Amuntai, KP – Keahlian dalam membuat perahu Jukung (terbuat dari kayu-red) nampaknya tidak diragukan lagi terhadap warga Desa Tapus, Kecamatan Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU).
Salah seorang pengrajin Jukung, H Atta yang merupakan perahu yang biasa di gunakan sebagai sarana transportasi di daerah rawa sudah menggeluti pembatan perahu kurang lebih 31 tahun sejak tahun 1990.
Pembuatan Jukung masih terus dipertahankan oleh sejumlah masyarakat di HSU sampai saat ini.
“Alhamdulillah, sudah 31 tahun menjalankan usaha membuat jukung, dari usaha ini saya dan keluarga mendapatkan penghasilan untuk biaya hidup,” ungkap H Atta, saat ditemui awak media belum lama tadi
“untuk harga jukung yang ia jual sangat bervariasi tergantung ukuran pesanan oleh pembeli dan untuk jukung yang ia buat ini bisa diselesaikannya dalam kurung waktu kurang lebih 4 hari untuk satu jukung.”, lanjutnya.
Harga jukung juga bermacam-macam, untuk ukuran 5 meter atau jukung kecil harganya kisaran Rp 2 juta, untuk ukuran 6-7 meter harganya Rp 3,5 juta sampai 4 juta. Pembuatannya tergantung dari pesanan.
Bahan jukung biasanya terbuat dari kayu ulin karena kekuatannya tahan air hingga bertahun-tahun.
“Kita pilih kayu ulin karena kekuatan dan keawetannya, sehingga jukung yang saya buat bisa bertahan sampai 20 tahun bahkan lebih,” terang H Atta.
Ia juga menambahkan, untuk minat masyarakat terhadap jukung tidak berbeda dari dulu hingga sekarang. Sampai saat ini bisa dikatakan pesanan selalu ada, baik untuk daerah amuntai hingga keluar daerah, mungkin karena kebutuhan masyarakat serta wilayah kita yang kebanyakan rawa dan sungai. (nov/K-6)