Banjarmasin, KP – Purun merupakan tanaman air, yang kemudian diolah melalui beberapa proses tahapan pembuatan sebelum dijadikan bahan baku.
Kebanyakan, perajin purun didominasi oleh generasi lama, sehingga produk yang dihasilkan pun terkesan tidak berkembang dan kurang diminati oleh masyarakat.
Namun, belakangan ini kerajinan purun tengah naik daun di Kalimantan Selatan (Kalsel). Jika sebelumnya hanya diolah sebagai tikar purun atau bakul purun sajak, saat ini purun mulai diolah sebagai handcraft atau kerajinan tangan yang mempunyai nilai jual cukup tinggi, semisal tas yang dikreasikan semenarik mungkin.
Seperti halnya Alina Sasirangan, yang berlokasi di Jalan Pekapuran A No 8 RT 8, Banjarmasin Tengah, yang memproduksi tas berbahan purun. Uniknya, tas purun buatan Alina Sasirangan ini dikombinasikan dengan bahan lainnya agar tampil lebih mewah dan elegan.
Owner Alina Sasirangan, Noor Yuritha, mengatakan, untuk lebih menarik minat konsumen tampilan tas purun harus lebih modern, stylish dan fashionable.
“Tas purun yang saya produksi modelnya ada tas tangan, slingbag dan totebag. Kemudian, dikreasikan dengan kain sasirangan, baik sintetis maupun warna alam. Ada juga yang dikombinasikan bahan denim, aneka renda, tali rami, mutiara dengan kualitas yang bagus,” ujarnya, saat dihubungi Kalimantan Post, Rabu (2/6).
Itha, sapaan akrabnya, mulai merintis usahanya memproduksi sasirangan di pertengahan tahun 2019, sementara handcraft mulai ditekuninya sejak akhir 2019, tepatnya pada bulan November.
Untuk bahan baku pembuatan tas purun, ia mendapatkan dari dua tempat, yakni dari kampung purun di Banjarbaru dan dari Marabahan, Kabupaten Batola.
Minatnya menggeluti usaha berbahan purun ini, dimulai setelah ia mengikuti pelatihan wirausahawan baru, yakni pembuatan handcraft yang digelar Dinas Koperasi Banjarmasin beberapa waktu lalu.
“Banyak manfaat setelah saya mengikuti pelatihan wirausaha baru, seperti berbagai macam keterampilan dan pengembangan teknik pemasaran IT, sehingga membuka wawasan dan ide-ide kreatif,” ungkap Itha.
Selain itu, manfaat lainnya, ia juga sering mendapat kesempatan diikutsertakan pada event-event pemerintahan sebagai ajang promosi produk UMKM agar lebih dikenal luas.
Hanya saja, di awal pandemi Covid-19, Itha menceritakan, omzet penjualannya mengalami penurunan cukup drastis. Maklum saja, perekonomian masyarakat saat itu juga sedang sulit, sehingga memengaruhi daya beli konsumen.
Namun, seiring perjalanan waktu pertumbuhan ekonomi di Kalsel pada triwulan II di tahun 2021 semakin membaik. Sejumlah UMKM mulai bangkit dan menunjukkan optimisme ke arah positif.
“Alhamdulillah, memasuki tahun 2021 ini, trennya semakin positif, mulai ada pergerakan kenaikan penjualan produk,” kata dia lagi.
Itha menambahkan, dalam memasarkan produknya, strategi pemasaran yang ia terapkan selama ini selain secara offline, juga melalui media online seperti WhatsApp, Instgram dan Facebook.
“Beberapa customer saya juga merupakan pelanggan tetap, dan informasinya saya share melalui media sosial,” pungkasnya.
Saat ini, Pemerintah Kota Banjarmasin juga terus berupaya untuk mengangkat kerajinan purun, sehingga di beberapa kegiatan besar, tas purun sering dijadikan souvenir atau cinderamata khas Kalimantan Selatan. (opq/KPO-1)