Palangka Raya, KP – Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah ikuti Rapat Koordinasi mobilisasi investasi kelistrikan.energi baru terbarukan (EBT) diwakili Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi Kalimantan Tengah (Provinsi Kalteng) H. Nurul Edy.
Kehadirannya mewakili Gubernur Kalteng H. Sugianto Sabran pasa Rapat Koordinasi Upaya Mobilisasi Investasi Ketenagalistrikan Energi Baru dan Energi Terbarukan (EBT) dari Kawasan Asia Pasifik dan Afrika ke Kawasan Timur Indonesia dilakukan secara virtual, Kamis (15/4)
Rapat Koordinasi diikuti Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Prov. Kalteng secara virtual melalui video conference dari Ruang Rapat Bajakah, Kantor Gubernur Kalteng, Rabu (14/4/).
Kegiatan lokakarya itu diikuti pula pejabat Perwakilan Republik Indonesia (RI) di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika c.q. Sekretariat Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika untuk mendukung upaya diplomasi ekonomi.
Lokakarya dimaksudkan untuk meningkatkan sinergi Pusat dengan Perwakilan RI terkait upaya mendorong penanaman modal asing pada sektor Ketenagalistrikan EBT di Kawasan Timur Indonesia.
Staf Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Ali Sungkar menyampaikan rapat koordinasi dengan unsur Pemerintahan Daerah Kawasan Timur Indonesia kali ini sebagai wadah untuk inventarisasi potensi investasi dimaksud yang siap untuk ditawarkan pada calon investor dari Negara mitra di kawasan Asia Pasifik dan Afrika.
Ali Sungkar menjelaskan potensi investasi dan pengembangan listrik berbasis EBT menjawab 3 persoalan sekaligus diantaranya memenuhi kecukupan listrik, meningkatkan porsi EBT dalam bauran energi Nasional dan menghindari polusi / emisi (ramah lingkungan).
“Kementerian Luar Negeri ingin ambil bagian untuk mendukung percepatan pembangunan di kawasan Timur Indonesia, mempercepat perwujudan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan serta mewujudkan pertumbuhan yang berkualitas”, tutur Ali Sungkar.
Diakui pengembangan EBT di kawasan Timur Indonesia terdapat beberapa kendala diantaranya rendahnya permintaan listrik dalam jumlah besar membuat potensi EBT di kawasan Timur Indonesia sulit dioptimalkan serta minimnya infrastruktur termasuk infrastruktur ketenagalistrikan.
Solusi yang diambil yakni penerapan pola perencanaan pembangunan kawasan seperti kawasan khusus dan kawasan industri. (drt/k-10)