Anhar Gonggong menilai fenomena kerajaan Keraton Agung Segajat di Purworejo dan Sunda Empire di Bandung yang ramai akhir-akhir ini sebagai sebuah kegilaan. “Orang gila semua itu, mana ada dalam konteks waktu sekarang ada gitu-gituan. Enggak ada. Kita udah merdeka dan bentuk negara kita sudah jelas, Republik”. Anhar menilai eksistensi kerajaan-kerajaan hanya untuk dirinya, namun sampai tulisan ini ditulis, hingga dimuat belum ada tokoh yang mencebir atau mengadukan kepihak berwajib lahirnya raja-raja kecil, yang berkuasa didaerah tertantu yang terkadang juga melanggar aturan, kepantasan, kepatutan yang berlaku pada satu daerah, Negara tapi para elit kok diamnya.

Iklan
Iklan